Khotbah Minggu 24
November 2013
Nats Alkitab: Lukas
23:33-43
“Meraih Berkat Melalui Cara Pandang Yang Benar’
23:33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak,
mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang
seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.
23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk
membagi pakaian-Nya.
23:35 Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya.
Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: "Orang lain Ia selamatkan,
biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias,
orang yang dipilih Allah."
23:36 Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka
mengunjukkan anggur asam kepada-Nya
23:37 dan berkata: "Jika Engkau adalah raja orang
Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!"
23:38 Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: "Inilah raja
orang Yahudi".
23:39 Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat
Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan
kami!"
23:40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya:
"Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima
hukuman yang sama?
23:41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima
balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat
sesuatu yang salah."
23:42 Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku,
apabila Engkau datang sebagai Raja."
23:43 Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam
Firdaus."
“Kata Yesus
kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada
bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus’ ” Lukas 23:43
Yesus disalibkan di tempat yang bernama Tengkorak. Dalam bahasa Latin disebut Kalvari, kalau dalam bahasa Aram disebut Golgota. Bersama Yesus ada juga dua orang penjahat yang disalibkan, yaitu disebelah kiri dan di sebelah kanan Yesus. Kedua penjahat itu telah ikut menghujat Yesus bersama dengan banyak orang yang menonton penyaliban Yesus, yaitu imam-imam kepala, bersama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-ngolok Yesus. Perkataan yang mereka lontarkan pada Yesus, sungguh mengejek dan menghina.
Salah satu
dari dua penjahat yang ikut disalibkan bersama dengan Yesus memperoleh berkat
keselamatan dari Yesus. Banyak orang yang beranggapan bahwa berakhirlah sudah
kehidupan Yesus di kayu salib itu. Yesus diangggap hina, dan tidak punya kuasa
lagi. Namun salah satu dari penjahat itu memiliki cara pandang yang benar tentang
penyaliban Yesus, sehingga ia memperoleh berkat anugerah keselamatan.
Seperti
apakah cara pandang yang benar untuk meraih berkat yang Tuhan sediakan?
1. Tidak ikut arus yang salah
Pada awalnya penjahat ini mengikuti orang banyak, ikut menghujat Yesus (Matius 27:44). Ia kemudian mengubah cara pandangnya yang salah, dan menyadari adalah sebuah kekeliruan jika tidak memandang pada Yesus dan kuasa kebangkitanNya. Penjahat ini juga menyadari bahwa ia adalah orang jahat yang seharusnya tidak layak mendapat anugerah dari Tuhan. Penjahat ini tidak mau lagi ikut arus keadaan yang dilihatnya, seperti banyak orang, pemimpin-pemimpin menghujat Yesus dan prajurit-prajurit mengolok-ngolok Yesus. Ia mengubah pendiriannya. Penjahat itu mengubah cara pandangnya tentang Yesus. Penjahat itu mengalihkan perhatiannya dari Yesus yang menderita tersalib bersama dengannya, kepada Yesus yang akan menang dan akan datang sebagai Raja. Itulah alasan baginya untuk menghargai Yesus, dengan ucapannya kepada Yesus, : “Yesus, Ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”, dalam ayat 42.
Pada awalnya penjahat ini mengikuti orang banyak, ikut menghujat Yesus (Matius 27:44). Ia kemudian mengubah cara pandangnya yang salah, dan menyadari adalah sebuah kekeliruan jika tidak memandang pada Yesus dan kuasa kebangkitanNya. Penjahat ini juga menyadari bahwa ia adalah orang jahat yang seharusnya tidak layak mendapat anugerah dari Tuhan. Penjahat ini tidak mau lagi ikut arus keadaan yang dilihatnya, seperti banyak orang, pemimpin-pemimpin menghujat Yesus dan prajurit-prajurit mengolok-ngolok Yesus. Ia mengubah pendiriannya. Penjahat itu mengubah cara pandangnya tentang Yesus. Penjahat itu mengalihkan perhatiannya dari Yesus yang menderita tersalib bersama dengannya, kepada Yesus yang akan menang dan akan datang sebagai Raja. Itulah alasan baginya untuk menghargai Yesus, dengan ucapannya kepada Yesus, : “Yesus, Ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”, dalam ayat 42.
