Bahan Sermon LS, CLS, Majelis GMI Kasih Karunia, Jln. Hang Tuah 2 Medan
Jumaat 20 Juni 2014
Nats Alkitab : Roma 6:12-23
Thema :
"Dari Hamba Dosa menjadi Hamba Kebenaran
Oleh : Pdt. TM-karo karo, STH, MA
I.
Pendahuluan
Setelah kita dibaptis di dalam kematian-Nya dan memperoleh hidup baru di dalam kebangkitan-Nya, kita tidak bisa lagi hidup di dalam dosa (Roma 6:3-11). Artinya adalah
1. Kita tidak lagi hidup di dalam dosa berarti hidup kita tidak ditundukkan di bawah dosa. Hal ini diajarkan Paulus di ayat 12, "Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya." Dengan kata lain, Paulus memakai metafora, bahwa dosa di sini sebagai tuan manusia ketika manusia masih menjadi hamba dosa. Ketika manusia masih menjadi hamba dosa, manusia itu tetap manusia lama yang menjadikan dosa sebagai tuannya. Karena itu Paulus mengajar jemaat Roma (dan kita juga) untuk tidak menyerah terhadap kedagingan kita, melainkan kita harus berani menolak dosa dengan tidak menuruti keinginan dosa.
1. Kita tidak lagi hidup di dalam dosa berarti hidup kita tidak ditundukkan di bawah dosa. Hal ini diajarkan Paulus di ayat 12, "Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya." Dengan kata lain, Paulus memakai metafora, bahwa dosa di sini sebagai tuan manusia ketika manusia masih menjadi hamba dosa. Ketika manusia masih menjadi hamba dosa, manusia itu tetap manusia lama yang menjadikan dosa sebagai tuannya. Karena itu Paulus mengajar jemaat Roma (dan kita juga) untuk tidak menyerah terhadap kedagingan kita, melainkan kita harus berani menolak dosa dengan tidak menuruti keinginan dosa.
2. Kita tidak hidup di dalam dosa berarti kita tidak
menyerahkan anggota tubuh kita sebagai alat dosa. Di ayat 13, Paulus
mengajarkan hal ini, “Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu
kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu
kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup.
Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi
senjata-senjata kebenaran.” Kata “menyerahkan” berarti ada unsur penyerahan
aktif dari pribadi tertentu kepada pribadi lain. Demikian pula, ketika ayat ini
mengajarkan bahwa kita jangan menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada
dosa berarti kita tidak boleh lagi secara aktif berperan serta di dalam dosa
apalagi untuk sesuatu yang lalim. Dengan kata lain, kita tidak boleh
menyerahkan tubuh kita untuk dipakai iblis dalam mengerjakan apapun yang tidak
adil atau jahat karena itu melawan Allah dan berdosa. Mengapa kita bisa
melakukan semuanya itu ? Paulus memberikan jawabannya di ayat 14, “Sebab kamu
tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum
Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.” Yaitu, karena kita tidak dikuasai lagi
oleh dosa, atau tidak memerintah hidup kita, maka kita tidak hidup di dalam
dosa.
II.
Komentar Singkat
Dalam Roma 6:12-23, ini rasul Paulus mengingatkan bahwa sebagai orang-orang yang
sudah ditebus dari perhambaan dosa kita tidak lagi menjadi “hamba dosa” tetapi
sudah menjadi “hamba kebenaran.” Penggunaan kata “hamba” di sini untuk
mempertahankan pemahamantentang
makna kepatuhan, yang semula tunduk kepada keinginan dosa sekarang tunduk
kepada tuntutan kebenaran. Kalau tadinya sebagai hamba dosa telah menimbulkan
kecemaran yang akan berakhir dalam kebinasaan, sekarang sebagai hamba kebenaran
membuahkan kekudusan yang berujung kepada hidup kekal.
Transisi dari "hamba dosa" kepada "hamba kebenaran" (= hamba Allah) adalah sebuah pengalaman sangat istimewa yang momentumnya harus terus dipelihara, agar seseorang yang kembali diperhamba oleh dosa menyadari akan kemerdekaannya sehingga tidak selalu merasa dikendalikan oleh kekuatan dosa. Sebaliknya, menjadi hamba kebenaran adalah memiliki kebebasan untuk melakukan hal-hal yang benar tanpa dihalang-halangi lagi oleh kuasa dosa yang sudah tak berdaya lagi. Namun, seringkali kebiasaan hidup berdosa yang sudah mendarah-daging itu masih terbawa terus meskipun kita sekarang sudah menjadi hamba Allah. Seperti mantan narapidana yang baru dibebaskan setelah bertahun-tahun meringkuk di balik jeruji besi, acapkali agak sulit baginya untuk bisa langsung berperilaku sebagai orang merdeka. Sehingga rasul Paulus mengingatkan, "Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup.
III.
Aplikasi
1. Kemerdekaan dari perbudakan dosa adalah kondisi di mana manusia tidak lagi terikat pada keinginan alamiah untuk berbuat dosa. Sebagaimana seorang budak yang dibebaskan dari perbudakan memiliki kesempatan untuk menikmati hidup yang lebih bermartabat, demikianlah seorang hamba dosa yang sudah dimerdekakan itu beroleh kesempatan untuk hidup lebih suci / Kudus.
2. Dimerdekakan dari perhambaan dosa bukanlah
atas kekuatan kita sendiri melainkan itu adalah karunia Tuhan. Status baru ini
memberi suatu kesempatan kepada kita untuk hidup terlepas dari kekangan dosa,
dan untuk melakukan kebenaran sehingga kita disebut sebagai “hamba kebenaran.”
3. Meskipun Allah telah menyediakan
kemerdekaan dari perhambaan dosa bagi setiap orang, namun pilihan tetap berada
pada diri orang itu sendiri. Tidak seperti perbudakan fisik yang berasal dari
kehendak di luar diri orang yang dijadikan budak itu, perhambaan dosa
berpangkal di dalam diri orang yang menjadi hamba dosa itu sendiri. Jika kita
benar2 mengasihi Kristus yang telah melahirkan kita kembali melalui KasihNya,
kita tidak akan melakukan dosa lagi.
Kepustakaan:
1.
Alkitab
Sabda
2.
Davidson F dan Ralph P. Martin, "Tafsiran Surat Roma" dalam Tafsiran Alkitab Masakini , Yayasan Komunikasi Bina Kasih / OMF, Jakarta 1999.