Saturday, March 29, 2014



Khotbah Minggu 30 Maret 2014
Di GMI Kasih Karunia, Jln. Hang Tuah 2 Medan
“MATA HATI YANG MELIHAT TERANG AKAN MEMBERIKAN PERUBAHAN HIDUP”
Yohanes 9:1-41
BY: Rev. T.M. KARO-KARO, STH,MA
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada seorang nabipun dalam Perjanjian lama yang pernah melakukan mujizat mencelikkan kebutaan. Demikian pula dalam Perjanjian Baru, tidak pernah dicatat ada seorang murid Yesus/rasul yang melakukan mujizat serupa. Hanya Yesus seorang yang pernah mencelikkan orang buta dengan frekwensi lebih banyak daripada penyakit lainnya.
Ada beberapa catatan yang perlu kita perhatikan dalam kisah ini:
1. Pernyataan bahwa Tuhan Yesus adalah terang dunia semakin ditekankan dalam wujud tindakan kesembuhan bagi orang buta ini.
Sebelum Tuhan Yesus melakukan mukjizat kesembuhan bagi orang yang buta sejak lahir itu, Dia kembali mengklaim atau menyatakan diriNya sebagai TERANG DUNIA. Dengan demikianTuhan Yesus menetapkan koneksi yang jelas antara menyembuhkan orang yang buta secara fisik dengan menyatakan diri sebagai TERANG DUNIA yang menyapa dunia dan mencelikkan mata hati atau spritualitas manusia yang masih gelap atau buta. Jika di Yohanes 8:12, Tuhan Yesus sudah menyatakan diri sebagai TERANG DUNIA, maka kini pernyataan-Nya ini diwujudnyatakan di dalam karya…di dalam perbuatan.
2. Pengenalan akan Tuhan Yesus akan  semakin berkembang ketika kita bergaul dengan Dia
Dari ayat 8—13 kita dapat melihat bagaimana orang yang sekarang sudah bisa melihat itu ditanyai macam-macam oleh tetangganya. Pada ayat 19-23 kita menjumpai lagi orang yang sudah bisa melihat ini dibawa ke depan keluargnya. Dan pada ayat 24-34, sekali lagi orang yang sudah dapat melihat itu dicecar sedemikian rupa oleh orang-orang Farisi. Perhatikanlah reaksi sikap yang terekam dalam pengakuan orang buta yang kini sudah melihat itu. Pertama, dia mengakui Yesus sebagai seseorang (ayat 11), lalu ia mengatakan Yesus adalah nabi (ayat 17), Yesus adalah seseorang yang melakukan mukjizat (ayat 25), Yesus adalah seseorang yang dari Allah dan didengar Allah (ayat 31, 33), dan pada akhirnya ia percaya bahwa Yesus adalah Anak Manusia yang diutus Allah (ayat 38).
Tidak mudah bagi orang buta yang sekarang sudah bisa melihat ini untuk sampai pada tahap pengakuan,”Aku percaya Tuhan” dan sujud menyembah Yesus. Perhatikan bahwa proses pengenalan dan iman kepada Tuhan Yesus itu bertumbuh seiring dengan interogasi yang dia lalui. Terang yang dia terima tidak hanya mencelikkan matanya tetapi juga mata hatinya.
3. Ucapan Tuhan Yesus di dalam ayat 39: “Barangsiapa yang tidak dapat melihat menjadi dapat melihat; barangsiapa yang dapat melihat menjadi buta.
Tuhan Yesus mendengar bahwa orang yang Dia sembuhkan tadi diusir oleh orang-orang Farisi, barangkali dia dikucilkan dan diintimidasi oleh orang-orang sekitarnya karena dia ngotot mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias…penyembuh dan penyelamat hidupnya. Maka Tuhan Yesus mendatangi dia dan kemudian orang tersebut mengaku percaya dan kemudian Tuhan Yesus mengatakan:
Aku datang ke dunia untuk menghakimi…supaya orang yang buta melihat dan orang yang melihat menjadi buta. Orang-orang Farisi merasa tersindir, namun sekali lagi Tuhan Yesus mengatakan Sekiranya kamu buta maka kamu tidak berdosa dan sekiranya kamu melihat maka kamu tetap berdosa.
