Wednesday, May 28, 2014











Khotbah Hari Kenaikan Tuhan Yesus
Kamis 29 Mei 2014 di GMI Kasih Karunia, Jln Hang Tuah Medan
Nats Alkitab: Lukas 24:44-53
Thema: Kuasa Kenaikan Yesus ke Sorga
By: Rev. T.M. Karo-karo,STh,MA

        I.            Pendahuluan
Sebelum Tuhan Yesus Naik ke sorga,  selama 40 hari Dia ada di dunia ini, ada tujuanNya sehingga masih berada di dalam dunia ini dan masih bergaul bersama-sama para murid:
1.      Menunjukkan bahwa Ia betul-betul bangkit dari antara orang mati  dan bahwa Dia betul-betul hidup. Ini menunjukkan betapa pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus.  Sudahkah anda percaya bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati ?
2.      Dalam 40 hari itu ada perbedaan yang besar yang dihadapi Yesus, Dia tidak ada menghadapi tantangan dan cercaaan dari orang-orang Yahudi.
Dalam mengikuti dan melayani Kristus pada saat ini, memang ada banyak serangan terhadap diri kita / gereja. Tetapi dengan melihat pada kehi-dupan Kristus di bumi ini selama 40 hari antara kebangkitanNya dan kenaikanNya ke surga, kita boleh yakin bahwa ada suatu saat kelak, kitapun akan bebas dari semua serangan itu! Tetapi sementara semua serangan itu masih ada, bertekunlah dalam mengikut dan melayani Kristus!

     II.            Kenaikan Yesus ke Surga
1.      Sifat Kenaikan Yesus ke Sorga
1)     Kenaikan Yesus ke sorga adalah historis, benar-benar terjadi bukan sekadar perumpamaan, dongeng, atau illustrasi.
Lukas menceritakan kenaikan Kristus ke surga baik dalam Injil Lukas (Luk 24:50-53) maupun dalam Kisah Rasul (Kis 1:1-11). Karena peris-tiwa kenaikan Kristus ke sorga ini ada dalam  Firman Tuhan, maka tidak percaya pada kenaikan Kristus ke surga adalah sama dengan tidak percayan pada  Firman Tuhan.

2)     Kenaikan Yesus ke Sorga adalah kenaikan yang bersifat Jasmani
Kematian, Kebangkitan, kenaikan Tuhan Yesus  ke surga dan kedatangan Kristus keduakalinya semuanya bersifat jasmani. Jadi, tubuhNya betul-betul naik ke surga dan karena tubuhNya memang tidak maha ada, maka sekarang Ia tidak lagi hadir secara jasmani di dunia ini.

3)     Yesus naik secara perlahan ke atas/Sorga (Kis. 1:9,11)
Mengapa Ia tidak tahu-tahu menghilang begitu saja? Mengapa Ia harus naik perlahan-lahan ke atas / ke surga? Karena Ia ingin murid-muridNya dan kita semua tahu bahwa Ia memang naik ke surga, bukan sekedar hilang begitu saja.
Dengan demikian, sekalipun kita tahu bahwa sekarang Ia tidak hadir secara jasmani di dunia ini, tetapi kita tahu bahwa Ia tetap hidup terus di surga. Kita mempunyai seorang Juruselamat yang hidup selama-lamanya!
4)     Kenaikan Yesus ke sorga tidak ditunjukan kepada semua orang.
Mengapa? Jawabannya adalah  sebagai berikut:  Sebagaimana setelah kebangkitanNya Ia tidak menunjukkan diriNya kepada semua orang, demikian juga Ia tidak mengijinkan semua orang menjadi saksi-saksi kenaikanNya ke surga; karena Ia menghendaki bahwa misteri iman ini diketahui melalui pemberitaan Injil dan bukannya dengan dilihat dengan mata.

Ini menunjukkan bahwa kita harus memberitakan Injil.
Ini menunjukkan bahwa pemberitaan Injil jauh lebih penting dari kesaksian siapapun yang mengalami apapun! Kalau memang pengalaman lebih penting dari pada Firman Tuhan / Injil, pasti Yesus menunjukkan Kebangkitan dan KenaikanNya ke sorga kepada semua orang! Karena itu jangan menjadi orang kristen yang lebih senang mendengar khotbah yang dipenuhi kesaksian, dari pada khotbah yang betul-betul menguraikan Firman Tuhan!

2.      Tujuan Kenaikan Yesus Ke Sorga
a)     Untuk menunjukkan missiNya untuk menebus dosa manusia  sudah selesai (Yoh 17:4-5)
Bapa, yang mengutus Yesus untuk turun ke dunia dan membereskan dosa manusia, pasti tidak akan mau menerima Yesus kembali di surga, kalau misi Yesus itu belum selesai. Bahwa Bapa menerima Yesus kembali di surga, menunjukkan bahwa misi penebusan dosa manusia itu memang sudah selesai. Jadi, sama seperti kebangkitan-Nya, maka kenaikan Yesus ke surga juga merupakan fakta / faktor yang menjamin keselamatan orang percaya.

b)     Untuk menunjukkan bahwa kita yang percaya kepadaNya juga akan ke sorga (Yoh 14:2-3 Yoh 17:24 Ef 2:6).
Jadi, sama seperti kebangkitanNya, kenaikanNya ke surga juga meru-pakan pola yang akan diikuti oleh semua orang yang percaya kepada-Nya.
Yesus pergi ke sana sebagai Perintis / Pelopor untuk membuka jalan, sebagai Teman kita untuk menyiapkan tempat bagi kita, dan sebagai Jaminan bahwa semua yang ada di dalam Dia akan datang pada kebahagiaan yang sama. Jika Ia tidak masuk, kita juga tidak bisa masuk; tetapi dalam diri Yesus Allah telah memberikan kepada kita suatu tanda bahwa kita juga akan bangkit dari kematian, dan akan masuk ke sorga.
 Sejarah gereja adalah sejarah Kristus yang terulang: gereja akan dikhianati, gereja akan disesah, gereja akan difitnah dan diludahi; gereja mungkin akan disalib dan mati; tetapi gereja akan bangkit kembali. Tuannya bangkit, dan seperti Dia gereja akan bangkit dan menerima kemuliaan. Kamu tidak akan pernah bisa membunuh gereja sampai kamu bisa membunuh Kristus; dan kamu tidak akan pernah bisa mengalahkan gereja sampai kamu mengalahkan Tuhan Yesus, yang telah mengenakan mahkota keme-nangan.
c)     Supaya Roh Kudus Turun (Yoh 16:7)
Setelah Kristus naik ke surga, maka Kristus tidak lagi menyertai orang percaya secara jasmani (Mat 26:11), tetapi dengan turunnya Roh Kudus, Ia menyertai orang percaya secara rohani (Yoh 14:16,18,19). Dengan demikian Ia bisa menggenapi janjiNya dalam ayat-ayat seperti Mat 18:20 Mat 28:20b. Karena itu, perubahan tempat bagi tubuh Yesus ini, tidak boleh menciptakan jarak antara kita dengan Dia dalam hati kita, karena Yesus tetap hadir bersama kita secara rohani / melalui Roh KudusNya