Sekiranya ia
belum merubah cara pandangnya itu, masih mempertahankan cara pandangnya yang
lama tentang Yesus, sama seperti mereka yang menghujat Yesus, maka ia tentu
tidak mungkin berkata demikian kepada Yesus. Tetapi penjahat itu melawan
kenyataan tersebut, tidak ikut arus lagi, karena ia telah memiliki sebuah cara
pandang yang benar tentang Yesus. Iapun berubah, yang tadinya ikut menghujat
Yesus menjadi orang yang menghargai Yesus dan mengagungkanNya sebagai Raja.
Penjahat itu kini lebih percaya pada kebenaran Yesus daripada kenyataan
penderitaan yang sedang terjadi dialami oleh Yesus.
Barangkali dalam menghadapi persoalan kehidupan ini, kita sudah tak berdaya lagi, karena dikuasai oleh persoalan yang sulit, mungkin dalam masalah pekerjaan, ekonomi, keluarga, sakit penyakit, fitnah atau akibat dari kesalahan/dosa yang kita perbuat. Persoalan itu terasa begitu berat, rumit dan mungkin telah menyiksa bathin dan jiwa kita. Dalam keadaan seperti ini rasanya semuanya telah hancur, tidak ada orang yang menolong, tidak ada harapan lagi untuk perbaikan, kesembuhan atau pemulihan, selain pasrah pada masalah, dengan susah dan sedih hati.
Barangkali dalam menghadapi persoalan kehidupan ini, kita sudah tak berdaya lagi, karena dikuasai oleh persoalan yang sulit, mungkin dalam masalah pekerjaan, ekonomi, keluarga, sakit penyakit, fitnah atau akibat dari kesalahan/dosa yang kita perbuat. Persoalan itu terasa begitu berat, rumit dan mungkin telah menyiksa bathin dan jiwa kita. Dalam keadaan seperti ini rasanya semuanya telah hancur, tidak ada orang yang menolong, tidak ada harapan lagi untuk perbaikan, kesembuhan atau pemulihan, selain pasrah pada masalah, dengan susah dan sedih hati.
Bila hal ini
sedang dialami, ubahlah cara pandang itu karena hal ini akan membuat putus asa
dan tawar hati serta menjadi lemah dan tak berdaya.
“Jika engkau
tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu”, Amsal 24:10.
Masalah
boleh ada, persoalan boleh datang bertubi-tubi tapi milikilah cara pandang yang
benar, sebab dengan cara pandang yang benar kita akan tetap menjadi kuat.
Jangan pasrah pada keadaan, jangan menyerah begitu saja, jangan setuju dengan
keadaan yang merugikan dan menyakitkan itu, jangan hanyut ikut arus masalah
itu, lakukan suatu hal yaitu melawan masalah itu dengan sebuah cara pandang
baru yang benar, bahwa diatas segala persoalan yang sulit itu ada Yesus yang
sanggup menolong dan memulihkan.
“Karena masa
depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”, Amsal 23:18.
Jangan
pandangi masalah itu, yang dapat menekan dan menghimpit kita, sehingga ketika
kita ikut larut di dalamnya maka membuat kita tidak berdaya dan menjadi lemah
dan pasrah pada masalah. Alihkanlah perhatian kepada FirmanNya yang pasti
digenapiNya bagi setiap orang percaya. Pandanglah kepada Yesus yang empunya
segala kuasa itu. Ingatlah bahwa Allah yang kita sembah ialah Allah yang penuh
kasih. Dia akan memberikan anugerahNya kepada setiap orang yang menaruh
harapannya kepadaNya, dan penjahat itupun memperoleh berkat anugerah keselamatan
dari Yesus.
2. Menanggalkan keegoisan dan mau bertobat
Awalnya
penjahat itu telah ikut menghujat Yesus, namun kemudian ia tidak malu untuk
mengemis belaskasihan dari Yesus, ia melawan kedagingannya, dengan menanggalkan
keegoisannya. Ia tidak gengsi untuk meminta belaskasihan Yesus. Penjahat itu
telah mengubah cara pandangnya tentang Yesus, bahwa Yesus tidak bersalah, Yesus
adalah orang benar. Pada ayat 39 sampai 41, digambarkan di sana bahwa teman
dari penjahat itu tetap menghujat Yesus, dengan meminta supaya mereka segera
diselamatkan oleh Yesus yang disebut Mesias.