Dalam terjemahan bahasa Indonesia kita tidak akan menemukan makna kalimat-kalimat Yesus. Namun dalam teks bahasa Yunani kita akan tahu maksud dari pernyataan Tuhan Yesus ini, coba perhatikan:
Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat (me blepontes-> tidak melihat, buta), dapat melihat (bleposin-> melihat), dan supaya barangsiapa yang dapat melihat (blepontes-> melihat), menjadi buta (tuphloi ginomai-> buta).
Perhatikan kata ginomai yang memiliki akar kata sama denganginosko yang artinya mengerti, memahami, menyadari. Dengan permainan makna kata ini Tuhan Yesus hendak mengatakan bahwa memang mata jasmani orang-orang Farisi dapat melihat namun mata hati atau spiritualitas mereka tidak mengerti…tidak menyadari bahwa TERANG DUNIA itu ada di hadapan mereka. Orang buta yang kini sudah bisa melihat itu dengan kerendahan hati mau menerima dan percaya pada TERANG DUNIA yang menyapa hidupnya sehingga dia mengalami perkembangan pengenalan dan iman kepada TERANG DUNIA yaitu Tuhan Yesus sedangkan orang Farisi merasa diri sudah tahu…sudah mengerti…sudah pintar sehingga tidak membuka diri pada sapaan Sang TERANG DUNIA!
Dari kisah ini kita dapat melihat bahwa orang yang buta sejak lahir itu menjadi sembuh. Dia dapat melihat kembali. Tidak hanya mata jasmani yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus namun rupanya mata hati orang ini juga melihat dan menyambut Tuhan Yesus sebagai TERANG DUNIA. Lalu apa makna kisah ini bagi kehidupan kita saat ini?
Kita bersyukur karena Tuhan memberi kita anugerah sehingga mata hati kita dapat melihat Tuhan Yesus sebagai TERANG DUNIA. Lalu apa wujud nyata dari seseorang yang mata hatinya melihat dan menyambut Tuhan Yesus sebagai TERANG DUNIA? Maka undangan bagi setiap kita adalah:
 Mengakui Tuhan Yesus sebagai Yang Paling Berdaulat di dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Perhatikan kisah orang buta yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus ini. Dia mengakui bahwa kesembuhannya hanya diperoleh melalui Tuhan Yesus yang tergerak oleh belas kasihan untuk menyembuhkannya. Dan kesaksiaannya di hadapan para tetangga dan orang-orang Farisi juga keluarganya semakin meneguhkan pengenalan dan keyakinan imannya bahwa hanya Tuhan Yesus , Anak Manusia yang diutus oleh Allah yang paling berdaulat di dalam hidup ini.
Pengakuan dan sikap orang buta yang sudah sembuh ini menjadi cermin bagi kita untuk mengimani kedaulatan Tuhan Yesus di dalam hidup kita. Berapa banyak dari kita yang tidak menempatkan Tuhan Yesus sebagai Tuhan yang berdaulat atas hidup kita, sebagai TERANG dalam hidup kita? Kalau kita sakit misalnya, sejauh mana kita mampu mempercayai kedaulatan Tuhan Yesus akan sakit dan sembuh kita? kalau kita sedang mengalami kesulitan di dalam hidup ini, sejauh mana kita mengimani kedaulatan Tuhan Yesus atas susah senangnya hidup kita? Pengalaman perjumpaan dengan TERANG DUNIA yaitu Tuhan Yesus seharusnya membawa kita pada keyakinan atau iman bahwa hanya Tuhan Yesuslah yang paling berdaulat di dalam hidup kita.Ingat, kebutaan spritiual sangat berbahaya.
 Menjadi pembawa terang bagi orang-orang disekitar kita.
Siapa sich diantara kita yang tidak pernah mendengar lagu Amazing Grace? (Sangat Besar AnugrahMU) Tentu semua pernah mendengar dan bahkan bisa menyanyikannya. Lagu ini diciptakan oleh seorang  Inggris bernama John Newton. John Newton adalah seorang Kapten Kapal Greyhound. Tidak hanya sekedar menjadi kapten kapal tetapi juga seorang penjual budak yang kejam dan tidak segan-segan membunuh. Bukan 1 atau 2 nyawa yang dia bunuh, tetapi 400-600 orang dia bunuh.
