Wednesday, December 31, 2014

KHOTBAH PADA TAHUN BARU 01 JANUARI 2015
GMI KASIH KARUNIA, JLN.HANG TUAH, MEDAN
Nats Alkitab  : 1 Petrus 2:11-17
Thema     : "Sinar Terang Kehidupan Kristiani di tengah-tengah Dunia”  

Jadi seorang pendatang itu tidaklah selalu enak. Seorang pendatang biasanya tidak begitu bebas dan tidak bisa berbuat sesuka hati. Kita harus menjaga diri sebaik mungkin. Apa lagi kalau kita membawa sebuah nama kelompok, almamater atau nama golongan, kita harus semakin bermawas diri. Kita harus menjaga diri baik-baik agar nama almamater atau nama sebuah golongan yang kita sandang tidak tercoreng karena sikap-sikap kita.

Hal ini jualah yang disampaikan oleh Rasul Petrus kepada para pembaca suratnya. Petrus mengingatkan kepada sebagian besar orang Yahudi yang sedang merantau di daerah Asia Kecil, agar sebagai perantau di negeri orang, mereka harus menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang melawan jiwa. Lebih dari itu, mereka harus berbuat baik ditengah-tengah bangsa bukan Yahudi. Mengapa? Soalnya bangsa Yahudi itu merupakan bangsa pilihan yang harus menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Sebagai umat yang menyandang status bangsa pilihan tentu saja mereka harus menjaga diri mereka baik-baik, harus bersikap santun, sabar dan sejenisnya, agar mereka dapat menjadi teladan.

Sebenarnya ada 2 alasan mengapa mereka harus bersikap baik:
·        Pertama, supaya orang-orang asing yang menganut aliran sesat paganisme, tidak dapat memfitnah mereka karena melihat perbuatan-perbuatan baik yang mereka lakukan. Perbuatan baik itu merupakan pertahanan terbaik dari orang-orang yang dapat berbuat jahat kepada kita.

·        Tujuan Kedua; yang lebih utama ialah agar mereka kelak dapat memuliakan Allah karena kehidupan perbuatan baik tersebut. Melalui perbuatan baik diharapkan, banyak orang yang dapat melihat Kristus dalam hidup mereka, dan pada akhirnya mereka juga akan bertobat dan dapat memuliakan Allah juga.

Sebenarnya lebih jauh lagi, Petrus hendak menyatakan kepada orang-orang Kristen pada segala zaman bahwa mereka itu adalah pendatang di dunia ini, termasuk kita yang sedang mendengar  saat ini. Kita merupakan pendatang di dunia ini. Kita ini hanyalah pendatang di bumi ini. Hidup kita hanya sementara. Tidak selamanya kita berada di bumi ini. Kelak kita akan kembali ke rumah bapa, suatu tempat yang jauh lebih indah dari bumi ini.
Oleh karena itu sebagai pendatang dan perantau di bumi ini, bukan berarti kita bisa hidup sesuka hati kita. Kita pun sedang menyandang status sebagai anak-anak Kerajaan Allah. Karena itu kitapun harus menjaga kehidupan kita untuk tetap kudus. Selain itu kita harus menyatakan perbuatan-perbuatan baik kita kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Jangan sampai kehidupan kita mencoreng nama Tuhan yang sedang kita sandang sebagai orang-orang Kristen. Bukankah saat ini sudah terlalu banyak orang yang menghindari gereja karena perbuatan-perbuatan memalukan orang-orang Kristen sendiri? Mereka kecewa disertai perkataan “yah, orang Kristen sendiri juga begitu klakuannya”. Kehidupan yang tidak benar, moral yang bejat, dan hati yang picik. Bahkan sebagian orang menganggap Kekristenan itu seperti racun, karena mereka melihat orang-orang yang mencemari kekristenan sendiri.

Karena itu Petrus mengingatkan kepada setiap kita untuk terus berbuat baik sebagai seorang pendatang didunia ini. Kita harus berbuat baik agar orang-orang dunia tidak dapat memfitnah dan menyindir kita. Terlebih dari itu, kita diharapkan berbuat baik agar kelak orang lain dapat memuliakan Tuhan. Perbuatan baik itu harus diberlakukan dalam berbagai aspek.

