Khotbah
Minggu 29 Desember 2013
GMI
Kasih Karunia, Jln. Hang Tuah 2 Medan
MATIUS 2:13-23
I)
Herodes.
1) Mau membunuh Yesus.
a) Mula-mula ia
menggunakan orang Majus (ay 8), tetapi ketaatan orang Majus pada Firman Tuhan (ay 12)
menggagalkan rencana pembunuhan Herodes ini, dan ini menyebabkan ia merasa
tertipu (ay 16).
b) Usaha selanjutnya
ialah membunuh semua anak-anak di Betlehem yang berusia dibawah 2 tahun (ay
16). Ini tidak berarti bahwa pada saat itu Yesus sudah berusia mendekati 2
tahun. Pasti Yesus masih berusia jauh di bawah 2 tahun, tapi Herodes, yang
tidak tahu kapan persisnya bayi Yesus itu dilahirkan, lalu mengambil amannya
dan mengambil batas 2 tahun.
Apa yang dilakukan oleh Herodes di sini mirip dengan apa
yang dilakukan oleh Firaun dalam Kel 1:15-22. Baik Herodes maupun Firaun
adalah orang-orang yang melawan Allah dan berusaha menggagalkan rencana
Allah.Tetapi merekalah yang gagal (bdk. Maz 2:1-4) karena rencana Allah tidak
mungkin gagal (Ayub 42:2 Yes 14:24,26-27 Yes 46:10-11).
2) Kematian Herodes (ay 19).
a) Pada waktu Herodes
mau mati, ia menangkapi tokoh-tokoh Yahudi dan memenjarakan mereka. Dan ia
memberi perintah untuk membunuh mereka semua pada saat ia mati. Ia melakukan
hal ini karena ia tahu bahwa tidak ada orang yang akan berkabung pada waktu ia
mati. Dengan adanya perintah ini, pada waktu ia mati akan ada orang-orang yang
berkabung, sekalipun bukan untuk kematiannya, tetapi
setidaknya pada saat kematiannya.
Tetapi pada waktu ia mati, perintah ini tidak dilaksanakan.
b) Bagaimanapun juga,
setiap orang harus mati dan mempertanggung-jawabkan perbuatannya dihadapan
Tuhan.
Siapkah saudara untuk mati? Ingat bahwa kalau saudara belum
mempunyai Yesus sebagai Juruselamat saudara, saudara tidak siap untuk menghadap
Tuhan! Karena itu jangan menunda untuk percaya dan ikut Yesus!
II)
Penderitaan karena Herodes.
Ada 2 golongan yang mengalami penderitaan akibat tindakan
Herodes ini:
1) Ibu dari bayi-bayi yang dibunuh (ay 17-18).
2) Yusuf, Maria dan Yesus.
a) Mereka harus
mengungsi ke Mesir dan hidup di negeri asing / kafir.
Pengungsian ini tidak diceritakan dalam Injil Lukas, tetapi
seharusnya kira-kira terletak di sela-sela Luk 2:39.
b) Setelah kematian
Herodespun, mereka tidak terbebas dari penderitaan, karena ternyata Arkhelaus
menjadi raja di Yudea menggantikan ayahnya (ay 22).
Kedua golongan ini menghadapi penderitaan dengan cara yang
berbeda:
1) Ibu dari bayi-bayi yang dibunuh.
a) Mereka sedih dan
menangis (ay 18).
Banyak orang Kristen menyalahkan orang menangis dalam
keadaan apapun berdasarkan Fil 4:4 dan Ro 8:28. Tetapi dalam Kitab
Suci kita melihat bahwa:
· Yesus
juga pernah sedih dan menangis (Mat 26:37-38 Yoh 11:33-35).
· Paulus
berkata bahwa kita harus menangis dengan orang yang menangis (Ro 12:15b).
Ini menunjukkan bahwa ada situasi dimana kesedihan dan
tangisan bisa dibenarkan.
b) Mereka hanya
/ terus-menerus menujukan pandangannya pada penderitaan mereka
(ay 18: ‘mereka tidak ada lagi’).
Ini hal yang salah dari para ibu itu.
Tidak salah kalau mereka sedih dan menangis pada waktu bayi mereka dibunuh,
tetapi kalau mereka terus menerus menujukan pandangannya pada hal yang membuat
mereka sedih, maka kesedihan mereka menjadi berlarut-larut, dan ini merupakan
sikap yang salah.
c) Mereka tidak mau
dihibur (ay 18).