Suatu kali dia berlayar dari Inggris ke Benua Afrika dengan tujuan membawa sebanyak mungkin orang-orang Afrika untuk dijual di Inggris sebagai budak. Dari desa satu ke desa Afrika lainnya, Ia berburu dan menyerang manusia untuk dijadikan budak. Baginya, siapa saja orang Afrika yg mencoba melawan dan menolak untuk dijadikan budak. Setelah menemukan orang-orang yang mau dibawa ke Inggris, John memasukkan mereka ke dalam kapalnya, kapal Greyhound. Naasnya kapal itu hanya muat 400 orang, namun John tetap mengangkut 650 orang sehingga kapal itu menjadi sesak karena sempitnya ruang gerak dan kurangnya oksigen sehingga banyak yang meninggal di tengah perjalanan. Tidak hanya itu, John tidak mau memberi makan para budak yang dia angkut. Maka lengkap sudah penderitaan di atas kapal itu. Dalam pelayaran tersebut terjadi badai di Lautan Atlantik. Badai ganas ini hampir menenggelamkan kapal si John Newton. Serentak para budak itu dirantai dan dipasung oleh John dan para awaknya. Beberapa orang dari ke-30 awak kapal John menduga bahwa badai ini karena ulah John Newton yang sangat tidak berprikemanusiaan. Namun John yang sejak usia 11 tahun tidak pernah berdoa dan membaca Alkitab lagi tidak menggubris komentar awak kapalnya. Lama kelamaan badai ini bukannya reda tetapi semakin hebat mengamuk dan menghantam kapal John Newton. Pada saat itulah dia berteriak, “Tuhan, kasihanilah kami.” Saat itu John sangat ketakutan karena badai dan juga takut kalau Tuhan marah dan tidak mendengarkan seruannya. Dengan ketakutan dia berdoa, “YA TUHAN, Jika Engkau Benar, Engkau PAsti menepati janjiMu. Sucikanlah hatiku yang kotor ini.”
Setelah 4 minggu berlalu setelah badai itu, dan juga persediaan makanan di kapal Greyhound mulai menipis, dia melabuhkan kapalnya di pelabuhan Irlandia. Seketika itu pula John Newton langsung pergi ke gereja. Dan dia pun menciptakan lagu yang berjudul Amazing Grace dengan diiringi gemuruh ombak, percikan air dan kicauan burung. Dan kini dia berubah, dia tidak lagi menjual budak bahkan dia adalah tokoh pertama di Inggris yang menentang perbudakan.
Perhatikan bahwa ada perubahan hidup yang dialami oleh John Newton. Terang yang sudah membuat dia melihat itu adalah terang yang sudah membukakan mata hatinya. Sehingga dia mau percaya dan mempercayakan kehidupanya kepada Kristus yang berdaulat. Dan kepercayaannya itu dia wujudkan dalam kesaksian tindakan nyata dalam hidup sehari-hari yaitu menghentikan perbudakan.
Terang Dunia yaitu Tuhan Yesus Kristus yang sudah menyapa kita mengundang kita untuk percaya dan mempercayakan hidup kita pada kedaulatan. Tidak hanya berhenti pada percaya saja tetapi diwujudkan lewat tindakan sehingga orang-orang di sekitar kita itu juga dapat melihat TERANG DUNIA yang berdiam di dalam diri kita masing-masing. Kita diberi kesempatan untuk menunjukkan terang kasih Allah di dalam kehidupan kita. Bahkan kesaksian yang sederhana sekalipun dapat menjadi sebuah kesempatan bagi kita untuk memperkenalkan terang kasih Allah di dalam hidup kita sehingga orang-orang di sekitar kita percaya akan TERANG DUNIA yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Amin.