   III.            Aplikasi
1.       Jangan hanya merenungkan surga tetapi tidak melakukan apa-apa.
2.      Kita harus memberitakan Injil
Ada banyak perintah Tuhan, tetapi ada satu perintah yang sangat ditekankan. Ini terbukti dari diberikannya perintah itu persis sebelum Yesus naik ke surga.
Perintah itu adalah perintah untuk memberitakan Injil.

Kalau kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, saudara memang pasti akan masuk ke surga. Surga itu memang enak, menyenangkan, tetapi bagaimanapun juga, jangan hanya merenung tentang surga. Kita  punya tugas selama saudara belum masuk surga, yaitu Pemberitaan Injil. Maukah kita melakukanlah tugas saudara dalam Pemberitaan Injil?



Saturday, May 24, 2014

GMI Kasih Karunia, Jalan Hang Tuah 2 Medan mengucapkan:
"HAPPY ALDERSGATE DAY"  
Bagi Seluruh warga Methodist se-dunia, khususnya :
Warga GMI Wilayah I dan II, Warga GMI Distrik 2/I
Para Majelis, LS, Pendeta, DS dan Bishop.

Friday, May 2, 2014

Bulan Missi Gereja Methodist Indonesia:
Bulan Mei adalah bulan Missi GMI, oleh sebab itu di GMI Distrik 2 Wilayah I diadakan kebaktian yang berfokus kepada dasar-dasar dan pelaksanaan missi gereja di dalam kelompok-kelompok di setiap gereja, khsusunya di GMI Kasih Karunia Jalan Hang Tuah 2, Medan. Acara telah dipersiapkan oleh Distrik bersama dengan khotbah-khotbahnya sekali seminggu dan puncaknya adalah pada minggu tanggal 25 Mei 2014. Di bawah ini kami turunkan bahan-bahan khotbah tersebut, semoga jadi berkat bagi pembaca:


Minggu II

Dasar Misi Yang Teguh (Matius 7:24-27)
Tujuan: agar jemaat mengerti dasar misi yang teguh untuk keterlibatan mereka dalam misi Allah.
            Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, di negara yang rawan dengan gempa bumi seperti Jepang dan negara lainnya, pada umumnya mereka tidak repot-repot mendesain penampilan bangunan ketika mendirikan gedung atau rumah tinggal. Kebanyakan arsitek lebih memikirkan untuk membangun rumah yang tahan goncangan gempa sehingga penghuninya aman, daripada membangun penampilan atau wajah rumah namun apabila terjadi gempa bumi menewaskan penghuninya.
Kalau kita melihat Matius 7:24-27, secara rohani Yesus juga mengajarkan murid-murid dengan hal yang sama. Mereka harus membangun rumah rohani dalam kehidupan mereka dengan kokoh, dengan membangun dasar iman yang baik. Tidaklah ada gunanya bagi Yesus jika seorang percaya hanya nampaknya indah di luar, tapi di dalam hati penuh dengan kejahatan.
Kecaman ini ditujukan kepada para ahli Turat dan orang Farisi bahwa mereka itu seperti kubur yang dikapur putih, tetapi di dalamnya penuh dengan tulang belulang (Mat.23:27). Oleh sebab itu janganlah kita seperti itu, melainkan milikilah hidup dengan identitas dan integritas yang indah di mata Allah. Identitas berbicara soal penampilan luar sedangkan integritas berbicara soal yang ada di dalam hati. Keduanya haruslah seimbang sehingga rumah rohani ini dapat tetap berdiri kokoh ketika badai mengamuk dan hujan melandanya.
Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, dalam melaksanakan misi Allah juga demikian, Yesus mengingatkan kepada murid-murid-Nya bahwa mereka bagaikan sedang membangun sebuah rumah yang akan menghadapi bencana banjir dan angin ribut.  Apabila “rumah misi” ini tidak dibangun dengan benar dan bijaksana yakni di atas batu karang, maka bangunan misi ini suatu kali akan roboh diterpa bencana. Yesus menggunakan ilustrasi banjir dan angin ribut sebagai tantangan misi yang               berat. Sebab itu rumah misi atau pelayanan misi tidak dapat dibangun di atas dasar dari pasir. Tapi kenyataannya menurut Yesus masih ada orang yang mendirikan rumah misi di atas dasar yang rapuh, Yesus mengatakan bahwa orang ini adalah bodoh, karena membangun rumah misi tanpa mengantisipasi bencana yang mengancam.
            Untuk membangun dasar pelayanan misi yang kokoh, maka para murid harus mengikuti prinsip-prinsip dalam membangun yakni:
1.      Mereka harus mendengarkan perkataan Yesus. Yesus sendiri yang mengarahkan dan merencanakan bangunan misi itu. Nasehat-nasehat dari Yesus harus didengarkan dan diterima. Di sini murid-murid telah mempersiapkan landasan batu karang yang kokoh sebelum mereka membangunnya.
2.      Mereka harus melakukan apa yang yang dikatakan oleh Yesus. Melakukan apa yang dikatakan Yesus berarti murid-murid bersedia bertindak dan membangun atas dasar yang sudah disediakan oleh Kristus yaitu diri-Nya sendiri. Murid-murid harus membangun rumah misi ini sebagai tindakan iman. Segala tindakan iman atau tindakan misi ini harus tetap berpegang, diatur, dipimpin oleh kehendak Allah yakni perkataan-Nya.  Dengan demikian misi yang dikerjakan ini tidak akan menyimpang dari misi-Nya yakni mencari orang-orang yang terhilang. Murid-murid harus melaksanakan misi-Nya yakni memberitakan berita keselamatan bagi orang-orang berdosa, dan bukan berita yang lain.
3.      Mereka harus mengantisipasi badai hujan deras dan angin kencang yang akan melanda rumah misi yang sudah dibangun yakni siap sedia untuk menghadapi kenyataan bahwa dalam pelayanan misi tantangan dan rintangan itu akan selalu ada.