Teman
penjahat ini sangat egois, ia menuntut Yesus supaya mereka dibebaskan. Teman
penjahat ini mengeluh tentang hukumannya, itulah sikap orang yang tidak mau
bertobat. Tetapi penjahat itu menegur temannya dan mengatakan bahwa mereka
berdua sepantasnyalah menerima hukuman itu karena setimpal dengan perbuatan
mereka. Yang tidak pantas adalah Yesus yang harus menerima hukuman yang sama
dengan mereka, padahal Yesus tidak berbuat sesuatu yang salah. Seperti yang
dikatakan Pilatus kepada Imam-Imam kepala dan seluruh orang banyak itu: ”Aku
tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini”. (Lukas 23:4). Penjahat ini
menyadari bahwa hukuman itu pantas dan layak ia terima, sebab itu ia tidak
meminta pada Yesus supaya dibebaskan dari hukuman itu. Pertobatan adalah
kemampuan untuk mengakui dosa dan menerima hukuman.
Banyak hal
yang terjadi dalam kehidupan kita, oleh karena kesalahan ataupun dosa yang
telah kita perbuat yang tanpa kita sadari. Kita merasa benar, oleh sebab itu
kita seringkali menyalahkan orang lain, atau keadaan yang ada, bahkan ada yang
menyalahkan Tuhan, mengganggap Tuhan tidak adil. Sekalipun kita benar dan Tuhan
ijinkan masalah datang, hadapilah itu sebagai sebuah ujian, pasti ada maksud
Tuhan yang baik bagi kita, supaya kita belajar tentang kebenaran Tuhan.
“Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah”, Roma 8:28.
Jika kita
ditegur oleh Firman Allah, terimalah dengan hati yang terbuka, akui saja
dihadapan Tuhan, sebab tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan. Pakailah Firman
Allah sebagai alat untuk menilai segala sesuatu, terutama untuk mengevaluasi
diri kita. Jangan keras hati, lawanlah keegoisan, sikap yang membenarkan diri,
dengan merendahkan diri dihadapan Tuhan dan mengakui kesalahan. Tuhan tidak
pernah membiarkan celaka orang yang mau merendahkan diri dihadapanNya.
“Jika kita
mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”, 1 Yohanes 1:9.
Penjahat itu
menyadari bahwa ia orang berdosa, dan ia juga menyadari bahwa Yesus itu orang
benar, percaya bahwa Yesus akan datang sebagai Raja.
“Dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”, Matius 23:12b.
“Dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”, Matius 23:12b.
Tatkala
penjahat itu mau merendahkan dirinya dan meninggikan Yesus, maka Yesuspun
mengangkatnya dengan memberikan anugerah keselamatan kepadanya.
Anugerah adalah
pemberian Allah dengan cuma-cuma, gratis, yang diberikan pada orang yang tidak
layak menerimanya. Hidup kita dihadapan Tuhan adalah anugerah. Jangan bertahan
pada keadaan yang dapat merugikan, jangan egois. Sekalipun kita telah berbuat
salah, keliru, atau berdosa, asalkan mau bertobat, berbalik dari jalan-jalan
hidup yang lama, datang merendahkan diri dihadapan Tuhan, maka akan dipulihkan
oleh Tuhan, dan percayalah mujizat dan pertolongan Tuhan akan diperoleh.
Mungkin rasa
bersalah yang terus mengikuti, cara untuk menghilangkannya adalah dengan
mengakui kesalahan itu dengan jujur dihadapan Tuhan. Pelanggaran yang belum
diampuni akan mendatangkan jurang pemisah antara kita dengan Allah. Suatu
pengakuan yang jujur adalah langkah untuk berdamai dengan Tuhan dan manusia,
sebab yang Tuhan tuntut hanyalah, “Hanya akuilah kesalahanmu”, ( Yeremia 3:
13). Pengampunan dan kemurahan Allah tersedia bagi semua orang yang datang
kepadaNya dengan pertobatan yang sungguh-sungguh. Pemulihan selalu disediakan
Tuhan.
“Siapa
menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya
dan meninggalkannya akan disayangi”, Amsal 28:13.
.