Tuesday, March 25, 2014



PENGORBANAN

Ada sebuah  kisah tentang seorang petani tua di Jepang yang baru saja   memanen padinya. Panennya begitu melimpah sehingga dapat membuatnya
menjadi seorang yang  kaya raya. Sawahnya yang luas itu terletak di dataran tinggi, di    atas suatu desa yang dekat pantai.
            
  Suatu hari, terjadi gempa bumi hebat yang menggoncangkan daerah itu, namun penduduk
desa             pantai  yang sudah terbiasa mengalami kejadian itu tidak begitu menghiraukan
kejadian ini.
              
             Si petani yang rumahnya agak tinggi melihat ke tepi pantai, ombak begitu dahsyat dan
mengerikan.             Ia langsung mengerti bahwa malapetaka akan segera terjadi. 
            
             "Cepat ambilkan Obor!!" teriaknya kepada cucunya. Kemudian dia berlari ke arah
padinya yang             baru dipanen dan membakarnya.
  Ketika lonceng kuil desa di bawah sana didentangkan, pertanda ada kebakaran; maka
orang-orang             berbondong naik ke arah rumah petani dan membantu untuk
menyelamatkan             hasil panennya. 
  Tetapi petani itu cepat-cepat menunjuk ke arah pantai, "Lihat-lihat!!"             Orang-orang
menoleh ke arah pantai, satu gelombang ombak besar telah menerjang dan           
menghancurkan desa mereka. Namun karena petani itu mengorbankan hasil panennya maka
seluruh             masyarakat desa itu berlari ke arah gunung, lebih dari 400 jiwa terselamatkan. 
            
  Petani ini memang dengan sengaja membakar hasil panennya, supaya semua perhatian
tertuju             ke rumahnya.
Ayat Alkitab  :
             Yohanes  3:16. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah
mengaruniakan Anaknya yang tunggal. Supaya setiap orang yang percaya kepadaNya, tidak
binasa melainkan beroleh hidup yang kekal."
            
             I Petrus 2:19.   "Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak

            Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung."

Thursday, March 20, 2014


Hiduplah sebagai anak-anak terang


Bahan Sermon Lay Speaker, Majelis, Jemaat GMI Kasih Karunia
Jumaat 21 Maret 2014
“Hiduplah sebagai anak-anak terang” (τεκνα ψωτος περιπατειτε)
Nats Alkitab :  Efesus 5:8-12

