Saturday, June 21, 2014

Bahan Sermon LS, CLS, Majelis GMI Kasih Karunia, Jln. Hang Tuah 2 Medan
Jumaat 20 Juni 2014
Nats Alkitab   : Roma 6:12-23
Thema            : "Dari Hamba Dosa menjadi Hamba Kebenaran
Oleh                 : Pdt. TM-karo karo, STH, MA

       I.            Pendahuluan
Setelah kita dibaptis di dalam kematian-Nya dan memperoleh hidup baru di dalam kebangkitan-Nya, kita tidak bisa lagi hidup di dalam dosa   (Roma 6:3-11). Artinya adalah
1. Kita tidak lagi hidup di dalam dosa berarti hidup kita tidak ditundukkan di bawah dosa. Hal ini diajarkan Paulus di ayat 12, "Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya." Dengan kata lain, Paulus memakai metafora, bahwa dosa di sini sebagai tuan manusia ketika manusia masih menjadi hamba dosa. Ketika manusia masih menjadi hamba dosa, manusia itu tetap manusia lama yang menjadikan dosa sebagai tuannya. Karena itu Paulus mengajar jemaat Roma (dan kita juga) untuk tidak menyerah terhadap kedagingan kita, melainkan kita harus berani menolak dosa dengan tidak menuruti keinginan dosa.    
2. Kita tidak hidup di dalam dosa berarti kita tidak menyerahkan anggota tubuh kita sebagai alat dosa. Di ayat 13, Paulus mengajarkan hal ini, “Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.” Kata “menyerahkan” berarti ada unsur penyerahan aktif dari pribadi tertentu kepada pribadi lain. Demikian pula, ketika ayat ini mengajarkan bahwa kita jangan menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada dosa berarti kita tidak boleh lagi secara aktif berperan serta di dalam dosa apalagi untuk sesuatu yang lalim. Dengan kata lain, kita tidak boleh menyerahkan tubuh kita untuk dipakai iblis dalam mengerjakan apapun yang tidak adil atau jahat karena itu melawan Allah dan berdosa. Mengapa kita bisa melakukan semuanya itu ? Paulus memberikan jawabannya di ayat 14, “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.” Yaitu, karena kita tidak dikuasai lagi oleh dosa, atau tidak memerintah hidup kita, maka kita tidak hidup di dalam dosa. 

    II.             Komentar Singkat
Dalam Roma 6:12-23, ini rasul Paulus  mengingatkan bahwa sebagai orang-orang yang sudah ditebus dari perhambaan dosa kita tidak lagi menjadi “hamba dosa” tetapi sudah menjadi “hamba kebenaran.” Penggunaan kata “hamba” di sini untuk mempertahankan pemahamantentang makna kepatuhan, yang semula tunduk kepada keinginan dosa sekarang tunduk kepada tuntutan kebenaran. Kalau tadinya sebagai hamba dosa telah menimbulkan kecemaran yang akan berakhir dalam kebinasaan, sekarang sebagai hamba kebenaran membuahkan kekudusan yang berujung kepada hidup kekal. 
Transisi dari "hamba dosa" kepada "hamba kebenaran" (= hamba Allah) adalah sebuah pengalaman sangat istimewa yang momentumnya harus terus dipelihara, agar seseorang yang kembali diperhamba oleh dosa menyadari akan kemerdekaannya sehingga tidak selalu merasa dikendalikan oleh kekuatan dosa. Sebaliknya, menjadi hamba kebenaran adalah memiliki kebebasan untuk melakukan hal-hal yang benar tanpa dihalang-halangi lagi oleh kuasa dosa yang sudah tak berdaya lagi. Namun, seringkali kebiasaan hidup berdosa yang sudah mendarah-daging itu masih terbawa terus meskipun kita sekarang sudah menjadi hamba Allah. Seperti mantan narapidana yang baru dibebaskan setelah bertahun-tahun meringkuk di balik jeruji besi, acapkali agak sulit baginya untuk bisa langsung berperilaku sebagai orang merdeka. Sehingga rasul Paulus mengingatkan, "Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup.

 III.             Aplikasi
1. Kemerdekaan dari perbudakan dosa adalah kondisi di mana manusia tidak lagi terikat pada keinginan alamiah untuk berbuat dosa. Sebagaimana seorang budak yang dibebaskan dari perbudakan memiliki kesempatan untuk menikmati hidup yang lebih bermartabat, demikianlah seorang hamba dosa yang sudah dimerdekakan itu beroleh kesempatan untuk hidup lebih suci / Kudus.
2. Dimerdekakan dari perhambaan dosa bukanlah atas kekuatan kita sendiri melainkan itu adalah karunia Tuhan. Status baru ini memberi suatu kesempatan kepada kita untuk hidup terlepas dari kekangan dosa, dan untuk melakukan kebenaran sehingga kita disebut sebagai “hamba kebenaran.”
3. Meskipun Allah telah menyediakan kemerdekaan dari perhambaan dosa bagi setiap orang, namun pilihan tetap berada pada diri orang itu sendiri. Tidak seperti perbudakan fisik yang berasal dari kehendak di luar diri orang yang dijadikan budak itu, perhambaan dosa berpangkal di dalam diri orang yang menjadi hamba dosa itu sendiri. Jika kita benar2 mengasihi Kristus yang telah melahirkan kita kembali melalui KasihNya, kita tidak akan melakukan dosa lagi.