Dengan mengikuti instruksi-instruksi rohani dari Kristus, para murid dapat memiliki hati yang bijaksana dalam membangun rumah misi yang kokoh. Misi Kristus akan tetap bertahan apabila menghadapi tantangan dan rintangan. Misi Allah tidak akan gagal karena dasar firman Allah dalam membangun misi adalah dari firman Allah dan rencana Allah yang kuat dan jelas.  Kristus adalah arsitek rohani yang telah memberikan gambaran rumah misi yang kuat untuk dibangun oleh murid-murid-Nya. 
Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, marilah kita melaksanakan apa yang diinginkan oleh Yesus dalam kehidupan kita.  Ia merindukan kita untuk dapat tetap bertahan dalam mengiringi Dia sampai akhir. Ia mau supaya apabila pencobaan itu datang, kita tetap bertahan.
Tiga prinsip rohani tadi dapat menolong kita untuk bertahan dan maju terus dalam iman dan misi-Nya, yakni:
1.      Kita harus selalu bersedia mendengarkan perkataan-Nya, yaitu Firman hidup yang memberi tuntunan dan arah ke mana hidup kita dibawa dan dipimpin oleh Tuhan. Dengan memiliki hati dan telinga rohani yang selalu mau mendengar akan membuat kita menjadi murid Tuhan yang baik. Allah akan dengan mudah berbicara kepada kita dalam segala situasi dan menyatakan kehendak-Nya, baik itu yang enak didengar atau yang tidak enak didengar. Dalam pengalaman, telah sering didengar, bahwa ada banyak anak Tuhan yang setia beribadah hanya sebatas tradisi, mereka tidak mau mendengar suara Tuhan. Acapkali mereka hanya ingin mendengar kotbah-kotbah yang enak di telinga, dan ketika menerima teguran, mereka tidak mau menerima. Padahal, dalam mendengar suara Tuhan adalah bersedia mendengar teguran-teguran yang negatif terhadap hidup iman kita dan mendengar hal-hal yang positif dari firman Tuhan untuk kita. Kita harus menyadari bahwa mengiringi Tuhan itu tidak selalu menerima berkat, tapi juga kesulitan-kesulitan yang akhirnya membawa kita untuk lebih mendengar suara Tuhan. Tapi, bagaimana kita mendengar suara Tuhan? Yakni dengan membaca dan merenungkan Firman-Nya setiap hari, dan beribadah kepada-Nya dengan sungguh hati. Hidup tanpa ibadah adalah hidup yang kosong dengan suara Tuhan. Yosua pernah menyatakan ini kepada umat Israel yang dipimpin-Nya bahwa “ia dan seisi rumahnya akan beribadah kepada Tuhan.” Ini menandakan bahwa mendengarkan suara Tuhan sangat penting. Kita akan mendapatkan tuntunan untuk menjauhkan diri dari marabahaya, untuk menemukan jalan keluar terhadap masalah, dan untuk berkat-berkat yang akan disediakan. Allah tidak akan memberkati mereka yang tidak mau mendengarkan suara-Nya. Milikilah telinga seorang murid yang mau mendengar-kan suara guru yang agung itu, Yesus Kristus.
2.      Setelah mendengar, maka kita juga harus melakukannya. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Apabila mata uang itu hanya terdapat gambar nilai uang sebelah saja, maka uang tersebut tidak berlaku. Tidak ada nilainya. Demikian juga kalau kita hanya mendengar tetapi tidak melakukannya, maka kita tidak mempunyai nilai atau kualitas iman yang berarti. Yakobus menulis barangsiapa yang mendengar Firman Allah tetapi tidak melakukannya, ia seperti seorang sedang mengamat-amati wajahnya di depan kaca, lalu segera ia melupakannya (Yak. 1:23). Kita harus bersedia bukan hanya mendengar, tetapi melakukannya. Kalau kita beribadah, maka seluruh hidup kita juga harus beribadah kepada Tuhan, bukan hanya di bibir saja menyanyi memuji Tuhan, tapi juga menyembah dengan hati yang sungguh.
3.      Kita juga harus berjaga-jaga dan mengantisipasi badai dan pergumulan hidup yang sewaktu-waktu datang menerpa hidup kita. Sebagai orang percaya, kita tidak kebal dari semua bencana maupun cobaan. Tetapi kita diberikan kekuatan melalui Firman yang kita dengar dan laksanakan dalam hidup kita, niscaya kita dapat bertahan dalam badai tersebut. Kita juga harus menyadari bahwa setiap kita dipanggil bukan hanya untuk percaya, tetapi juga untuk menderita untuk  Dia,  itulah  kata  Rasul Paulus.

Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, inilah kehidupan yang dibangun diatas batu karang yang teguh. Demikian juga dasar yang teguh ini menjadi tumpuan iman kita untuk melaksanakan misi Allah dalam dunia ini. Dengan selalu bersedia mendengarkan suara Tuhan, maka kita akan menjadi seorang yang juga peka terhadap pimpinan Tuhan bagi kita untuk melaksanakan misi Allah dalam dunia ini. Kita akan  merasakan beban untuk jiwa-jiwa yang terhilang. Kita akan mampu memberikan diri  untuk melayani kemana Tuhan mau. Kita akan menjadi seorang yang melayani Tuhan melalui profesi, keluarga, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam melaksanakan misi Allah, kita akan menghadapi berbagai tantangan dan badai, namun dengan ketaatan, maka kita akan mampu bertahan. Kita akan menjadi duta-duta Kristus di manapun kita berada. Betapa indahnya landasan yang dibangun diatas batu karang yang teguh di mana Yesus Kristus menjadi batu penjuru. Kita akan menjadi seorang yang membangun sebuah pelayanan rohani yang kuat dan kokoh untuk misi-Nya dalam dunia ini. Ada banyak jiwa yang berdosa akan diselamatkan melalui kontribusi kita yang besar dan mulia itu. Oleh sebab itu, bangunlah dirimu diatas iman yang paling suci, seperti kata Yudas (1:20), agar kita dapat bertahan dalam mengiringi Yesus dan melaksanakan misi-Nya dalam dunia yang gelap ini. Biarlah terangmu bercahaya di  dalam kegelapan.
Tuhan Yesus Kristus Memberkati. Amin. 

