Wednesday, February 25, 2015

BAHAN SERMON MAJELIS, LS, CLS GMI KASIH KARUNIA
JUMAAT 27 FEBRUARI 2015


Nats Khotbah            : 1 Korintus 1:18-25
Thema                        : “Hikmat manusia dan Hikmat Allah”
By                               : Rev. T.M. Karo-karo,STh,MA

I.            Pendahuluan
Manusia sering menganggap kebodohan terhadap hal-hal yang sebenarnya belum ia pahami. Hal ini terjadi pula ketika manusia itu mendengarkan berita-berita tentang Yesus yang disalibkan. Karena ketidak mengertiannya, mereka menganggap berita itu bodoh. Itulah yang dimaksud dengan “hikmat manusia”.

II.            Eksegese
Dalam Perikop ini (1 Korintus 1:18-25) Paulus dianggap “bodoh” dalam pembelaan salib yang ia beritakan. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.(ayat 18). Allah menyatakan karyanya melalui AnakNya Yesus Kristus hal tampak sebagai suatu kebodohan bagi semua orang yang tidak mau menerima berita tersebut. Bagaimana mungkin Allah menyingkapkan diriNya  dengan cara yang khusus melalui seorang manusia? Dikatakan Paulus bahwa pertanyaan itu adalah pertanyaan ‘mereka yang akan binasa” (ayat 180); hanya kita yang diselamatkanlah bisa mengerti bahwa berita salib  bukanlah kebodohan melaikan hikmat yang paling agung.
Injil mengenai Salib mencapai puncaknya pada suatu ungkapan yang penuh kemenangan dalam sebuah paradoks yang agung, bahwa apa yang dianggap bodoh oleh manusia, dan klaim-klaim yang dilontarkan mereka bukan sebagai suatu kebenaran. Berita Injil membalikkan penilaian manusia itu, yakni : Apa yang sepintas tampak sebagai yang bodoh dari Allah, sementara Ia berbicara melalui Yesus Kristus yang tersalib dan melalui para rasul yang lemah dan menderita (lihat 1 Korintus 4:9), namun hal ini sebenarnya lebih bijaksana daripada semua hikmat manusia yang masih bekerja dengan hikmat dunia ini. Apa yang lemah dari Allah masih lebih kuat daripada apa yang dianggap sebagai kekuatan manusia. Apa yang dianggap sebagai "kebodohan" dan "kelemahan" Allah, disingkapkan sebagai hikmat dan kekuatan sejati didalam kemampuannya menciptakan iman dan penyelamatan.

III.            Aplikasi
Sangat sulit untuk menjelaskan kuasa salib Kristus kepada orang yang belum percaya. Tetapi bila kita melihat salib itu melalui kacamata rohani, barulah kita mulai mengerti sepenuhnya hikmat yang terkandung di dalamnya.
Rasul Paulus menjelaskan bahwa pemberitaan tentang salib adalah kebodohan bagi dunia, tetapi bagi kita yang berada di dalam Kristus, pemberitaan itu adalah hikmat Allah. Jadi pada dasarnya, hikmat Allah menyatakan betapa terbaliknya pemikiran dunia!
Dunia berpikir bahwa mereka penuh hikmat, dan menurut mereka, orang-orang Kristen hanya menyia-nyiakan waktu untuk pergi ke gereja dan membicarakan tentang “cara mendapatkan keselamatan”. Padahal itulah kebenaran yang akan membawa orang-orang yang terhilang ke dalam suatu hubungan yang menyelamatkan mereka.
Seandainya keselamatan bergantung pada kita, mungkin kita akan melakukan berbagai usaha untuk meraihnya. Itu yang diajarkan ajaran lain di bumi ini. Mereka menganggap amal dan perbuatan baik adalah alat untuk mendapatkan keselamatan. Padahal bagi Bapa perbuatan baik sebanyak apapun tidak akan cukup untuk membayar hutang dosa kita. Itulah sebabnya Ia sendiri yang bertindak dengan melakukan sesuatu yang hanya Dia yang bisa dan tahu bahwa itu diperlukan untuk menyelamatkan jiwa kita.
Hal yang selanjutnya yang perlu kita pahami dalam pengalaman hidup  sering terjadi perpecahan dalam persekutuan/kelompok karena berbeda prinsip, dalam hal ini kita tidak perlu mempertahankan prinsip masing-masing namun bagaimana kita dapat mensinkronkan pendapat kita agar persekutuan itu menjadi lebih hidup. Tuhan memberkati.