Kepustakaan:
1.      Alkitab Sabda
2.       Davidson F dan Ralph P. Martin, "Tafsiran Surat Roma" dalam Tafsiran Alkitab Masakini , Yayasan Komunikasi Bina Kasih / OMF, Jakarta 1999.


Thursday, June 5, 2014



KHOTBAH MINGGU 01 JUNI 2014 DI GMI KASIH KARUNIA
Natts Khotbah           : Yohanes 17:1-11
Thema : “Allah dimuliakan dalam Persekutuan Jemaat”

Ketika Yesus menyadari bahwa waktunya tidak lama lagi bersama murid-muridNya, dan hal ini sudah dikemukakan dalam Yohanes 16:4b-7, 16-19, Ia menaikkan doa syafaat yang pertama bagi diriNya (1-8), kedua kepada murid-muridNya (9-19), ketiga kepada semua orang percaya (ayat 20-26). Dalam bingkai nas khotbah Minggu ini kita akan mendalami doa Yesus bagi diriNya dan bagi murid-muridNya.
(1) Doa Yesus bagi diriNya dimulai dengan kata “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah anak-Mu, supaya anakMu mempermuliakan Engkau”. Kata “permuliakan” kita temukan dua kali yang ditujukan kepada diriNya yaitu dalam ayat 1 dan 5, ini penting sebagai legitimsi bahwa Anak dan Bapa adalah satu. Perhatikanlah ayat ayat 10 ”segala milikKu adalah milikMu dan milikMu adalah milikKu”, dan juga dalam ayat 21 “seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau..”. Oleh karena itu Yesus mempunyai kuasa memberikan hidup yang kekal (Ayat 2 dan bandingkan Pembacaan, Mazmur 68:2-11; 33-36, khususnya ayat 36). Dan hidup kekal diberikan kepada setiap orang yang mengenal (percaya) kepada satu-satunya Allah yang benar di dalam Yesus Kristus yang datang ke dalam dunia (ayat 3, bandingkan Yohanes 1:1, 13; 3:15-16, 40, dll,).
Doa Yesus bagian pertama ini juga sebagai ucapan syukur Yesus telah melakukan pekerjaan yang diberikan Bapa kepadaNya yakni menyampaikan firman yang disampaikan kepadaNya (ayat 8) sudah disampaikan dan hasilnya adalah murid-mururid Yesus. Dalam ayat 6 Yesus mengatakan bahwa mereka yang percaya adalah milik Allah berarti milik Yesus sebab mereka hidup menuruti Firman yang telah disampaikan yakni mereka sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah berasal dari Allah.
==> Sungguh kita adalah orang yang paling beruntung sebab kita adalah orang yang percaya kepada satu-satunya Allah yang benar, yaitu Allah yang kita kenal di dalam Yesus Kristus yang mempunyai kuasa memberikan hidup kekal yang di dambakan setiap manusia. Tetapi tidak semua orang memperolehnya karena kunci untuk memperolehnya adalah percaya dan kita adalah orang yang percaya, betapa beruntungnya kita.
(2) Setelah menyampaikan doa bagi diriNya, Yesus kemudian berdoa bagi murid-muridNya. Doa ini didasari bahwa (1) murid-murid adalah milik Allah/milik Yesus. Sebagai milik, Yesus mengasihi mereka sehingga secara khusus mendoakan mereka; (2) Yesus akan meninggalkan dunia ini untuk menyelesaikan misi keselamatan dengan menempuh jalan kematian disalib. Jalan salib adalah satu-satunya jalan pengampunan bagi manusia yang berdosa yang percaya kepadaNya bahwa Yesus adalah Mesias Anak Allah. Kata “mereka masih ada di dalam dunia ini” sebagai sebab keprihatinan Yesus, sebab mereka akan banyak mengalami penderitaan karena mereka akan hidup sebagai mana selama ini mempermuliakan Yesus atau dengan kata lain melanjutkan pekerjaan Yesus di dunia ini. Oleh karena itu Yesus secara khusus berdoa agar Bapa yang kudus memeliharakan murid-murid dalam nama Yesus yakni nama Allah yang diberikan kepada Yesus agar murid-murid menjadi satu (ayat 11). Jadi kalau kita mendalami ayat 11 maka ada dua hal penting disampaikan dalam doa Yesus.
Pertama, nama Yesus adalah nama Allah itu sendiri. Nama ini bukan sekedar nama tapi nama yang berkuasa.
==> Nama Yesus adalah nama yang berkuasa menyembuhkan penyakit (Kis.Ras 3:6, Markus 16:18); berkuasa mengusir setan (Markus 3:15, 16:17), bahkan di dalam Kis.Ras 4:12 disebutkan ”Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Juga di dalam Yohanes 14:12-14 disebutkan “apa pun juga yang kamu minta dalam namaku (Yesus), aku akan melakukannya, supaya Bapa dimuliakan di dalam Anak”.