3. Tidak mengandalkan pikiran manusia
Akal sehat
manusia bisa saja berkata “ Jika Yesus itu Tuhan, pasti Ia bisa selamatkan diriNya
dari salib. Kenyataannya, Yesus tidak berdaya, dihina, disiksa, menderita dan
disalibkan. Jelas, Ia bukan Tuhan, sebab Ia tidak berdaya, jadi mana mungkin
aku menaruh kepercayaan kepadaNya?”. Itulah yang terjadi pada saat Yesus
disalibkan, banyak orang beranggapan demikian, mengandalkan pikiran manusia,
cara pandang mereka tentang Yesus adalah salah, sebab itu mereka menghujat
Yesus. Yesus berkata: “Ya, Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa
yang mereka perbuat”, ayat 34a. Jalan pikiran mereka bukanlah kebenaran.
Barangkali
kita telah berdoa dan seolah-olah Tuhan tidak mampu menjawab doa-doa kita, Dia
tidak dapat menolong kita, Dia tidak dapat mengerti keadaan kita, buktinya
keadaan kita belum juga berubah. Cara pandang ini adalah salah. Penjahat itu
tidak lagi mengandalkan pikiran manusia berdasarkan apa yang ia lihat sesuai
kenyataan saat itu bahwa “Yesus tidak berdaya”. Penjahat itu tidak mau hanya
melihat pada kenyataan Yesus yang disalibkan itu, tetapi ia melawan kenyataan
itu dengan cara pandang yang benar yaitu melihat dengan hatinya yang beriman
bahwa Yesus itu akan menang, yang akan datang sebagai Raja, penjahat itu mau
melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata. Sebab itulah ia dengan berani
dan percaya, berkata pada Yesus, agar Yesus kelak mengingat dirinya. Kata Yesus
kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada
bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”, ayat 43.
Luar biasa
tanggapan dan jawaban Yesus kepadanya, yang ia minta adalah supaya Yesus
mengingatnya kelak, tetapi yang ia peroleh adalah suatu berkat anugerah yang
sungguh besar, yaitu ia memperoleh keselamatan. Allah melakukan bagi kita bukan
saja dari apa yang kita minta padanya melalui doa, tetapi Allah bahkan
juga sanggup memberikan melebihi apa yang dapat kita pikirkan, dan doakan.
“Bagi
Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau
pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.” Efesus
3:20.
Kenyataan
yang kita hadapi boleh saja jalan yang buntu, sudah tidak ada harapan, atau
pintu sudah tertutup, namun kita bisa melawannya dengan memiliki cara pandang
benar, mengandalkan iman.
“Jawab
Yesus: “Katamu: Jika Engkau dapat ? Tidak ada yang mustahil bagi orang
yang percaya!” Markus 9:23.
Maksud dari
pernyataan Yesus ini bukanlah segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh
manusia, tetapi memerlukan iman yang sungguh-sungguh percaya akan pekerjaan
Tuhan yang sempurna. Kenyataan yang susah, buruk, dan mencemaskan selalu
kelihatan oleh mata jasmanai kita. Kenyataan yang dilihat mata itu memang sulit
untuk disangkal dan itu selalu mengkhawatirkan hati. Untuk menghadapi kenyataan
ini adalah melawannya dengan cara pandang yang benar, yaitu menggunakan Firman
Allah.
.
Masalah
boleh ada untuk melatih diri kita agar dapat melihat yang tidak kelihatan
dengan memakai kebenaran Firman Allah. Kenyataannya ialah semua orang menolak
Yesus, dan menghujat Yesus yang disalibkan. Penjahat itu mau melawan kenyataan
yang dilihatnya, dengan cara pandangnya yang benar, ia tidak ikut arus lagi, ia
menanggalkan keegoisannya dan bertobat, serta tidak mengandalkan pikiran
manusia. Penjahat itu tidak lagi mau dikuasai oleh keadaan yang lihat oleh
matanya, ia melawan kenyataan itu, percaya pada Yesus yang disalibkan itu
adalah sebagai orang benar dan akan menang, kemudian datang sebagai Raja.
Karena itu, iapun memperoleh kehidupan yang kekal, yaitu berkat keselamatan
dari Yesus.
Kita akan
berhasil ketika kita mau melawan kenyataan hidup yang pahit dan sulit itu,
dengan cara pandang yang benar sesuai kebenaran Firman Allah. Kita harus terus
belajar untuk menilai segala sesuatu dengan cara pandang yang benar, supaya
kita dapat menerima berkat Tuhan. Percaya saja pada kemampuan Allah yang
sanggup untuk menolong kita, maka kita pasti menerima berkat dan mujizatNya
yang tidak terbatas itu. Tuhan memberkati saudara.
“Berbahagialah
ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang
menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” Wahyu
1:3.