Friday, February 13, 2015

Bimbingan Khotbah

BAHAN SERMON MAJELIS, CLS, LS GMI KASIH KARUNIA
JUMAAT  13 FEBRUARI 2015

Nats Alkitab              : 1 Petrus 3:18-22
Thema                        : “Hati Nurani yang baik Kepada Allah”
By                               :  Pdt. T.M. Karo-karo,STh, MA

       I.            Pendahuluan
Surat 1 Petrus ini ditujukan bagi orang Kristen yang disebut “umat pilihat Allah” yang ada di seluruh Asia Kecil (diaspora) yang sangat menderita, oleh karena  tekanan dan penganiayaan dalam  mempertahankan imannya. Surat ini ditulis untuk menguatkan iman mereka, yang menyatakan bahwa penderitaan oleh sebab melakukan kebenaran Kristus akan menghasilkan kebahagiaan.

   II.            Beberapa tafsiran Nats
·        Dalam ayat 18, adalah suatu uraian  yang singkat tentang doktrin penebusan. Tuhan Yesus dipandang memecahkan persoalan manusia yang paling mendasar, hal ini dilakukan dengan tiga cara: (1) Ia membuat korban persembahan yang paling sempurna untuk dosa bd. Ibrani 9, 10. (2) Ia mengalami kematian imbalan ketidakadilan sebagai hukuman yang ditimpakan hukum Taurat atas orang berdosa bd. Rm 6:23. (3). Ia menghapuskan penghalang antara manusia dengan Allah yang diakibatkan oleh dosa.
·        Ayat 19, ada beberapa penjelasan yang menyangkut ayat ini; dalam tradisi gereja ayat ini dianggap mengemukakakn lanjutan kematian Kristus ditinjau dari sudut waktu, ketika rohNya beralih ke alam orang yang telah meninggal, ayat ini dihubungkan Kis 2;31 dan Ef 4:9 sebagai dasar kalimat singkat dalam pengakuan iman Rasuli “turun ke dalam Kerajaan maut”.
·        Dalam ayat 21 ada satu perkataan yang menarik “hati Nurani”—Sunedesis (yunani) “untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah”---oleh kebangkitan Yesus Kristus. Karya  penebusan yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus akan memberikan keselamatan yang sempurna kepada manusia—walau proses penebusan itu dengan korban dan penderitaan diriNya di kayu salib.


III.            Suatu Aplikasi
o   Petrus memberikan “penghiburan dan penguatan” kepada para penerima surat bahwa walaupun mereka menderita dalam mempertahankan iman mereka, tapi itu belum apa-apa jika  dibandingkan dengan penderitaan yang telah dialami Kristus. Penderitaan itu pada akhirnya akan mendatangkan kebahagiaan.
o   Penderitaan dapat menjadi sesuatu yang baik (kebahagiaan) bila  diresponi dengan kebaikan yang berasal dari hati nurani. Yesus adalah sumber kebaikan dan belas kasihan bagi setiap orang. Oleh karena itu orang percaya dipanggil untuk meresponi kebaikan Allah, meski harus melalui penderitaan dan perjuangan.

o   Hidup dalam hati nurani yang murni kepada Allah dapat menjadikan kita sarat dengan tantangan, pergumulan dan penderitaan. Mengikut Yesus harus siap menerima kenyataan ditolak, dihina, difitnah dan dikhianati seperti yang dialami Kristus.

o   Penderitaan karena kebenaran jauh lebih baiak dari pada menderita karena berbuat jahat. Menderita karena kebenaran adalah sebuah berkat.  Berkat yang dimaksud bukanlah semacam perasaan yang menyenangkan, tetapi sukacita karena tahu bahwa kita telah melakukan sesuatu yang berkenan kepada Tuhan (ayat 17).  Penderitaan harus dipahami sebagai proses pemurnian  iman. Tiadak ada keberhasilan tanpa menghadapi perjuangan yang berat. Penderitaan membuat kita semakin mendekatkan diri dan berharap penuh pada pengasihan Allah. Bd. 1 Kor 10:13 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.