Kedua, Supaya mereka menjadi satu sama seperti kesatuan Allah Bapa dan Allah Anak. Mengapa kesatuan penting bagi Yesus? Sebab bukan saja dalam pengertian seperti ungkapan “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”, tapi lebih dari itu kesatuan adalah hakekat Allah sebagaimana digambarkan sama seperti Bapa dan anak adalah satu. Dan sebagai milik Tuhan kita harusnya hidup dalam kesatuan. Dan bukan saja itu, tetapi hidup dalam kesatuan sebagai kesaksian bahwa murid-murid adalah benar-benar milik Allah, milik Yesus sehingga dunia percaya bahwa benar Yesus adalah Mesias yang diutus untuk menyelamatkan manusia.
==> Bagaimana persekutuan jemaat kita saat ini, sudahkah sehati sepikir yang nampak dalam kesatuan yang saling mengasihi dan berbagi satu dengan yang lain? Yesus secara khusus mendoakan muridnya agar mereka menjadi satu, itu menunjukkan betapa pentingnya kesatuan para murid dan tentunya juga semua orang percaya. Oleh karena itu sangatlah ironis jika murid-murid Yesus/orang percaya tidak memperlihatkan kesatuan, apa lagi saling  curiga, saling merendahkan bahkan saling bermusuhan. Harus disadari bahwa persekutuan kita bukan di dasari organisasi dunia, politik, bisnis, dll. sebab bila demikian persekutuan tersebut tidak akan kokoh. Tetapi didasari pemahaman bahwa kita adalah milik Allah yang sudah dibeli dengan harga yang sangat mahal yakni kematian Yesus Kristus di kayu salib. Kesadaran demikian akan membuat kita senantiasa mengucap syukur dan berusaha hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah di dalam perikop kita sangat jelas yakni supaya menjadi satu. Menjadi satu bukan berarti seragam tetapi menjadi satu di dalam percaya kepada Yesus keristus yang saling mengasihi dan berbagi satu dengan yang lain. Dan hal tersebut tidaklah mudah, itulah sebabnya Yesus telah berdoa bagi kita agar dalam Nama Yesus kita dipelihara dalam kesatuan sebagai orang percaya. Perbuatan Yesus mendoakan murid-muridNya ini harus juga kita pahami sebagai suatu teladan agar kita juga saling mendoakan, terlebih pemimpin jemaat harus mendoakan jemaat, demikian juga dalam rumah tangga orang tua harus mendoakan anak-anak mereka agar kesatuan ditengah-tengah persekutuan jemaat, keluarga sungguh-sungguh persekutuan yang menampakkan kemuliaan Allah.
Kita percaya di dalam nama Yesus doa kita di dengarkan, doa kita dijawab seturut dengan kehendak Allah. Dan dalam nama Yesus ada kuasa menyembuhkan, melepaskan dari kuasa jahat dan keselamatan.
Aplikasi:
1.      Semua pemberita Firman Tuhan, baik pendeta, penginjil, dosen theologia, guru agama, guru Sekolah Minggu, ataupun penginjil pribadi, harus banyak berdoa untuk orang-orang yang mereka layani, karena tanpa itu tidak akan ada buah pelayanan. Ini juga berlaku untuk pelayanan yang lain seperti koor / paduan suara, vocal group, pengurus komisi, majelis, dan bahkan untuk pelayanan yang sederhana seperti mengajak orang ke gereja. Apakah saudara berdoa untuk orang-orang yang saudara layani?
2.      Penerapan:
·         Sekalipun kita tahu bahwa setan sudah ditetapkan untuk dihukum (Mat 8:29  Yudas 6), tetapi kita tetap harus berjuang melawannya dan berdoa untuk menentang segala pekerjaannya.
·         Sekalipun Allah berjanji mencukupi kebutuhan hidup kita (Mat 6:25-34) tetapi kita tetap wajib berdoa untuk itu (Mat 6:11).
·         Sekalipun kita tahu bahwa kita tidak bisa kehilangan keselamatan kita (Yoh 10:27-29), kita tetap harus berjuang dengan takut dan gentar (Fil 2:12).
3.      Kita boleh saja berdoa supaya mendapatkan penghasilan yang lebih besar, jabatan yang lebih tinggi, gelar yang lebih hebat, selama kita tidak meminta hal-hal itu semata-mata demi kemuliaan diri kita sendiri, tetapi kita ingin supaya melalui semua itu kita bisa lebih memuliakan Allah. Ingat bahwa ‘memuliakan Allah’ harus menjadi tujuan hidup setiap orang (1Kor 10:31).