  1. Pejelasan Nats

Efesus merupakan kota pusat bisnis dan  prostitusi pada saat itu, sehingga kehadiran kekristenan diharapkan bisa merubah paling tidak mempengaruhi situasi masyrakat Efesus.
            Paulus mendorong orang Kristen yang ada di Efesus untuk menunjukkan identitas dan status mereka sebagai anak-anak terang, dan itulah yang menjadi pokok utama pembahasan Efesus 5:8-14. Paulus memulai fakta tentang masa lalu dari jemaat yang ada di Efesus dengan mengatakan bahwa sebelumnya mereka adalah kegelapan. Dalam ayat 8 Paulus berkata, “Memang dahulu kamu adalah kegelapan”. Kata “dahulu” menunjuk pada kondisi masa lalu yang telah mereka tinggalkan. Ketika Paulus mengatakan bahwa sebelumnya mereka adalah kegelapan, hal ini bukan untuk mengingat-ingat masa lalu, tetapi untuk menegaskan kembali bahwa itu bukan lagi status dan kehidupan mereka.
            Kata kegelapan yang dalam bahasa Yunani disebut skotos (σκοτος), bukan hanya menunjuk pada kondisi yang gelap tetapi juga status mereka yang gelap serta kontribusi mereka yang menjadikan sekelilingnya menjadi gelap. Dahulu mereka adalah anak-anak gelap yang membawa kegelapan, sehingga orang lain tidak mengetahui jalan yang mereka tempuh, tidak hidup dalam kebenaran dan tidak dapat membedakan mana yang benar dan yang salah. Tetapi Paulus menegaskan, bahwa itu masa lalu dan sudah berlalu, dan sekarang mereka sudah menjadi anak-anak terang.
            Masih dalam ayat 8 Paulus berkata, “…tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan.” Kehidupan masa lalu mereka sangat berbeda dengan kehidupan mereka masa kini. Paulus menekankan perubahan status dari anak kegelapan menjadi anak terang di dalam Tuhan. Orang Kristen memiliki status dan identitas yang baru di dalam Tuhan. Setiap orang Kristen harus menyadari status mereka yang baru ini, sehingga mereka mengerti untuk apa mereka hidup dan apa yang harus mereka lakukan dengan status yang baru tersebut.
            Setelah Paulus mengingatkan jemaat di Efesus mengenai status mereka sebagai anak-anak terang, kemudian Paulus mendorong setiap orang Kristen yang ada di Efesus supaya hidup sebagai anak-anak terang. Dengan tegas Paulus berkata dalam ayat 8, “Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang.” Paulus mendorong jemaat di Efesus supaya menunjukkan melalui kehidupan mereka bahwa mereka adalah anak-anak terang. Dunia membutuhkan teladan, dan itu harus ditunjukkan oleh orang yang mengaku dirinya sebagai pengikut Kristus.
            Ada tiga hal yang harus dilakukan oleh jemaat di Efesus untuk membuktikan bahwa mereka adalah anak-anak terang, dan ini juga yang harus dilakukan oleh setiap orang Kristen di sepanjang zaman dan dimanapun mereka berada:
  1. Menguji apa yang berkenan kepada Tuhan (ay. 10) (analizing). Kata menguji  mempunyai arti menekankan usaha yang aktif dari setiap orang Kristen untuk mengamati, menganalisa serta memilah dan memilih apa yang berkenan kepada Tuhan.
Sementara kata berkenan berarti  bukan hanya sekedar disetujui atau diterima, tetapi juga harus menyenangkan hati Tuhan. Jadi sebelum kita melakukan suatu tugas dan tindakan, kita tidak hanya bertanya apakah tindakan tersebut salah atau tidak; kita juga tidak hanya bertanya apakah tindakan ini disetujui Tuhan atau tidak, tetapi harus sampai pada pertanyaan, apakah perbuatan ini menyenangkan hati Tuhan atau tidak.
       2.  Langkah yang kedua yang harus dilakukan oleh orang Kristen mengambil keputusan untuk dua hal, yakni:
(a)   keputusan untuk tidak mau turut ambil bagian dalam perbuatan kegelapan, perbuatan yang tercela    dan perbuatan yang mendukakan hati Tuhan.
   (b)   komitmen untuk hanya melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan.