Minggu III

Misi Bagi Keluarga-Keluarga (Matius  8:14-17)
Tujuan: agar jemaat memahami bahwa Yesus mengasihi semua orang, juga keluarga-keluarga mereka.
            Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, misi Yesus  telah makin tesebar dan meluas hingga ke tempat-tempat lain, bahkan telah melintasi daerah lintas budaya. Akan tetapi saudara dapat melihat, makin luasnya pelayanan misi Yesus, makin Yesus memperhatikan hal-hal yang lebih penting. Ia bersama-sama murid-murid-Nya melayani bangsa-bangsa lain, tetapi Ia juga ingat akan keluarga-keluarga murid-murid yang tidak dapat dilewatkan begitu saja karena mereka juga membutuhkan anugerah Yesus. Keluarga murid-murid merupakan suatu lembaga yang penting  dan utuh dalam kehidupan murid-murid. Keluarga adalah ikatan dan hubungan darah daging yang memiliki persekutuan yang begitu erat. Yesus ingin juga menyelamatkan setiap keluarga murid-murid.
Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, setelah melayani perwira di Kapernaum, Yesus menyempatkan diri mengunjungi keluarga mertua Simon Petrus, yang ternyata ibu mertuanya sedang sakit demam. Kali ini Yesus melaksanakan misi-Nya juga untuk orang dalam. Melalui Petrus, jalan untuk memasuki keluarga Petrus terbuka, apalagi kondisi ibu mertuanya sangat membutuhkan pertolongan. Tampaknya Yesus mendapatkan kesempatan yang paling baik untuk mencapai keluarga Simon Petrus. Dengan pendekatan sosial ini Yesus menyembuhkan penyakit demam ibu mertua Simon sehingga ia bangun dan melayani Yesus. Keselamatan yang terjadi dalam keluarga Simon ini mengundang banyak orang luar yakni keluarga-keluarga lain yang sakit dan dirasuk setan untuk datang mendapatkan pertolongan-Nya. Kedatangan orang-orang yang  menderita ini disambut-Nya dengan tangan terbuka untuk menolong melenyapkan segala penderitaan. Mujizat-mujizat terjadi ini menggenapi apa yang telah dikatakan oleh Firman Allah mengenai misi-Nya untuk menanggung kelemahan dan sakit penyakit yang sedang diderita orang banyak. Melalui mujizat-mujizat ini, maka berita misi mengenai keselamatan dapat disampaikan.
            Pelayanan melalui keluarga ini memang sangat efektif karena dalam sebuah keluarga terdapat lebih dari satu anggota. Untuk kedua belas murid, tentu jumlah  mereka dapat mencapai seratus jiwa apabila dalam setiap keluarga murid-murid terdapat                          lima bersaudara. Keluarga merupakan suatu wadah yang dicipta-kan oleh Allah untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Keluarga  merupakan sebuah organisasi misi yang kecil yang dapat membawa berita misi itu bagi banyak orang. Kehidupan keluarga yang memiliki hubungan sosial yang baik dengan keluarga yang lain akan membawa Injil itu tersebar dalam waktu yang singkat kepada tetangga-tetangga seperti halnya keluarga Simon Petrus. Keluarga Petrus menjembatani keluarga-keluarga lain datang kepada Yesus.

            Apa yang dilakukan oleh Yesus dalam misi-Nya menolong orang-orang yang menderita tidak terjadi secara kebetulan, tapi sudah direncanakan-Nya sejak semula. Yesus merasakan  apa yang dirasakan oleh para penderita itu sehingga firman Allah digenapi bahwa Ia datang untuk menanggung beban-beban yang berat ini. Seolah-olah Yesus sudah tidak dapat menunggu lebih lama untuk menolong mereka. Setiap orang yang menderita mendapat tempat  prioritas bagi misi-Nya. Inilah salah satu wujud belas kasihan Kristus bagi yang terisolir dan diabaikan dalam masyarakat.               Tapi setiap jalan buntu yang dihadapi oleh penderita selalu menemukan kelegaan karena firman Allah yang telah dinubuatkan sejak dahulu mengenai misi dan kedatangan Kristus. Hal ini membuktikan bahwa kasih Allah itu kekal, belas kasihan                  Allah telah berlangsung dari jaman ke jaman dan tidak berubah. Kristus datang membawa misi belas kasihan yang tidak berubah ini untuk orang-orang berdosa.

            Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, kita harus menyadari beberapa hal dari apa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus dengan keluarga murid-murid, yakni:
1.      Kasih Yesus bukan hanya ditujukan kepada satu pribadi, atau beberapa pribadi saja. Untuk kita sendiri, tidak terjadi dengan sendirinya. Kita adalah bagian          dari satu institusi yang besar. Apabila kita diselamatkan oleh Yesus, maka ada saudara/i yang lain yang merupakan bagian dari hidup kita juga harus diselamatkan yaitu keluarga, baik yang dekat maupun yang jauh. Kehadiran Yesus dalam keluarga Simon Petrus menandakan bahwa Yesus prihatin dan peduli dengan keluarganya. Yesus menemukan jalan untuk masuk dalam lembaga keluarga Simon Petrus. Oleh sebab itu saya ingin mengajak kita untuk menggumuli keluarga kita supaya mereka juga mendapatkan anugerah itu untuk  mengenal Yesus sebagai Tuhan       dan Juruselamat mereka yang hidup. Kita harus           berdoa agar Tuhan membuka jalan untuk memasuki keluarga kita yang belum mengalami keselamatan. Firman Allah berjanji untuk menyelamatkan mereka semua seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 16:31, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus, maka engkau akan selamat, engkau beserta seisi rumahmu”. Bapak/ibu, jadilah saksi di keluarga kita sendiri, jadilah berkat, nampakkanlah cahaya Kristus dari hidup, inilah misi Yesus bagi keluarga kita, yakni melalui kita sendiri. Apabila ada persoalan dan sakit penyakit dalam keluarga kita atau persoalan apapun, bawalah itu  kepada Yesus karena Ia dengan tangan terbuka mau menolong. Pertolongan-Nya sempurna, bukan hanya secara jasmani, tapi terlebih secara rohani. Bapak/ibu, gunakanlah kesempatan yang diberikan kepada kita untuk membawa kasih Allah dalam keluarga kita.
2.      Apabila keluarga kita sudah mencapai kerajaan-Nya, janganlah lupa, bahwa ada banyak keluarga lain yang dapat diundang untuk menerima kasih Yesus. Semua sanak famili, dan handai tolan yang dekat dengan keluarga merupakan mata rantai yang tidak dapat diputuskan. Mereka semua membutuhkan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka pribadi. Kitalah orang yang dapat dipakai Tuhan untuk membawa mereka bagi Tuhan melalui keluarga-keluarga yang sudah menerima Yesus Kristus. Janganlah lewatkan jalur yang sangat penting ini untuk membawa berita misi Allah sampai ke ujung bumi. Melalui keluarga-keluarga, maka seluruh suku, kaum dan bahasa dapat dicapai oleh Injil.
3.      Kita juga harus waspada bahwa institusi keluarga yang begitu penting ini juga menjadi sasaran dari kuasa-kuasa jahat dan dunia untuk merusak mereka. Keluarga menjadi pusat dari suatu bangsa maupun gereja. Mereka adalah institusi yang dapat menjadi kokoh dan kuat, memperkuat pribadi maupun suatu bangsa. Oleh sebab itu, kita harus selalu memelihara dan menjaga institusi ini dari serangan-serangan si jahat. Dunia yang mengalami perubahan yang radikal ini juga mempengaruhi keluarga dalam segala hal. Di kalangan kaum muda misalnya, bahaya narkoba sedang mengancam. Betapa banyak anak muda, mulai dari anak-anak, hingga kepada remaja, pemuda, dan bahkan kepada orang dewasa terkena narkoba di Indonesia. Narkoba telah memasuki kehidupan masyarakat dan hendak merusak generasi-generasi mendatang. Ada banyak juga keluarga-keluarga yang berantakan atau broken home. Keluarga demikian juga merusak keluarga secara keseluruhan. Anak-anak juga mendapat kontribusi kerusakan tersebut. Perceraian yang terjadi di keluarga-keluarga juga memberi kontribusi dalam kehancuran suatu bangsa. Broken home membawa institusi negara menjadi lemah dan  surut. Generasi-generasi muda yang rusak dengan narkoba tidak dapat berperan dalam membangun bangsa dan negara. Kerusakan keluarga juga terjadi dalam pergaulan muda-mudi. Banyak di antara mereka terjerumus dalam  pergaulan bebas sehingga juga merusak keturunan mereka. Maka bayi-bayi lahir tanpa orangtua dan terlantar. Banyak yang lahir cacat karena obat-obatan. Banyak juga remaja dan pemudi mejadi rusak kandungannya karena menggugurkan bayi-bayinya. Betapa tragisnya pemandangan ini. Betapa hati Allah menjadi pilu karena si jahat merajalela di kalangan generasi muda untuk mengahcurkan masa depan mereka. Belum lagi terhitung berapa banyak mereka yang melacurkan diri untuk kebutuhan dan mereka yang bunuh diri karena frustrasi. Nah, apabila generasi tua berlalu, maka iblis ingin menyisakan generasi penerus yang tidak dapat  meneruskan pembangunan bangsa dan keluarga-keluarga yang baik.
Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, ini adalah tugas dan  tanggung jawab kita bersama untuk membawa keluarga-keluarga ke dalam jalan Tuhan, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, dan  orang dewasa, suami, isteri. Bawalah anak-anak kepada Tuhan sejak masih dini supaya mereka dapat mengenal Allah dan  hidup  yang dipimpin-Nya. Sekali lagi keluarga adalah bagian yang terpenting dalam pelayanan kita. Kita harus melayani keluarga dan mengutamakan keluarga kita untuk melindungi mereka dari pada yang jahat. Oleh sebab itu, satu-satunya jalan untuk  menyelamatkan institusi yang besar ini adalah membawa mereka untuk mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Di dalam Dialah kuasa si jahat dihancurkan dan dimusnahkan. Marilah kita melindungi institusi keluarga dengan kuasa Allah. Amin
Tuhan Yesus Kristus Memberkati. Amin.

Minggu IV

Visi dan Misi Sang Misionaris (Matius 4:23-25)
Tujuan: agar jemaat memiliki visi dan target pelayanan dan   berinisiatif untuk melaksanakan rencana-rencana mereka.
Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, pelayanan Yesus di Galilea terus meluas secara lokal dari kota ke kota.  Dalam Matius 4:23-25 hal ini begitu jelas dan ringkas bagi kita. Setiap kunjungan Yesus ke manapun Ia pergi  telah mengundang banyak orang untuk datang kepada-Nya. Pelayanan Yesus memberikan daya tarik tersendiri bagi semua yang datang mencari Dia, dan Yesus pun tidak menolak mereka yang meminta bantuan-Nya baik yang datang secara kolektif, maupun pribadi, baik yang miskin maupun yang kaya, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang tua maupun yang muda. Jadi kitab Injil mencatat bahwa pelayanan Yesus ini terlibat secara massal mapun secara  individual.
Pelayanan ini telah memberikan teladan pada murid-murid-Nya: 
1.      Inisiatif Yesus sendiri berjalan berkeliling ke seluruh tempat untuk memberitakan Injil (street evangelism). Ini merupakan inisiatif misi Yesus yang tidak lari-lari di tempat atau statis, tapi Ia aktif dalam misi-Nya. Ia bukan hanya menyusun program misi, tapi Ia me-laksanakan program misi-Nya.
2.      Ia mengunjungi tempat-tempat ibadah dan mem-beritakan Injil kerajaan Allah.  Orang-orang Yahudi yang tidak mau mendengar berita di lapangan terbuka juga dapat mendengar berita itu di tempat ibadah mereka. Yesus memasuki tempat-tempat ini baik yang terisolir dari Injil maupun yang terisolir dari masyarakat seperti tempat ibadah orang Yahudi di sinagoge karena misi-Nya untuk semua orang di segala tempat. 
3.      Ia mengadakan mujizat untuk memenuhi kebutuhan jasmani pendengar. Yesus tetap mempertahankan keseimbangan dalam misi-Nya. Ia juga melakukan misi sosial bagi mereka supaya Injil dapat diterima. Dari cara ini berita pelayanan-Nya tersiar dari mulut ke mulut sehingga orang berbondong-bondong datang kepada-Nya. Disini terjadi peningkatan pelayanan Yesus di mana Yesus tidak perlu mengambil banyak waktu dalam perjalanan-Nya apabila orang-orang datang kepada-Nya.