Ini sikap yang sama seperti sikap Yakub pada waktu mengira
bahwa Yusuf sudah mati diterkam binatang buas (Kej 37:35), dan ini
lagi-lagi merupakan sikap yang salah.
Pada waktu sedih, saudara bukan saja tidak boleh menolak
penghiburan, tetapi sebaliknya saudara harus mencari penghiburan! Tetapi juga
perlu diperhatikan supaya saudara tidak mencari hiburan yang tidak benar,
seperti hal-hal duniawi, dsb.Ini hanya penghiburan yang bersifat semu dan
sementara. Carilah hiburan dari Firman Tuhan, orang kristen / hamba Tuhan yang
rohani dsb. Dengan demikian saudara tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan
saudara.
2) Yusuf.
a) Dalam penderitaan ia
tetap mendengar Firman Tuhan dan mentaatinya (ay 13-15,20-21).
Allah menyuruh dia lari ke Mesir. Yusuf
mempunyai alasan yang kuat untuk memprotes cara yang ‘lemah’ itu. Bukankah Anak
yang dilahirkan Maria itu disebut sebagai Juruselamat (Mat 1:21)? Lalu
mengapa Juruselamat itu tidak bisa menyelamatkan mereka, bahkan Juruselamat
itu harus diselamatkan dengan cara yang begitu ‘lemah’ yaitu melarikan diri?
Bukankah pada masa yang lalu Allah sering menyelamatkan umatNya dengan
cara-cara yang spektakuler / luar biasa, seperti membelah Laut Merah
(Kel 14:15-31), membutakan orang kafir yang mau menangkap nabiNya
(2Raja 6:8-23), menurunkan api dari langit untuk membakar orang-orang yang
mau menangkap nabiNya (2Raja 1:1-12), dsb? Mengapa sekarang, untuk
menyelamatkan AnakNya sendiri, Allah menggunakan cara yang begitu ‘lemah’?
Tetapi sekalipun ada alasan untuk protes, Yusuf tidak melakukan itu dan ia taat
kepada Tuhan.
Penerapan:
Pada waktu saudara minta tolong kepada Tuhan, saudara tidak
boleh mendikte Dia dengan cara apa Ia harus menolong saudara. Biarlah Ia yang
memilih dan menentukan caraNya dan saudara harus percaya bahwa cara yang diberikan
itu adalah yang terbaik. Misalnya pada waktu saudara sakit, janganlah
menentukan bahwa Tuhan harus menyembuhkan saudara dengan menggunakan cara yang
luar biasa, yaitu dengan menggunakan mujijat kesembuhan. Tuhan bisa menggunakan
cara yang biasa, yaitu melalui dokter, obat, olah raga, istirahat, dsb.
Illustrasi: ada suatu tempat yang terkena banjir
yang hebat. Seorang kristen naik ke atas atap rumahnya dan berdoa supaya Tuhan
menyelamatkan dia. Sebentar lagi datang sebuah perahu, dan orang-orang di
perahu mengajaknya naik perahu untuk menyelamatkan diri. Tetapi ia menolak
naik perahu itu dan berkata: ‘Aku sudah berdoa kepada Tuhan dan Ia pasti akan
menolong aku’. Perahu itu pergi, dan sebentar lagi datang sebuah perahu yang
lain yang mau menolong dia. Tetapi ia lagi-lagi menolak dengan alasan / jawaban
yang sama. Sebentar lagi datang sebuah
helikopter yang menurunkan tali untuk menolongnya. Tetapi ia lagi-lagi menolak
sambil berkata: ‘Aku sudah berdoa kepada Tuhan, dan Ia pasti akan menolong
aku’. Banjir itu terus naik, dan akhirnya orang itu mati tenggelam. Pada waktu
menghadap Tuhan, orang itu dengan penasaran bertanya kepada Tuhan: ‘Tuhan, aku
berdoa supaya Engkau menyelamatkan aku. Mengapa Engkau tidak menyelamatkan
aku?’. Tuhan lalu berkata: ‘Apa maksudmu Aku tidak menyelamatkan kamu? Aku
mengirim 2 buah perahu dan sebuah helikopter, tetapi engkau menolak untuk
Kuselamatkan!’.