Paulus mengajarkan bahwa menguji apa yang berkenan dan apa yang tidak berkenan di hati Tuhan tidaklah cukup, tetapi harus sampai pada pengambilan keputusan serta memiliki komitmen untuk meninggalkan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Paulus juga menekankan bahwa orang Kristen tidak cukup hanya meninggalkan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan, tetapi juga harus melakukan hal-hal yang berkenan kepada Tuhan.
            Setelah melakukan langkah yang pertama dan yang kedua, selanjutnya jemaat yang ada di Efesus harus melakukan langkah yang selanjutnya
  1. Berhubungan dengan misi. Dalam ayat 11 Paulus mengatakan supaya jemaat di Efesus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan. Kata menelanjangi mempunyai arti  menegur dengan keras, menyatakan kesalahan ataupun membuktikan bahwa perbuatan kegelapan itu merupakan dosa. Jemaat di Efesus memiliki misi untuk melakukan pembaharuan moral di kota Efesus. Sebagai anak-anak terang, jemaat di Efesus harus berperan secara aktif menolong setiap warga di Efesus supaya mereka menyadari bahwa perbuatan mereka yang hidup dalam kegelapan itu merupakan perbuatan yang merendahkan martabat manusia.

  1. Penerapan Nats

            Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kota Efesus bukan hanya kota bisnis tetapi juga kota prostitusi. Mereka tidak menganggap prostitusi sebagai dosa yang memalukan, tetapi menganggapnya sebagai suatu bisnis yang sangat menguntungkan. Bagi para pelacur, praktik prostitusi itu merupakan suatu pekerjaan yang legal. Paulus mendorong jemaat di Efesus untuk menelanjangi kebobrokan moral warga Efesus. Tentunya hal tersebut dilakukan, ketika mereka menunjukkan jati diri mereka sebagi orang Kristen yang hidup dalam terang dan berfungsi sebagai terang.
            Apa yang diajarkan Paulus kepada jemaat di Efesus juga berlaku bagi setiap orang Kristen masa kini. Setiap orang Kristen yang mengakui dirinya sebagai anak-anak terang, harus berperan aktif untuk menelanjangi praktik-praktik kegelapan yang terjadi dalam masyarakat, yang tentunya harus dimulai dari gereja. Ada begitu banyak praktik-praktik kegelapan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat kita. Praktik-praktik kegelapan yang paling menonjol di negara kita adalah suap dan korupsi. Para pakar mengakui bahwa sulitnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia diakibatkan oleh korupsi dan suap. Ketika kita berbicara tentang korupsi dan suap, jangan hanya berfokus pada pemimpin atau pejabat Negara. Korupsi dan suap terjadi dalam setiap lapisan, bahkan sampai tingkat yang terendah yaitu tingkat Kelurahan, tingkat RW dan RT.
            Praktik-praktik kegelapan yang lain yang juga sangat menonjol di negara kita ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kebejatan moral, seperti prostitusi, pornografi, dan narkoba. Hal ini bukan hanya mempengaruhi orang dewasa tetapi juga telah melanda anak-anak sekolah dari anak SMA sampai anak SMP. Kondisi ini sudah sangat memprihatinkan. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana masa depan bangsa kita dan masa depan anak-anak kita, jika tidak dilakukan penanganan yang serius mengenai pornografi dan narkoba di kalangan anak-anak. Setiap orang Kristen memiliki misi dan tugas untuk menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan ini dan menjadi terang kepada setiap orang, supaya mereka mengerti bahwa apa yang mereka lakukan akan merusak masa depan mereka.
            Bagian terakhir yang sangat penting dari pengajaran Paulus ini terdapat dalam ayat 9 yang berkata, “… karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran”. Paulus mengingatkan jemaat di Efesus, ketika mereka berusaha menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan yang ada di Efesus mereka harus melakukan itu dalam tiga koridor yaitu kebaikan, keadilan dan kebenaran. Setiap orang Kristen yang menegur kesalahan orang lain harus dimotivasi oleh kasih dan tujuannya adalah untuk kebaikan orang lain. Ketika kita menegur kesalahan orang lain harus berlandaskan rasa keadilan. Tingkat teguran yang diberikan kepada orang lain ditentukan oleh tingkat kesalahan. Jangan sampai kesalahan yang kecil dibesar-besarkan, sehingga akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Ketika kita menegur orang lain juga harus didasarkan kebenaran. Sebelum melakukan teguran, kita harus mengetahui secara benar duduk persoalan, mengetahui fakta-fakta yang benar dan melakukan teguran secara benar. Ketiga koridor tersebut sangat penting dalam melakukan misi pembaharuan dalam masyarakat, karena hal tersebut sangat menentukan keberhasilan misi kita.