Kita melihat disini bahwa pelayanan Yesus berkembang melalui dua sisi yakni daerah jangkauan makin jauh ditempuh                dan pendengar makin banyak dan bervariasi budayanya. Bertambah banyaknya tempat-tempat ibadah dikunjungi-Nya, bertambah pula orang akan mendengar. Jadi Yesus dalam melaksanakan misi-Nya, Ia bergerak secara aktif, geografis, praktis, strategis, dan  produktif.
Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus,  strategi-strategi yang dipakai oleh Yesus dalam misi-Nya selama tiga setengah tahun selalu memiliki corak seperti di atas sehingga pelayanan-Nya dapat berkembang dengan target-target yang berhasil. Di sini kita melihat adanya juga unsur ‘missio homimum” karena mereka yang mengalami jamahan Tuhan kemudian menyampaikan segala kesaksian itu kepada orang-orang lain sehingga seringkali Yesus tidak dapat bertahan di satu tempat. Tanpa ini maka para pengunjung akan datang makin banyak                  dan dapat menimbulkan kecurigaan pemerintahan Romawi.              Yesus berinisiatif memilih untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain seperti: Dekapolis, Galilea, Yerusalem, Yudea, hingga ke seberang sungai Yordan.
Dalam pelayanan misi-Nya, jelas nampak bahwa Yesus              tidak hanya bertindak sendirian, di samping murid-murid, Yesus juga menggunakan strategi “missio homimun”, tanpa ini maka Yesus akan membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk mencapai kota-kota tersebut.  Pada sisi yang cukup menonjol  dalam misi Yesus adalah misi sosial-Nya yang membawa             banyak orang untuk mencari Dia karena mujijat-mujijat yang diperbuat-Nya.  Misi sosial ini cukup penting di jaman ini                 karena tingkat kehidupan sosial yang cukup pelik kurang  mendapat perhatian dari pemerintah Romawi maupun dari tokoh-tokoh agama seperti ahli Taurat dan orang-orang Farisi,                  apalagi kalau mereka bukan keturunan Yahudi. Kehadiran Yesus dalam misi sosial-Nya mendapat tempat yang luas bagi masyarakat. Kasih dan belas kasihan Kristus mengakibatkan Ia melakukan-Nya.
Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, marilah kita renungkan apa yang Yesus kerjakan dalam pelayanan                   misi-Nya. Kita sebagai orang percaya patut mencontoh teladan tersebut. Paling sedikit ada tiga hal yang dapat kita teladani dari pelayanan Yesus untuk kita terapkan dalam kehidupan pelayanan kita sehari-hari yakni:
1.      Kita harus mengambil  inisiatif untuk melayani Tuhan. Kita tidak boleh berlari-lari di tempat tanpa mengerjakan apa-apa, padahal kita sudah tahu apa yang harus kita kerjakan. Kita memiliki panggilan, perintah dalam amanat agung,  dan lingkungan yang sedang menantikan kita. Di sinilah letak dimana inisiatif untuk melangkah melayani Tuhan dan menjadi berkat itu harus dimulai. Dalam berinisiatif  untuk melayani,  kita harus selalu siap dalam segala keadaan dan waktu untuk memberitakan Injil apabila itu dibutuhkan. Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa “Bapaku bekerja sampai sekarang dan Akupun bekerja juga”;           dan Ia juga mengatakan: “Bekerjalah selama masih siang belum datang malam, dimana orang tidak dapat                   bekerja lagi”. Jadi Bapa aktif melaksanakan karya penyelamatan-Nya, demikian juga kita. Selama ada kesempatan dan belum datang masa yang tidak baik,  kita harus melayani Tuhan. Setiap saat ada saat yang baik dalam memberitakan kasih Allah itu untuk orang-orang berdosa. Bagi orang-orang yang sedang mengalami kesukaran dan kesulitan, ataupun sakit penyakit,  setiap detik adalah berharga bagi mereka yang menerima pelayanan kita.
2.      Kita harus bersedia mencapai tempat-tempat yang terisolir yang tidak banyak orang mau mencapainya. Kita dapat mengatur rencana pelayanan dengan satu tim untuk pergi memberitakan kasih Allah tersebut. Kita tidak boleh memilih-milih tempat atau orang yang mau kita layani. Yesus telah memberikan teladan tersebut, ia melayani semua orang dan di semua tempat yang Ia lihat membutuhkan kasih Allah itu. Di samping itu kita dapat menantikan pimpinan Tuhan dalam pelayanan kita. Ke mana Ia memimpin kita yaitu Roh Kudus, kita harus taat kepada-Nya. Seperti pimpinan Roh Kudus untuk Filipus dalam melayani Sida-Sida Ethiopia, sehingga ia diselamatkan. Kita harus belajar dari semua pengalaman ini sehingga banyak tempat dapat dijangkau sesuai dengan pimpinan Roh Kudus.
3.      Dalam melayani, kita juga harus melibatkan pelayanan sosial. Sebab memenuhi kebutuhan rohani saja tidaklah cukup. Orang sakit perlu ditolong, yang lapar perlu diberi makan, yang haus perlu diberi minum, yang tertekan dan sedih perlu dihiburkan. Kita akan mempersembahkan “full gospel” apabila pelayanan kita mencapai  jiwa-jiwa secara jasmani maupun rohani. Tapi kita perlu ingat bahwa tujuan dari semuanya itu adalah keselamatan dari jiwa-jiwa yang terhilang. Yesus telah melakukan semuanya ini. Ia memberi makan kepada 5000 orang ketika murid-murid menyuruh orang banyak itu pergi dengan perut yang lapar. Yesus mengulurkan tangan-Nya atas orang sakit ketika para ahli Taurat dan orang-orang Farisi menyalahkan Dia melanggar hukum Sabat. Yesus bahkan menolong perempuan Kanaan yang sebetulnya  tidak layak ditolong menurut orang Yahudi. Semua pengalaman ini terjadi menjadi dorongan bagi kita untuk melayani Dia dengan lebih sungguh.
4.      Dalam melayani kita juga harus melibatkan yang lain sebagai “missio homimum”. Kita harus memenangkan jiwa dan melatih, memuridkan mereka agar mereka dapat mengambil bagian dalam pekabaran Injil.              Dengan “missio homimum” kita dapat mencapai jiwa-jiwa yang lebih banyak dan lebih singkat. Tanpa ini dunia tidak dapat dicapai oleh Injil. Kita harus bersedia melibatkan dan memberikan kesempatan pelayanan juga kepada orang lain yang terpanggil untuk itu. Kita tidak boleh menjadi penghalang, karena kebutuhan untuk kasih Allah didengar itu begitu luas. Kita tidak mampu  mengerjakan sendiri. Ada banyak hamba Tuhan memiliki persepsi yang salah dengan motivasi yang begitu hina. Ia merasa hanya dirinya dan orang-orang tertentu yang layak melayani, seperti persepsi ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang mendapat kecaman yang pedas dari Yesus. Paulus juga meng-atakan orang-orang seperti itu tidaklah melayani Tuhan melainkan melayani “perut” mereka. Injil yang diberitakan secara egois hanya untuk kepentingan pribadinya. Sebagai anak-anak Tuhan, mental yang buruk dan hina ini tidak pantas kita miliki. Orang yang memiliki panggilan Tuhan akan menghargai orang lain untuk melayani. Tidaklah heran Rasul Paulus meng-atakan bahwa ia selalu menguasai dirinya dalam melayani Tuhan, supaya sesudah ia memberitakan Injil, jangan sampai ia sendiri ditolak. Orang yang melayani Tuhan dengan hati yang bengkok untuk kepentingan sendiri dan menghalangi orang lain untuk melayani dan menganggap diri paling layak, adalah orang yang akan ditolak oleh Tuhan setelah ia memberitakan Injil. Jadi benarlah perkataan Paulus: “Janganlah engkau mem-berangus mulut lembu yang sedang mengirik”, artinya janganlah engkau menghalangi saudara seiman yang memiliki potensi untuk melayani, dan janganlah engkau menganggap diri yang paling rohani dalam melayani. Jadi kita harus menyadari, bertambah banyak orang yang dipanggil Tuhan untuk melayani, maka kerajaan Allah akan makin bertambah-tambah menerima pen-dengarnya. Kuasa setan akan dengan mudah di-taklukkan melalui doa-doa dan pelayanan banyak orang percaya. Tidaklah heran kalau kita semua disebut sebagai tubuh Kristus dengan organ-organ yang ber-fungsi untuk kepala.
Tuhan Yesus Kristus Memberkati. Amin 