Sunday, February 8, 2015

Khotbah

KHOTBAH MINGGU 08 FEB 2015
GMI KASIH KARUNIA, JLN HANG TUAH 2 MEDAN

Nats Alkitab : Markus 1:29-39
Thema           : “Yesus datang memberikan Kesembuhan”  
By                   : Rev. T.M. Karo-karo,STh,MA
Penjelasan
Mrk 1:29-39 mengisahkan kegiatan Yesus sehabis mengajar dan mengusir roh dari orang yang kerasukan pada pagi hari yang sama (Mrk 1:21-28). Sore hari itu, di rumah Simon dan Andreas, ia menyembuhkan ibu mertua Simon yang menderita demam. Petang harinya, ia sibuk menyembuhkan orang-orang lain dari penyakit dan kerasukan setan. Keesokan harinya, pagi-pagi buta, ia pergi berdoa di tempat terpencil. Ketika Simon dkk. menemukannya dan mengatakan bahwa banyak orang mencarinya, Yesus malah mengajak mereka pergi ke kota-kota di sekitarnya untuk mewartakan Injil, karena, kata Yesus sendiri, untuk itulah ia datang.
Markus sengaja menaruh kegiatan Yesus dalam kerangka siang hari, sore, petang, dan pagi hari esoknya. (Kerangka ini diikuti dalam Luk 4:31-44; Matius tidak memakainya.) Irama kehidupan itu mengikuti irama alam, khususnya matahari. Dalam masyarakat dulu, kegiatan mencari nafkah selesai pada saat matahari terbenam. Setelah itu, di lingkungan orang Yahudi saleh, waktu petang dan malam dipakai untuk mendalami Taurat, membaca kehidupan lewat teks-teks sakral. Pada hari Sabat, pendalaman Taurat seperti ini dijalankan sepanjang hari. Kita catat, Markus menampilkan kegiatan Yesus kali ini pada hari Sabat: pagi mulai mengajar di sinagoga menerangkan Taurat. Dan terang Taurat yang dibawakannya itu menyingkirkan roh jahat yang merasuki orang yang waktu itu ada di sana (Mrk 1:21-28). Markus hendak menunjukkan bahwa penyembuhan yang dilakukan Yesus itu terjadi dalam rangka pendalaman Sabda bagi orang banyak. Yesus bukan orang yang mau melawan lembaga kekudusan Sabat. Ia malah membuat hari itu semakin luhur! Kita perhatikan bahwa Yesus juga tidak mengangkat bangun ibu mertua Simon. Ia cuma memegang tangannya dan itu cukup untuk membuat demamnya lenyap.
Ada beberapa Hal yang kita renungkan dari perikop ini:
I.                   Bagian Pertama
1.      Di dalam perikop ini  tidak diceritakan bahwa ibu mertua Petrus sembuh karena dia mempunyai iman yang teguh kepada Yesus. Namun itu menjadi sesuatu yang sangat masuk akal, karena Petrus adalah murid Yesus, sehingga mungkin ibu mertuanya telah tahu atau mendengar tentang Yesus.
2.      Namun dengan  kejadian ini, kita dapat belajar bagaimana Yesus sering menggunakan orang-orang untuk menjadi perantara dalam kesembuhan seseorang – dalam kejadian ini, Yohanes dan Yakobus yang memberi tahu Yesus. Hal ini sering kita lihat, misalkan: pelayan dari perwira yang disembuhkan oleh Yesus karena iman dari perwira tersebut (Mat 8:5-13), orang lumpuh disembuhkan oleh Yesus karena iman orang-orang yang membawa si sakit (Mrk 2:5).

3.      Jadi apakah  Ibu mertua Simon sembuh karena imannya atau karena iman dari Yakobus dan Yohanes yang membawa Yesus kepadanya? Kita tidak tahu persis, bisa salah satunya, atau dua-duanya, karena tidak diceritakan dalam Alkitab. Dan ini bukan sesuatu yang utama.

4.      Yang lebih penting di dalam perikop ini adalah bahwa setelah sembuh, wanita tersebut melayani Yesus. Inilah yang menjadi inti dari muzijat kesembuhan fisik maupun rohani, yaitu mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan (yang didahului oleh pertobatan), dan kemudian melayani Tuhan sebagai bentuk balasan kasih kita kepada Tuhan. Jadi, kita harus mengingat kembali, bahwa kesembuhan fisik tidak akan berarti apa-apa tanpa kesembuhan rohani.