Jika kita melihat perikop setelah ini, kita dapat menemukan bahwa Petrus terus menerus mengulang-ngulang kata berbuat baik. Di ayat 13-15, kita disuruh untuk tunduk kepada semua lembaga manusia karena Allah. Kita diminta tunduk kepada lembaga pemerintahan di dunia ini, karena mereka adalah wakil-wakil Allah.

Ketundukkan kita terhadap mereka merupakan salah satu perbuatan baik. Karena itu diayat 15 dikatakan “sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik, kamu membungkemkan kepicikan orang-orang bodoh.” Selanjutnya di ayat 18-20 kita diminta untuk tunduk kepada tuan kita didunia ini. Entah tuan kita baik atau nggak, kita harus tunduk. Kita diharapkan untuk bersabar dan terus berbuat baik. Karena itu di ayat 20 dikatakan “Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.” Bahkan di pasal 3:1-7 Petrus mengingatkan para istri untuk selalu tunduk kepada suami, bahkan walau suami mereka bukanlah orang-orang yang tunduk terhadap Firman Tuhan. Petrus mengharapkan, dengan perbuatan baik istrinya, suaminya dapat dimenangkan tanpa perkataan, namun karena kelakuan istrinya itu yang murni dan saleh. Perbuatan baik dapat memenangkan jiwa. Dalam semua aspek yang sudah dipaparkan Petrus, perkataan untuk berbuat baik itu sering dikumandangkan.

Kita diharapkan dapat memancarkan kasih Kristus di tengah-tengah dunia ini, sehingga orang lain pun dapat merasakan kemuliaan Allah melalui kehidupan kita. Ada buku yang mengatakan bahwa khotbah yang paling baik itu bukanlah khotbah yang disampaikan di atas mimbar. Tapi khotbah yang terbaik adalah kehidupan kita sendiri. Khotbah berjalanlah yang memiliki kekuatan besar untuk membawa jiwa datang kepada Tuhan.

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu,menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar. Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air. Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?" Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun". "Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :" Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda." Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menganganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumahsakit, menuju kamar si wanita tersebut. Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan... Wanita itu sembuh !!. Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu
pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut,ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya. Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi.."Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu.." tertanda, DR Howard Kelly. Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa : "Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia."

Kebaikan akan membawa kebaikan yang lainnya. Biarlah perbuatan baik kita pun boleh mempengaruhi kehidupan orang lain, sehingga bumi ini penuh dengan kemuliaan Tuhan lewat perbuatan baik kita sebagai alat-Nya.