Orang ini menganggap cara yang biasa bukanlah dari Tuhan.
Karenanya ia menolak pertolongan dengan cara yang biasa itu, dan ia
mengharapkan Tuhan menggunakan cara yang luar biasa, seperti mengirim malaikat,
dsb. Akhirnya ia mati karena kebodohannya!
b) Yusuf taat secara
langsung (ay 14 - ‘malam itu juga’).
Penerapan:
Jangan menunda untuk mentaati Firman Tuhan! Penundaan adalah
ketidaktaatan! Ingat juga bahwa setan selalu bisa memberikan alasan yang kuat
dan logis supaya saudara menunda ketaatan saudara! Misalnya dalamn hal melayani
Tuhan.Pada masa pemuda / remaja, setan mengusulkan supaya saudara menunda
pelayanan dengan alasan bahwa ini adalah masa muda yang indah, masa pacaran,
masa belajar dsb.Pada waktu saudara sudah dewasa dan bekerja, setan memberikan
begitu banyak kesibukan sehingga saudara menunda lagi.Pada saat sudah tua,
kesehatan saudara tidak memungkinkan untuk melayani Tuhan. Jadi akhirnya, dari
penundaan datang pembatalan!
c) Yusuf taat
terus-menerus (ay 13-15,19).
Ketaatan yang sejati harus disertai ketekunan.
Penerapan:
· Tuhan
menyuruh saudara belajar Firman Tuhan. Tekunkah saudara dalam belajar?Tekunkah
saudara dalam datang ke Pemahaman Alkitab di gereja saudara?Tekunkah saudara
dalam membaca Alkitab / bersaat teduh?
· Tuhan
menyuruh saudara untuk memberitakan Injil. Apakah kegagalan dalam memberitakan
Injil, atau kesukaran yang timbul karena pekabaran Injil yang saudara lakukan,
membuat saudara lalu berhenti dalam mengabarkan Injil? Tuhan menghendaki
saudara mentaati perintah untuk memberitakan Injil ini dengan tekun!
· Tuhan
menyuruh saudara berdoa, memuji Dia, bersyukur kepadaNya, dsb. Apakah saudara
melakukan hal-hal ini dengan tekun?
d) Yusuf menggunakan
akal sehat dan Firman Tuhan (ay 22).
Akal sehatnya membuat ia takut pergi ke Yudea karena ia tahu
akan kekejaman Arkhelaus yang tidak kalah dengan kekejaman ayahnya (Herodes
yang Agung). Dan ia lalu
menuruti pimpinan Firman Tuhan dan pergi ke Nazaret di Galilea (ay 22-23).
Penerapan:
Pada umumnya kita harus menggunakan akal
sehat / logika. Tetapi kadang-kadang, Tuhan bisa menyuruh kita melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat, misalnya pada waktu Ia menyuruh
Petrus untuk berjalan di atas air (Mat 14:28-29). Pada saat seperti itu,
kita harus tunduk pada Firman Tuhan, bukan pada akal sehat / logika kita!
III)
Tujuan Tuhan dengan penderitaan.
Di atas Herodes dan penderitaan yang dialami orang-orang
tadi ada Tuhan yang menguasai segala
sesuatu. Kalau Ia mengijinkan adanya orang seperti Herodes menyebabkan
penderitaan kepada orang-orang lain, termasuk anak-anakNya, Ia pasti mempunyai
tujuan tertentu. Apa tujuan Tuhan?
· ay 14:
Yusuf, Maria dan Yesus menderita. Apa tujuannya? Ay 15 memberikan
jawabnya, yaitu supaya nubuat dalam Hos 11:1 tergenapi.
· ay 16:
bayi-bayi dibunuh sehingga ibu bayi-bayi itu menderita. Apa tujuannya?
Ay 17-18 memberikan jawabnya, yaitu supaya nubuat dalam Yer 31:15
tergenapi.
· ay 22:
Arkhelaus menjadi raja sehingga Yusuf menderita lagi karena tidak berani
pulang. Apa tujuannya? Ay 23 memberikan jawabnya, yaitu supaya Firman yang
disampaikan nabi-nabi tergenapi.
Jadi dari semua ini kita bisa lihat bahwa Allah pasti mempunyai
tujuan yang baik pada waktu Ia mengijinkan anak-anakNya menderita. Bandingkan
dengan Ro 8:28 yang berbunyi: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah
turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.