5.      Mengenai kesembuhan ini,  kita harus membedakan antara kesembuhan jasmani dan kesembuhan Rohani. Yesus datang ke dunia ini bukan untuk memberikan kesembuhan jasmani, namun Dia datang untuk memberikan kesembuhan rohani, yaitu pembebasan manusia dari belenggu dosa. Kalaupun Yesus menunjukkan mukjijat kesembuhan jasmani, ini dilakukan-Nya sebagai suatu tindakan untuk menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan.

6.      Namun satu hal yang pasti, walaupun Tuhan tidak memberikan mukjijat kesembuhan fisik kepada semua orang, namun Tuhan menginginkan semua orang mengalami kesembuhan rohani, yang mengantar orang kepada kehidupan kekal. Dan ini hanya dapat dicapai dengan hidup kudus, seperti yang diperintahkan oleh Kristus sendiri yang berkata “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat 5:48).
7.      Mukjijat kesembuhan fisik adalah untuk membawa orang kepada kesembuhan rohani. Kalaupun seseorang mendapatkan kesembuhan fisik, maka orang tersebut juga akan meninggal. Kesembuhan fisik yang tidak membawa seseorang kepada Tuhan adalah tidak berguna. Kesembuhan rohanilah yang akan membawa orang ke surga. Dan inilah maksud utama dari kedatangan Yesus Kristus, yaitu memberikan kesembuhan rohani, yaitu dengan karya penebusan Kristus, sehingga berkat-berkat dicurahkan dan membuat orang mampu untuk berkata tidak terhadap dosa.

II.               Bagian Kedua
Setelah Yesus mengajar di Kapernaum, dimana semua orang kagum karena Yesus mengajar dengan penuh kuasa (Mk 1:21-22) dan dibuktikan dengan begitu banyak mukjijat yang dilakukan oleh Yesus (Mk 1:23-34), maka Yesus telah memberitakan Injil kepada mereka.
Dan karena Yesus diutus untuk memberitakan Injil bukan hanya kepada orang-orang di Kapernaum, namun kepada semua orang, maka Yesus pergi ke tempat yang lain, sehingga banyak orang juga dapat percaya kepada Yesus dan memperoleh keselamatan. Ini juga diperlihatkan oleh para rasul yang menjalankan perintah Yesus “”Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis 1:8)
Kita melihat perkataan Yesus “…supaya Aku memberitakan Injil..” (Mk 1:38), bukan mengatakan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Pesan dan ajaran Kristuslah yang terpenting, bukan kesembuhan jasmani. Kalau mau, Yesus dengan satu kata saja dapat menyembuhkan semua orang di seluruh Israel, namun Dia tidak melakukannya, karena Dia diutus Bapa untuk menebus penyakit yang paling berbahaya, yaitu dosa.


Saturday, February 7, 2015

Khotbah

Ringkasan Khotbah Keb. PWMI KK, Kamis 05 Feb 2015
“Dipanggil untuk menjadi berkat” (bd. Diberkati untuk menjadi berkat)
Kejadian 12:1-8
By: Rev. T.M. Karo-karo,STh,MA
        I.            Panggilan Abraham
1.      Sebelum ini kita tidak dapat mengetahui bagaimana keadaan/situasi keluarga Abram di Ur-Kasdim. Bagaimana keadaan ekonominya, keadaan budaya bahkan keadaan religiusnya.
2.      Tetapi yang pasti keluarganya bukan orang rendahan, atau orang yang kurang terpandang; buktitya dia berani mengadakan “perjalanan”  panjang dalam menghadapi panggilan Tuhan. Perjalanan Ur Kasdim ke “tanah Kanaan”  bukan  suatu tantangan yang remeh, tapi harus dilakukan dengan perjuangan dan pengalaman mumpuni.
3.      Perjalanan itu berat dan tidak ada tujuan yang pasti “ke negeri yang akan kutunjukkan”  artinya tidak bisa dibuat peta, atau survey dan bahkan dihayalkanpun tidak mungkin.
4.      Panggilan itu mungkin di –oke kan hanya karena kepercayaan yang kokoh kepada orang yang memanggil, tidak ada keraguan kepada pribadi dan kemampuan yang memanggil bahkan tidak ada keraguan terhadap “itikad baik” yang memanggil. Itulah yang kita sebut iman.
5.      Abram “pergi” tidak ada komentarnya  terhadap panggilan itu, dia pergi dan siap menjadi berkat…
      II.            Konsekwensi dari Panggilan
1.      Dia harus meninggalkan kemapanan hidup
2.      Sanak keluarga, budaya, kenyamanan dan siap untuk berjuang.
3.      Siap menghadapi tantangan, bahaya dari musuh, alam, binatang buas, perang,  dll
4.      Meninggalkan yang lama--- menuju ke yang baru.
    III.            Dipanggil menjadi berkat
Dengan  meresponi panggilan Tuhan maka sudah pasti beriman kepada Tuhan yang memanggil dan siap bersama yang memanggil berjuang mengahadapi seluruh tantangan, maka dijanjikan oleh Tuhan “kamu akan  diberkati” dan bahkan “menjadi berkat”. Berkat yang akan diterima oleh Abram:
1.      Menjadi bangsa yang besar
2.      Membuat namam masyur
3.      Menjadi berkat (Menjadi penentu berkat (Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Ayat #)
4.      Menjadi saluran berkat seluruh bumi
   IV.            PWMI hadir menjadi berkat bagi Keluarga, bagi gereja
1.      Bagaimana keyakian kita terhdap panggilan menjadi berkat ini  (oleh Tuhan) itulah yang menentuksn kita setia menjalani  perkalanan hidup kita untuk menjadi berkat.
2.      Berkat Tuhan yang kita sudah terima diberikan oleh Tuhan kepada kita adalah sebagai sarana atayu alat kita untuk menjadi berkat bagi orang lain.
3.      Sudahkah kita diberkati dan menjadi berkat?
4.      Di keluarga
5.      Di gereja dan di komunitas kita/