Wednesday, December 24, 2014



Resolusi Tahun Baru bersama Allah

Mazmur 32:5
By : Pdt. T.M Karo karo,STh,MA
Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. (Mazmur 32:5).
Bernostalgia umumnya terasa mengasyikkan. Khususnya jika yang dikenang adalah saat-saat yang menyenangkan dalam hidup. Biasanya manusia memerlukan momen tertentu untuk menandai sesuatu yang berarti dalam hidupnya. Kenangan akan pengalaman kesedihan, kegagalan, penolakan, atau kesepian, cenderung ingin kita  lupakan. Memang segala hal yang berkaitan dengan pengalaman yang pahit seringkali ingin kita singkirkan jauh-jauh
Tetapi di awal sebuah tahun yang baru, ada baiknya kenangan akan peristiwa yang tidak mengenakkan juga kita  ingat dan renungkan kembali, supaya kita  dapat belajar dari kesalahan yang pernah kita  lakukan dan menjadi lebih berhati-hati untuk tidak jatuh ke dalam kelalaian yang sama. Memutuskan untuk belajar dari kesalahan adalah juga bentuk sebuah usaha untuk bertumbuh menjadi lebih baik. Walaupun mungkin pahit, barangkali hal ini juga merupakan sebuah keterbukaan dan kerendahan hati untuk bersedia diubahkan dan dibentuk oleh Tuhan supaya kita dapat hidup semakin dekat dengan Dia, semakin menyerupai Dia, sebagaimana kita temui dalam surat Rasul Paulus kepada umat di Roma, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2). Tak seorangpun dari manusia yang hidup di dunia ini yang sudah mencapai kesempurnaan. Kita selalu mempunyai sisi-sisi lemah dan kebiasaan-kebiasaan yang mendatangkan dosa yang perlu untuk diperbaiki. 
Pembentukan karakter iman dan kasih kita  kepada Tuhan adalah satu resolusi yang paling penting dalam kehidupan ini.  Sesungguhnya tidak ada yang lebih penting bagi Tuhan selain pembentukan karakter kita supaya menjadi semakin kudus dan tak bercela di hadapan-Nya.  Karena adalah kerinduan-Nya agar kita dapat selamanya bersama dengan Dia dan menikmati cinta kasih-Nya dengan sempurna. 
 Fokus kepada satu kelemahan untuk diperbaiki lebih mudah dan memberikan harapan daripada sibuk memikirkan betapa banyaknya kesalahan yang telah pernah kita buat. Hal itu hanya akan menimbulkan rasa putus asa dan perasaan malas untuk memulai. Tuhan kita adalah seorang Bapa yang sabar dan lemah lembut yang selalu mampu melihat kebaikan dan potensi-potensi yang baik dalam diri setiap anak-Nya betapapun besarnya kesalahan kita, asalkan kita mau datang kepada-Nya dan bertobat.  Sejauh Timur dari Barat, demikian dijauhkan-Nya pelanggaran kita daripada kita (Mazmur 103 : 12).Yesus pun mengungkapkan karakter Bapa itu melalui kisah perumpamaan tentang anak yang hilang di dalam Lukas 15: 11-32.
Kesabaran dan semangat tidak mudah putus asa sangat penting agar kita selalu mempunyai harapan untuk bangkit lagi. Kadang kita  tidak menyadari bahwa beberapa kebiasaan kita  ternyata membuat diri  kita merasa tidak damai dan kita  gagal menampilkan wajah Allah yang ada di dalam diri  kita. Sifat dan kebiasaan seperti merasa diri yang paling tahu, kebiasaan menunda pekerjaan tertentu, atau iri hati dan kecenderungan menghakimi sesama, biasanya tersamar di sudut-sudut hati kita  yang gelap, dan kita  membutuhkan kerendahan hati untuk menyerahkannya kepada Allah agar Ia dapat masuk dan membersihkan sudut-sudut gelap itu. Pemazmur yang selalu rindu untuk bertobat juga mengungkapkannya sedemikian, “ Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku” (Mazmur 139 : 23)
Seringkali kita tidak mampu dengan kekuatan kita sendiri untuk bangkit dari kebiasaan yang tidak membangun. Bergantung terus kepada pertolongan Allah yang mampu melunakkan hati sekeras apapun adalah sangat berkenan kepadaNya, sambil tak segan-segan mencari pertolongan sesama yang dapat membantu kita, membaca dan meresapi renungan iman, dan tentu tak jemu-jemu belajar dari Firman-Nya agar niat baik kita diasah dan dikuatkan dengan kuasa Firman Tuhan. “Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah (Efesus 6 : 16-17).
Sangat penting bagi kita untuk mengenali kesalahan yang masih berulang-ulang kita lakukan, serta kebiasaan buruk yang sukar kita tinggalkan, mungkin juga karena bawaan dari kepribadian.  Kewaspadaan kita  harus selalu ditingkatkan karena si jahat sering masuk dari pintu kelemahan kita  yang sudah menjadi kekhasan kita  itu untuk berbuat dosa lagi dan membuat kita  semakin merasa terpuruk karena merasa sulit sekali berubah. Kalau perlu sebisa mungkin kita  perlu menghindari waktu, tempat, dan kesempatan yang membuat kita  mudah jatuh lagi ke dalam dosa yang sama. Allah selalu menyertai kita dan menguatkan kita untuk tidak menyerah kepada bujukan si jahat.  Sesungguhnya kita tak pernah sendirian dalam berjuang, tinggal apakah kita mau mengklaim penyertaan Allah itu dengan penuh iman, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis” (Efesus 6 : 11).
Firman di atas itu juga mengingatkan kita  bila berhadapan dengan sesama yang sulit, bagaimana Allah tetap memandang setiap orang dengan penuh cinta, belaskasihan, pengampunan serta harapan. Maka kita  pun harus belajar memandang sesama kita  dengan penuh harapan akan kebaikan, betapapun sulitnya menemukan kebaikan itu. Tidak perlu kita menyerahkan diri kepada amarah dan kebencian atau dendam, karena sesama adalah teman-teman seperjuangan kita yang juga masih berjuang, yang harus kita rangkul untuk melawan musuh kita yang sesungguhnya…”karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Efesus 6 : 12). 
Demikianlah  pemeriksaan batin, pertobatan, dan pembersihan diri menjadi rutinitas yang indah yang ingin kita  lakukan menapaki tahun yang baru  ini, agar seluruh jiwa kita sehat dan berkenan kepada Allah, yang menciptakan setiap dari kita indah, murni, dan berharga sejak semula. Tugas kita  untuk memelihara kebersihan jiwa kita  agar Dia nyaman bersemayam di dalamnya dan kita  mampu menghasilkan buah-buah kasih dan kehidupan seperti rencana-Nya yang indah bagi setiap anak-anak-Nya.
Selanjutnya diri kita tentu “tercemar” lagi,  dan tentu kita  juga masih akan gagal dan jatuh lagi, tetapi kita  ingat jati diri kita  yang sebenarnya sebagai anak-anak Tuhan, kita  tidak akan menyerah dan ingin selalu bersemangat untuk terus bergantung kepada Allah dengan kerendahan dan keterbukaan hati. Menjadi miskin dan rendah di hadapan Allah adalah kekuatan kita, “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran (Kolose 3 :12). Allah yang Maha Mencintai, akan selalu menyertai kita. Amin.




