Khotbah Minggu 13 Juli 2014 GMI Kasih Karunia
Nats
Alkitab : Matius 13:1-9; 18-23
Tema
: Tidak sia-sia orang yang menerima Firman Allah.
Pendahuluan
:
Perumpamaan tentang seorang Penabur adalah Firman
Allah yang tidak asing lagi bagi kita. Perumpamaan yang menggambarkan kehidupan
sehari-hari penduduk Palestina pada abad pertama. Penabur yang menebarkan benih
di atas tanah yang telah dibajak, dicangkul atau dibersihkan supaya dapat
ditanami. Walaupun tidak dijelaskan apa yang ditabur, namun biasanya berupa
biji-bijian. Biasanya ladang gandum memiliki jalan setapak di sekeliling
ladang. Karenanya kalau pada ayat 4 ada benih yang jatuh di pinggir jalan
berarti di tepi jalan setapak itu atau diatas jalan itu sendiri. Datanglah
burung yang seperti kelaparan dan rakus memakannya sampai habis.
Ada juga yang jatuh di tanah yang berbatu-batu
artinya di tanah tipis yang melapisi batu-batuan. Sinar matahari segera
memanaskan batu-batuan yang hanya dilapisi tanah tipis, sehingga benih yang ada
didalamnya bertunas lebih cepat dari pada benih yang tersimpan di bawah lapisan
tanah yang dalam. Mengingat tanah tidak cukup, maka dia tidak dapat bertahan
untuk tetap hidup. Bahkan panas matahari membuat tunas-tunas itu cepat layu,
kering dan mati karena akarnya tidak masuk cukup dalam. Cepat bertunas dan
cepat mati.
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri. Ayat ini
memberi kesan bahwa sebagian dari benih tertabur ke atas sekumpulan semak duri
yang telah lama tumbuh atau rumput liar yang tumbuh dengan cepat dan memiliki
banyak duri. Benih yang ditabur ternyata tumbuh serempak dengan rumput liar
itu. Bahkan tumbuhan berduri itu lebih cepat dan mempunyai daya tahan yang
lebih kuat dari pada benih yang ditabur. Akhirnya biji yang ditabur terhimpit
dan mati.
Sebagian dari benih yang ditabur itu jatuh di tanah
yang subur, lalu berbuah; bahkan ada yang seratus, ada yang enam puluh, dan ada
juga yang tiga puluh kali lipat. Ternyata benih yang jatuh di tanah yang subur,
dimana tanahnya cukup tebal dan tidak di tumbuhi semak berduri dapat
menghasilkan panen yang luar biasa.
Ayat 9 ini mengulangi ayat 15 “Siapa bertelinga,
hendaklah ia mendengar!
Walaupun Perumpamaan seorang Penabur kita temui juga
pada Injil Markus dan Lukas. Namun apa arti perumpamaan itu secara khusus
dengan penjelasannya hanya ada pada Injil Matius 13:18-23. Yesus menerangkan
kepada murid-muridNya tentang apa arti perumpamaan yang telah diceritakan dalam
ayat 1-9.
Barang siapa yang mendengar firman...sama seperti
benih yang ditaburkan.
Benih yang jatuh di jalan ibarat orang-orang yang
mendengar kabar tentang bagaimana Allah memerintah, tetapi tidak mengerti. Si
jahat itu adalah iblis akan merampas apa yang sudah ditabur dalam hati mereka.
Inilah keadaan orang yang digambarkan benih yang jatuh di sepanjang jalan
setapak itu.
Lain halnya dengan benih yang ditaburkan di tanah
yang berbatu-batu. Ibarat orang-orang yang mendengar kabar itu, dan langsung
menerimanya dengan senang hati. Tetapi karena tidak berakar dalam hati mereka,
sehingga saat diperhadapkan dengan penindasan atau penganiayaan oleh karena
firman itu, maka mereka segera meninggalkannya. Cepat bertunas dan cepat mati.
Segera menerima firman dengan sukacita, namun karena ada tantangan atau
kesulitan segera pula berubah hatinya. Firman itu tidak tertanam dan meresap
dalam hatinya. Sehingga hanya bertahan untuk sementara saja. Ia langsung
meninggalkan imannya.