Saturday, January 31, 2015

KHOTBAH MINGGU TGL  01 FEBRUARI 2015
DI GMI KASIH KARUNIA, JLN HANG TUAH 2 MEDAN

Nats Alkitab  : Markus 1:21-28
Thema           : "Sepadan perkataan dengan perbuatan"

PENDAHULUAN/PENJELASAN
Markus sering menceritakan berbagai  reaksi orang ketika mendengar pengajaran Yesus tanpa menuliskan apa yang diajarkannya. Ia memang ingin menunjukkan bagaimana Yesus dipandang sebagai guru yang membuat pikiran orang terbuka. Para pendengarnya sudah cukup tahu ajaran-ajaran agama. Yang mereka butuhkan ialah rasa mantap. Pengajaran pokok Yesus sebenarnya sudah ditampilkan Markus dalam Mrk 1:15, yakni bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Dan inilah yang diajarkannya hari itu di sinagoga di Kapernaum. Jadi yang dikatakan orang-orang nanti pada akhir perikop ini  sebagai “ajaran baru” ialah pewartaan mengenai sudah datangnya Kerajaan Allah tadi. Dan ujud nyata kerajaan ini ialah mulai tersingkirnya kuasa-kuasa jahat.
Kita akan tertarik pada kisah mengenai orang yang kerasukan setan di sinagoga tempat Yesus mengajar hari itu. Markus memang hendak menekankan hubungan antara kegiatan mengajar Yesus dengan pengusiran roh jahat.
Setiap pengajaran-Nya selalu membawa respon dari para pendengar-Nya. Markus 1;21-28 setidaknya mencatat  dua pengaruh yang dirasakan langsung dari khotbah Yesus.
         I.            Pertama, orang banyak takjub medengar ajaran Yesus. Cara dan isi ajaran Yesus berbeda dengan ahli Taurat sehingga membuat orang takjub. Mengapa mereka takjub? Karena Yesus mengajar dengan menunjukkan otoritas rohani yang berasal dari Allah. Yesus membuat firman menjadi hidup dan menimbulkan kekaguman bagi orang yang mendengar-Nya. Di dalam diri Yesus, perkataan dan perbuatan bersatu- padu. Itulah sebabnya, apa yang diajarkan-Nya didukungnya dengan “tanda-tanda”, yaitu apa yang Dia kerjakan. Perkataan diilustrasikan-Nya dengan “pekerjaan” nyata. Sedangkan pekerjaan dijelaskan-Nya dengan perkataan. Dengan demikian perkataan-Nya mendapatkan bobot / isi, sedangkan pekerjaan-Nya mendapatkan makna. Dengan pekerjaan-Nya, Yesus “memeteraikan” sabda-Nya. Inilah Injil yang original, yaitu Injil yang diberitakan Yesus melalui perkataan dan perbuatan. Jadi dalam hal ini peran Yesus lebih dari sekedar pembawa berita atau hanya menerjemahkan pesan langit supaya dimengerti  di bumi.
Maka tidaklah mengherankan orang yang melihat dan mendengarnya menjadi takjub,  sangat heran, atau terkejut/ kaget . Reaksi seperti itu timbul oleh karena Yesus mengajar berbeda dari para rabbi. Ia   menyimpang dari kebiasaan umum. Menurut Markus, yang menyebabkan mereka takjub adalah kuasa yang dimiliki Yesus. Yesus benar-benar seorang pengajar yang berwenang atas kuasa ilahi yang dimiliki-Nya. Justeru karena menyimpang dari yang lazim, lebih-lebih karena tampil dengan wewenang sendiri, para pendengar-Nya kaget, sedangkan para pemimpin Yahudi kesal dan  jengkel.