Redaktor "media on-line GMI Kasih Karunia" mengucapkan :


Sunday, December 7, 2014

KHOTBAH MINGGU ADVENT II  07 DESEMBER 2014
GMI KASIH KARUNIA, JLN. HANG TUAH 2 MEDAN

Nats Alkitab    : Markus 1:1-8
Thema             : Persiapkanlah Jalan untuk Tuhan
Tolong jawab dengan jujur: “Apa yg umumnya dipersiapkan jemaat masa kini menjelang Natal?”
· Baju baru yg termewah, Makanan yg terlezat, Tempat yg termegah
Coba kita bandingkan secara obyektif dengan “Apa yg Alkitab ceritakan
tentang Yohanes Pembaptis?”
· Bajunya sangat sederhana, Makanannya sangat murah, Tempatnya sangat gersang
Ternyata gaya kehidupan jemaat masa kini menjelang Natal bertolak belakang dengan gaya kehidupan Yohanes Pembaptis. Padahal, Yohanes Pembaptis adalah “Utusan Tuhan” untuk membuka jalan bagi Yesus.
Tidaklah berlebihan untuk saya mengatakan:
GEREJA MASA KINI PERLU MENATA ULANG KEHIDUPANNYA
AGAR SUNGGUH-SUNGGUH MEMPERSIAPKAN JALAN BAGI YESUS
Mari renungkan dan camkan secara lebih mendalam teladan-teladan kehidupan Yohanes Pembaptis
1.      CHRISTOCENTRIS (Berpusat kepada Kristus )--Lih Mrk 1:7-8
Yohanes Pembaptis, dengan penuh kerendahan hati, memberitakan, “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” Tidak terpancar barang sedikit pun ambisi untuk mempromosikan diri sendiri.Dia mengatakan dan melakukan segala sesuatu hanya bagi Tuhan Yesus. Inilah dalam bahasa teologianya disebut: Kristosentris
Suatu hari, saya membaca suatu kisah tentang perlombaan sepeda di India. Bayangkan kalau ada seseorang yang mengikuti perlombaan tersebut tanpa memahami peraturan lomba. Ketika perlombaan dimulai, dia mengayuh pedal sekuat dan secepat yang dapat dilakukannya. Dia hampir kehabisan nafas. Dia mandi keringat. Dia sangat senang ketika mengetahui peserta lomba yang lain jauh tertinggal di belakang. “Saya akan memecahkan rekor,” pikirnya. “Sungguh fantastik!” Dia berteriak, sambil memacu sepedanya lebih keras dan lebih cepat lagi.
Akhirnya, dia mendengar tembakan tanda pertandingan berakhir. Dia sangat senang karena menjadi yang terdepan. Tak dinyana, dia justru menjadi pecundang karena tidak memahami peraturan lomba. Tujuan lombanya adalah untuk dapat menempuh jarak sependek mungkin pada jangka waktu yang telah ditetapkan. Mereka yang mengerti berusaha sebaik mungkin untuk tidak menjauh dari garis start. Kedua kaki mereka memang harus tetap ada di pedal karena mereka akan didiskualifikasi jika salah satu kaki mereka saja menyentuh tanah. Kalaupun mereka harus bergerak maju, maka itu pun hanya beberapa centimeter, secukupnya untuk mempertahankan keseimbangan tubuh mereka. Ketika batas waktunya habis, maka orang yang paling dekat dengan garis start itulah juaranya.
Tuhan Yesus memberikan peraturan dalam perlombaan menuju hidup kekal. Garis finishnya berada di sisi lain setelah kematian kita, tepat di depan takhta Allah sendiri. Di sana kita akan mendapat upah Surgawi setelah kebangkitan orang percaya. Strategi untuk memenangkan perlombaan iman ini adalah untuk memperhatikan orang lain, bukan hanya kepentingan diri sendiri. Menolong yang lain untuk berkembang, bukan mengedepankan ambisi pribadi.Memberi tanpa mengharapkan pamrih dari si penerima.
Kunci kemenangannya adalah belajar rendah hati seperti Yesus. Belajar untuk mengembangkan kehidupan yang berpusat kepada Kristus, seperti Yohanes Pembaptis.
2.      Berani Menyatakan Kebenaran  --Lihat Mrk 1:4 bnd 6:17-18
Bukan hanya di padang gurun, Yohanes Pembaptis berseru, “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu,” tetapi kepada siapapun juga. Ketika Herodes mengambil Herodias, yang adalah istri saudaranya, sebagai istrinya, Yohanes dengan berani menegur, “Tidak halal engkau mengambil istri saudaramu!”
Berani menyampaikan teguran kepada siapapun, walaupun teguran itu kadang-kadang membuahkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi orang yang kita tegur dan akibat yang tidak enak bagi kita yang menegur.
Seorang yang sungguh mengasihi Tuhan pasti mengasihi sesamanya. Kasih yang murni tersebut akan membangkitkan keberanian untuk mengatakan kebenaran. Kebenaran itu lah yang akan memerdekakan dan menyelamatkan sahabat-sahabat kita.
3.      Berpengaruh secara meyakinkan---Lihat Markus 1:5
“Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan.”