Panggilan Misi (Matius 4:18-22)

Tujuan: Agar jemaat memahami panggilan misi yang dapat  ditujukan kepada mereka dan mereka siap menerimanya.

Bapak/Ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, pada kesempatan ini kita akan melihat nas dalam Matius 4:18-22. Nas ini lebih jauh menceritakan mengenai perjalanan misi Yesus di tengah bangsa-bangsa lain melibatkan tindakan panggilan-Nya untuk pribadi-pribadi yang akan bersama-sama mengiringi dan melayani bersama Dia.
            Di sini telah nampak bagi kita bahwa misi Yesus di tengah-tengah bangsa-bangsa lain juga diikuti oleh “mission homimum” yakni melibatkan jiwa-jiwa untuk menjadi alat-alat misi Kristus. di tepi danau Galilea ini Yesus berjalan lalu Ia melihat Petrus dan saudaranya Andreas, Yakobus dan Yohanes yang bekerja sebagai nelayan (penjala ikan). Yesus mendekati mereka dan memanggil nelayan-nelayan tersebut dengan panggilan misi. Panggilan ini melibatkan mereka dalam dua kegiatan yang nampak pada kata panggilan itu sendiri, yakni: “ikutlah Aku” dan kata “Kujadikan menjadi penjala manusia”.
            Pendekatan Yesus dalam panggilan ini begitu sederhana dan kontekstual. Yesus tidak ingin menjadikan mereka hanya sekadar pengkhotbah, penyembuh, atau guru Injil di antara keluarga dan kalangan bangsa-bangsa lain ataupun kalangan orang Yahudi, tapi mereka akan menjadi penjala manusia dengan latar belakang penjala ikan.
            Pendekatan kontekstual Yesus ini begitu unik, Ia tetap menggunakan profesi mereka namun diterjemahkan-Nya kembali menjadi tugas misi. Tugas misi yang sangat luas ini adalah menjala manusia dengan melibatkan lebih dari sekadar berkhotbah, menyembuhkan dan mengajar, tapi ini melibatkan suatu keahlian atau skill untuk menjala manusia-manusia berdosa.
Jadi misi Yesus dalam “mission homimum” ini dapat disimpulkan menjadi tiga proses:
1.      Panggilan awal yang kontekstual adalah mengalihkan atau mentransformasikan kehidupan murid-murid yang sekuler, penuh dosa, ke dalam kehidupan yang baru dalam Kristus. panggilan yang kontekstual ini membuat daya tarik tersendiri karena jati diri para nelayan tidak hilang, serta budaya mereka pun tidak rusak.                 Mereka bukan orang yang dikendalikan menjadi seperti robot untuk mengikut Kristus dan menjalankan misi-Nya, tapi panggilan ini telah melewati proses transformasi yang etis. Transformasi ini juga tidak mengakibatkan trauma dalam kehidupan para nelayan, tapi sebaliknya mereka memiliki rasa optimis yang luar biasa untuk mengiringi Yesus. Transformasi ini adalah penterjemahan kembali profesi mereka ke dalam arti yang baru bagi kehidupan nelayan, yakni “penjala ikan” menjadi “penjala manusia”, jati diri, nilai-nilai budaya tidak rusak. Kristus menghargai budaya orang yang dipanggil-Nya. Interaksi Kristus dengan budaya nelayan begitu baik sehingga tidak menimbulkan protes dari lingkungan masyarakat maupun dari keluarga mereka pada saat ditinggalkannya semua profesi sebagai nelayan.
2.      Untuk menjadi murid-murid, mereka harus “mengikut Yesus” dengan meninggalkan segala sesuatu. Ini merupakan harga yang mereka bayar untuk pemuridan, seperti dalam transformasi. Mengikut Yesus berarti mereka belajar dari teladan Yesus sebagai misionaris, ke mana Yesus pergi dan tinggal dalam suatu budaya, murid-murid juga belajar untuk menjadi misionaris. Murid-murid belajar dari Yesus dan belajar dari lingkungan budaya. Cara-cara yang dilakukan oleh misionaris ini juga dilakukan oleh calon-calon misionaris.
3.      Yesus memanggil murid-murid bukan untuk mengekor Dia, tapi untuk “dijadikan” menjadi misionaris. Di sini, murid-murid akan menerima latihan yang lebih dalam lagi supaya mereka “dijadikan”. Dijadikan berarti mereka menerima pelatihan baik secara rohani             maupun pengetahuan kebenaran untuk memperlengkapi mereka dalam pelayanan misinya. Murid-murid juga diperlengkapi dengan kuasa agar dapat “menjadi” sesuatu.
4.      Proses “penjadian” ini bukan menjadikan murid-murid menjadi “misionaris asal jadi” atau “jadi-jadian”, tapi mereka menjadi misionaris yang bervisi misi Allah untuk dunia ini. Dan mereka menjadi misionaris yang mempunyai tujuan utama dan yang produktif, yakni penjala manusia.