       II.            Reaksi kedua, masih berkaitan dengan otoritas dari Bapa-Nya, kehadiran Yesus membuat tidak nyaman bagi  roh-roh jahat. Roh-roh yang selama ini tidak terusik oleh kehadiran ahli-ahli Taurat dan umat yang beribadah. Namun, kini mereka terganggu. “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah” (Markus 1:24).
Roh jahat itu meneriakkan tiga kalimat keras.
·        Yang pertama bernada umpatan, “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret!” Roh jahat ini merasa teganggu oleh kehadiran Yesus. Ia merasa terancam. Marah. Kenapa Yesus tidak mengurus “bisnisnya” sendiri seperti kebanyakan ahli Taurat: membangun citra dan wibawa. Ia mengira Yesus sama seperti dirinya, mencari pengaruh, memasarkan komoditi “rohani”.
·        Kedua, roh jahat itu merasa terancam, “Apakah Engkau datang untuk membinasakan kami?” Roh jahat ini tahu apa yang hendak dikerjakan Yesus, tentu saja mereka sangat terancam. Yesus tidak pernah kompromi dengan roh jahat dan kuasanya.
·        Akhirnya, yang ketiga, ia malah menggertak bahwa ia kenal siapa Yesus, yakni “Yang Kudus dari Allah.” Mengatakan aku kenal siapa kamu membuat orang menjadi ‘groggi”. Ada hal-hal yang disembunyikan kini terungkap. Tetapi memang benar, kuasa jahat itu mengenal siapa yang kini dihadapinya. Di hadapannya ada wilayah suci yang tidak dapat membuatnya bergerak. Dan wilayah itu ada pada “Orang Nazaret” ini. Keunggulannya jelas dirasakan. Itulah yang disaksikan orang banyak pada waktu itu dan diberitakan pada kita sekarang ini. Mereka semakin bertanya-tanya, siapa sesungguhnya “Orang Nazaret” ini, yang mempunyai wibawa sedemikian besar sehingga roh jahat pun menyingkir? Pastilah Orang ini adalah benar “Yang Kudus dari Allah”! Bukan sembarangan orang, bahkan lebih dari sekedar nabi! 

APLIKASI

1.      Isi ajaran Yesus berbeda dengan ajaran-ajaran para ahli Taurat, dia tampil beda, berkuasa karena :
·        Perkataan dan perbuatan bersatu---ndang holan hata
·        Perbuatan dijelaskan dengan perkataan
·        Perkataan dipraktekkan dengan perbuatan
Itulah tujuan orang Kristen di dalam hidup, bagaimana supaya apa yang kita katakan itu sepadan dengan perbuatan kita. Kalau kita mengatakan “Kasih”  mari kita melakukan kasih itu, Kalau kita mengatakan ‘mengampuni” mari kita illustrasikan bagaimana mengampuni di dalam hidup kita. Jika kita mengatakan “bertolong-tolongan”, maka kita harus memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan.-------illustrasi: (cerita di lobu Rappa---lobu Jior bersama dengan orang orang yang menganut kepercayaan Parmalim) apa sebenarnya beda kehadiran iman Kristen di suatu daerah.
2.      Kehadiran Orang-orang Kristen yang benar membuat iblis takut dan gentar, tetapi kehadiran orang-orang Kristen yang biasa-biasa tidak diperdulikan oleh Iblis. Cerita---beberapa kali ketika membuka POS PI, di Langkat, Di Tanak Karo, Di Asahan dan di Nias.
3.      Iblis tahu bahwa kehadiran orang-orang percaya akan merubuhkan Kerajaannya. Karena kehadiran orang-orang percaya adalah sama dengan Kehadiran Kerajaan Allah.