Minggu Lent 21 Maret 2014

Pdt. T.M. Karo-karo, STh,MA


Daftar Bacaan:
    Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap hari: Galatia, Efesus, hal  239-249 BPK GM, Jakarta 2000
    Martin, Ralp P., Tafsiran Efesus dalam Tafsiran Alkitab Masakini, hal. 599-602,  Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta 1999
    Silalahi, Frans, Hiduplah sebagai anak-anak Terang, ramlyharahap.blogspot.com
           


Sunday, March 16, 2014

PERESMIAN GEDUNG SM, PASTORI, GUEST HOUSE
GMI KASIH KARUNIA, MEDAN

Sampai di sini Tuhan telah menolong kita! GMI Kasih karunia Medan besyukur kepada Tuhan karena telah menyelesaikan pembangunan Gedung Sekolah Minggu, Pastori, dan Guest House. Acara Peresmian dipimpin oleh Bishop Darwis Manurung, STh,MPsi pada minggu 16 Maret 2014.

Acara diawali dengan penyambutan rombongan Bishop oleh Panitia dan warga jemaat dengan pengalungan bunga kepada Bishop dan Ibu Bishop. Pengguntingan pita dilaksanakan oleh Ibu Bishop, Pembukaan selubung prasasti oleh Pimpinan Distrik 2 Wil. I DS Pdt Dr. H. Siagian,MTh, kemudian dilanjutkan dengan Pembukaan kunci bangunan oleh Bishop. Seluruh jemaat memasuki ruangan, acara kebaktian Pentahbisan dipimpin oleh Bishop Darwis Manurung, STh,MPsi; selesai acara pentahbisan peninjauan bangunan oleh Bishop dan rombongan dan seluruh hadirin.

Perlu kami jelaskan bangunan ini terdiri dari 3 lantai, lantai pertama diperuntukkan sebagai Gedung SM dan kantor gereja, lantai dua dua unit Pastori, dan lantai tiga Guest House yang terdiri dari 3 kamar. Dibangunan dengan dana lk. Rp 1,7 M oleh swadaya jemaat GMI KK.

Acara ini dilanjutkan dengan Acara ibadah minggu di gereja dan sekaligus dirangkai dengan acara minggu Sekolah minggu dikemas  dengan apik dan menaruk. Setelah acara Ibadah minggu dilanjutkan dengan acara makan dan acara pesta pengumpulan dana. Sampai berita ini diturunkan dana yang terkumpul sebesar Rp 423.105.000,- Puji Tuhan, segala kemuliaan hanya bagiNya.


Thursday, March 13, 2014

RENCANA PERESMIAN GEDUNG SEKOLAH MINGGU, PASTORI, GUEST HOUSE
GMI KASIH KARUNIA, MEDAN

GMI Kasih Karunia, jalan Hang Tuah 2 Medan, menurut rencana akan mengadakan acara pentahbisan Gedung SM, pastori dan Guest House pada hari Minggu tanggal 16 Maret 2014. Acara peresmian  akan dipimpin oleh Bishop Darwis Manurung, STh, M.Psi. Bangunan tersebut berada di samping GMI Kasih Karunia, Jln Hang Tuah 2 Medan, berlantai tiga: lantai satu Gedung SM, lantai dua Rumah Pastori, lantai tiga Guest House. Bangunan tersebut diperkirakan memakan dana lk. Rp. 1,7 milyard  belum termasuk mobiler dengan sumber dana swadaya warga jemaat GMI Kasih Karunia, jln hang Tuah 2 Medan. Bangunan tersebut dipersembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan.


Foto bangunan, tampak depan