Empat langkah dalam proses “mission homimum” ini menjadi dasar dalam pelayanan Kristus dalam mempersiapkan para penjala ikan untuk menjadi penjala manusia. Dari profesi sekuler menjadi profesi rohani. Yesus mentransformasikan budaya penjala ikan menjadi budaya kerajaan Allah, yakni menjala manusia yang berdosa. Murid-murid akan menyadari bahwa budaya kerajaan Allah merupakan suatu budaya yang transformasional untuk menjalankan tugas yang baru dan jauh lebih mulia dari yang telah mereka kerjakan sebagai penjala ikan. Murid-murid mendapat suatu kehormatan yang besar dalam panggilan ini. Walaupun intelek mereka sangat sederhana, kehidupan yang selalu berhubungan dengan alam, mereka telah menerima anugerah untuk melakukan pekerjaan yang melebihi segala intelek manusia, yakni menjala manusia.
Kalau menurut tradisi orang Yahudi, biasanya calon-calon dari murid-murid Yudaisme diberi hak untuk memilik Rabi atau guru yang mereka sukai, tapi anugerah Allah dalam Kristus adalah memanggil mereka untuk menjadi murid-murid Kristus. Panggilan Kristus tidak berdasarkan intelek mereka, tapi anugerah Allah yang besar. Murid-murid tentunya telah mengalami anugerah-Nya yang besar dalam panggilan Kristus yang tidak membedakan dari mana mereka datang, tapi berdasarkan rencana misi-Nya untuk orang-orang berdosa.
Bapak/Ibu yang terkasih dalam Kristus Yesus, makna apa yang dapat kita pahami dari panggilan misi yang dinyatakan kepada murid-murid-Nya yang pertama yang berasal dari penjala ikan? Bagaimana makna ini dapat kita terapkan dalam kehidupan kita orang percaya? Maukah kita menerima panggilan misi dari Yesus apabila Yesus melakukannya bagi kita? Saya ingin mengajak kita untuk memahami beberapa hal yang menjadi tantangan dalam hidup kita:
1.      Allah sedang berbicara kepada kita dan ingin memanggil kita untuk melayani Dia melalui profesi kita, entah kita sebagai dokter, nelayan, ahli komputer, arsitek, supir, guru, dll. Tujuan panggilan ini agar kita menjadi alat Tuhan melayani di tempat di mana Anda sekarang berada dan melayani Dia sesuai dengan rencana-Nya. Tapi maukah kita mengalami hidup baru dalam Kristus, artinya Yesus akan mentransformasikan hidup kita menjadi hidup yang kudus dan tak bercela, sebelum Ia dapat memakai kita. Hal ini berarti kita harus meneladani seperti nelayan-nelayan, yakni Petrus, Andreas dan nelayan lainnya. Kita harus menjawab “ya” kepada panggilan-Nya. Kita harus bersedia hidup baru oleh kuasa Tuhan yang mengubah kita melalui pertobatan kita.
2.      Kita harus menjadi pengikut Yesus atau murid-murid Yesus setelah mengambil keputusan tadi. Kita harus mengiringi Yesus setiap hari, artinya hidup dalam kasih-Nya. Kita harus menyangkali diri dari segala kehidupan duniawi yang telah kita tinggalkan. Kita harus setia kepada-Nya dan meneladani hidup Yesus sebagai seorang misionaris yang mampu hidup di tengah-tengah masyarakat majemuk, yakni masyarakat yang beraneka ragam budayanya.
3.      Kita harus belajar dan belajar mengenai kebenaran Alkitab itu sendiri, sebelum dapat memberitakan Injil dan mengajar orang lain. Dengan belajar, kita dapat memperlengkapi diri bukan hanya secara moral, tapi juga secara intelektual. Ada berbagai cara juga untuk kita memperlengkapi pengetahuan Alkitab, kita dapat membaca buku-buku rohani, mendengar kaset-kaset khotbah ataupun seminar, masuk sekolah Alkitab, maupun kursus-kursus intensif. Makin kita belajar, makin dapat mengenal Kristus yang sebagai sumber kebenaran itu.
4.      Kita harus mengambil tindakan untuk memenuhi panggilan misi tersebut. Kita dapat memasuki suatu pelayanan yang ditunjukkan oleh Tuhan kepada kita. Dan sesuai dengan beban yang ditauh dalam hati kita, maka kita dapat melayani dengan efektif di mana banyak jiwa akan mengalami kasih Allah. Hidup kita akan berbuah, dan buah-buah itu akan menghasilkan lebih banyak orang yang akan dipanggil untuk melayani Tuhan.

Bapak/Ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, milikilah keempat hal yang telah dijelaskan tadi. Ambillah keputusan sesuai dengan pimpinan Roh Kudus untuk melayani Tuhan. Apabila Tuhan Yesus memanggil kita untuk melayani melalui profesi maupun melayani sepenuh waktu untuk Kristus, maka bertindaklah. Berdoalah dan mintalah nasehat dan bimbingan dari para hamba Tuhan yang dikenal. Dengan demikian kita akan menggenapi “missio homimum”, kita akan menjadi alat Tuhan untuk melaksanakan misi-Nya dalam dunia yang gelap ini.
Ada begitu banyak jiwa di dunia sedang hidup dalam perbudakan dosa dan kegelapan. Statistik mencatat ada lebih dari 3 milliar jiwa manusia yang hidup dalam dosa dan krisis yang begitu berat. Mereka semua sedang menantikan kedatangan kita untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai keselamatan yang tidak mungkin dijawab oleh siapapun kecuali oleh Yesus Kristus. Pemandangan ini bagaikan mimpi yang pernah dilihat oleh Rasul Paulus bagaimana orang-orang Makedonia melambai-lambaikan tangan mereka meminta Rasul Paulus supaya menyeberang ke sana. Paulus taat akan penglihatan dan panggilan itu dan akhirnya melalui pemberitaannya, orang-orang Makedonia diselamatkan. Jawablah panggilan misi dari Allah untuk kita.
Tuhan Yesus Kristus memberkati. Amin.

Catatan: 
Khotbah ini dipersiapkan oleh GMI Distrik 2 wil. I dalam memperingati bulan Missi GMI pada bulan Mei 2014, dan Khotbah ini akan disampaikan pada kebaktian sektor GMI Kasih karunia, pada Keb sektor minggu I.