Markus menceritakan dengan lugas seberapa besar tanggapan masyarkat terhadap seruan Yohanes Pembaptis, “Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan.”Jelas sekali bahwa kehidupan dan pelayanan Yohanes sangatlah meyakinkan, dan mempunyai pengaruh yang luas dan besar.
Bagi beberapa orang Yahudi, kehancuran pasukan Herodes dipandang sebagai hukuman Tuhan, suatu hukumkan yang adil, karena perbuatannya terhadap Yohanes Pembaptis. Herodes telah membunuhnya walaupun sebenarnya seorang yang baik. Dia telah menginsafkan banyak orang Yahudi untuk bertobat dari dosa-dosa mereka, lalu membaptis mereka. Ada beberapa yang harus ditekankan dalam kehidupan kita supaya pengajaran kita mempunyai pengaruh yang besar a.l:
·         Jujur
·         Sesuai pengajaran dengan perbuatan (contoh:pancur yang kotor dgn air yang bersih)
·         Mempunyai integritas yang tinggi

Perhatikanlah bahwa mereka menempatkan kejujuran pada urutan pertama. Tanpa kejujuran, kita hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain mendekat kepada Yesus. Dengan bersikap jujur, menjunjung tinggi integritas, kita meluruskan jalan untuk banyak orang datang kepada Yesus.
Itulah langkah pertama kita harus lakukan dalam mempersiapkan jalan bagi Yesus: Kejujuran.
Sesuai dengan teladan Yohanes Pembaptis, mari kita tata ulang kehidupan kita untuk mengisi masa raya Natal dan menyongsong tahun baru dengan kehidupan yang:
· Christocentris – berpusat kepada Kristus,
· Berani menyatakan kebenaran, dan
· Berpengaruh secara meyakinkan—menjadikan diri kita berpengaruh,
Dengan demikian kita sungguh-sungguh dapat mempersiapkan dan meluruskan BANYAK JALAN bagi Tuhan Yesus. Amin.