Sedangkan benih yang jatuh di tengah-tengah semak
berduri ibarat orang-orang yang mendengar kabar itu, tetapi khawatir tentang
hidup mereka dan ingin hidup mewah. Karena itu khabar dari Allah terhimpit di
dalam hati mereka sehingga tidak berbuah. Orang seperti ini membiarkan
kecintaannya pada kekayaan menguasai hidupnya, sehingga tiada tempat bagi
firman itu sendiri. Kata menghimpit berarti mencekik, yang menggambarkan
bagaimana semak berduri yang tumbuh di sekeliling tunas yang baru muncul itu
dan menutupinya, sehingga mencekiknya sampai mati. Firman tidak mempengaruhi
kehidupan orang itu. Firman tidak berdampak dalam hidupnya.
Tentu beda dengan benih yang jatuh di tanah yang
subur. Ibarat orang-orang yang mendengar firman itu dan dengan sungguh-sungguh
mencoba untuk memahaminya. Mereka berbuah banyak, ada yang seratus, ada yang
enam puluh, dan ada yang tiga puluh kali lipat hasilnya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Tanah adalah hati manusia. Tergantung pada tanah
adalah bergantung pada hati. Hati manusia itu ada yang keras seperti batu.
Semua pikiran yang baik, nasihat serta bimbingan yang baik tidak bisa masuk
kedalam hatinya. Ada hati yang penuh duri. Suka mematikan nasihat yang baik
dengan perasaan curiga, ragu-ragu dan kurang percaya. Ada hati manusia seperti
tanah di pinggir jalan. Sikap mereka seperti orang di pinggir jalan. Suka
menonton dan tidak pernah mau terlibat dalam tindakan atau perbuatan yang baik.
Namun tanah yang baik adalah hati yang baik. Orang yang berhati baik tidak sama
dengan orang yang pintar atau sekolahnya tinggi. Bahkan bisa juga jadi orang
pintar mempunyai hati berbatu dan berduri. Agar tercapai kemajuan diperlukan
orang yang mempunyai tanah hati yang baik. Bukan saja tergantung kepada
pimpinan yang baik atau Pendeta yang baik atau khotbah yang baik.
Refleksi:
Jatuh
di pinggir jalan → Mendengar tetapi tidak mengerti
Jatuh
di tanah yang berbatu-batu → Mendengar tetapi tidak berakar
Jatuh
di tengah semak duri → Mendengar tetapi tidak berbuah
Jatuh
di tanah yang baik → Mendengar dan mengerti
AD 1
Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya
sekedar menjalani rutinitas, dengan sekejap Firman yang ditaburkan itu akan
hilang. Dari dalam dirinya memang sudah keras untuk tidak mau menerima
pertumbuhan Firman Tuhan.
AD2
Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya
menerima tetapi tidak mau menyelidiki dan memahami lebih dalam, maka ketika
berhadapan dengan realita hidup Firman yang ditaburkan itu pun akan mati. Sebab
orang itu mendengar Firman Tuhan hanya siap untuk membuat dia senang dan
gembira tanpa mempertanyakan apakah dia sudah menyenangkan Tuhan. Justru
sebaliknya, pendengarannya akan Firman Tuhan di pakai untuk menyelidiki kesalahan
dan dosa orang lain, sementara dia tidak menyelidiki dirinya. Dalam 2
Korintus 13:5dikatakan: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap
tegak di dalam iman".
AD3
Selama kesiapan kita mendengar Firman Tuhan hanya
sampai pada mengetahui, maka Firman yang ditaburkan itu pun akan mati
terhimpit. Dia sudah mendengar, menerima dan mengetahui apa yang seharusnya dia
perbuat, tetapi dia tidak lekas bertindak karena ternyata dia lebih mengikuti
keinginan dagingnya daripada keinginan Tuhan.
AD4
Tetapi Firman Tuhan itu akan bertumbuh dan
menghasilkan buah adalah yang mendengar dan mengerti. Yang tidak mengerti
adalah sikap ketidaksungguhan dan penolakan dari dalam diri, yang walaupun
mendengar, mengetahui tetapi tidak membuka diri (Rm. 1:21,28,32) untuk dikuasai
oleh Firman Tuhan (bnd. Neh. 8).