Bulan Missi Gereja Methodist Indonesia:
Bulan Mei adalah bulan Missi GMI, oleh sebab itu di GMI Distrik 2 Wilayah I diadakan kebaktian yang berfokus kepada dasar-dasar dan pelaksanaan missi gereja di dalam kelompok-kelompok di setiap gereja, khsusunya di GMI Kasih Karunia Jalan Hang Tuah 2, Medan. Acara telah dipersiapkan oleh Distrik bersama dengan khotbah-khotbahnya sekali seminggu dan puncaknya adalah pada minggu tanggal 25 Mei 2014. Di bawah ini kami turunkan bahan-bahan khotbah tersebut, semoga jadi berkat bagi pembaca:
Minggu II
Dasar
Misi Yang Teguh (Matius 7:24-27)
Tujuan: agar jemaat mengerti dasar misi
yang teguh untuk keterlibatan mereka dalam misi Allah.
Bapak/ibu yang
terkasih di dalam Yesus Kristus, di negara yang rawan dengan gempa
bumi seperti Jepang dan negara lainnya, pada umumnya mereka tidak repot-repot
mendesain penampilan bangunan ketika mendirikan gedung atau rumah tinggal. Kebanyakan
arsitek lebih memikirkan untuk membangun rumah yang tahan goncangan gempa sehingga
penghuninya aman, daripada membangun penampilan atau wajah rumah namun apabila
terjadi gempa bumi menewaskan penghuninya.
Kalau
kita melihat Matius 7:24-27, secara rohani Yesus juga mengajarkan murid-murid
dengan hal yang sama. Mereka harus membangun rumah rohani dalam kehidupan
mereka dengan kokoh, dengan membangun dasar iman yang baik. Tidaklah ada
gunanya bagi Yesus jika seorang percaya hanya nampaknya indah di luar, tapi di
dalam hati penuh dengan kejahatan.
Kecaman
ini ditujukan kepada para ahli Turat dan orang Farisi bahwa mereka itu seperti kubur
yang dikapur putih, tetapi di dalamnya penuh dengan tulang belulang (Mat.23:27).
Oleh sebab itu janganlah kita seperti itu, melainkan milikilah hidup dengan
identitas dan integritas yang indah di mata Allah. Identitas berbicara soal
penampilan luar sedangkan integritas berbicara soal yang ada di dalam hati.
Keduanya haruslah seimbang sehingga rumah rohani ini dapat tetap berdiri kokoh
ketika badai mengamuk dan hujan melandanya.
Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, dalam
melaksanakan misi Allah juga demikian, Yesus mengingatkan kepada
murid-murid-Nya bahwa mereka bagaikan sedang membangun sebuah rumah yang akan
menghadapi bencana banjir dan angin ribut.
Apabila “rumah misi” ini tidak dibangun dengan benar dan bijaksana yakni
di atas batu karang, maka bangunan misi ini suatu kali akan roboh diterpa
bencana. Yesus menggunakan ilustrasi banjir dan angin ribut sebagai tantangan
misi yang berat. Sebab itu rumah misi atau
pelayanan misi tidak dapat dibangun di atas dasar dari pasir. Tapi kenyataannya
menurut Yesus masih ada orang yang mendirikan rumah misi di atas dasar yang
rapuh, Yesus mengatakan bahwa orang ini adalah bodoh, karena membangun rumah
misi tanpa mengantisipasi bencana yang mengancam.
Untuk membangun dasar pelayanan misi
yang kokoh, maka para murid harus mengikuti prinsip-prinsip dalam membangun
yakni:
1. Mereka harus
mendengarkan perkataan Yesus. Yesus sendiri yang mengarahkan dan merencanakan
bangunan misi itu. Nasehat-nasehat dari Yesus harus didengarkan dan diterima.
Di sini murid-murid telah mempersiapkan landasan batu karang yang kokoh sebelum
mereka membangunnya.
2. Mereka harus
melakukan apa yang yang dikatakan oleh Yesus. Melakukan apa yang dikatakan
Yesus berarti murid-murid bersedia bertindak dan membangun atas dasar yang
sudah disediakan oleh Kristus yaitu diri-Nya sendiri. Murid-murid harus
membangun rumah misi ini sebagai tindakan iman. Segala tindakan iman atau
tindakan misi ini harus tetap berpegang, diatur, dipimpin oleh kehendak Allah
yakni perkataan-Nya. Dengan demikian
misi yang dikerjakan ini tidak akan menyimpang dari misi-Nya yakni mencari
orang-orang yang terhilang. Murid-murid harus melaksanakan misi-Nya yakni
memberitakan berita keselamatan bagi orang-orang berdosa, dan bukan berita yang
lain.
3. Mereka harus
mengantisipasi badai hujan deras dan angin kencang yang akan melanda rumah misi
yang sudah dibangun yakni siap sedia untuk menghadapi kenyataan bahwa dalam
pelayanan misi tantangan dan rintangan itu akan selalu ada.
Dengan mengikuti instruksi-instruksi
rohani dari Kristus, para murid dapat memiliki hati yang bijaksana dalam
membangun rumah misi yang kokoh. Misi Kristus akan tetap bertahan apabila
menghadapi tantangan dan rintangan. Misi Allah tidak akan gagal karena dasar
firman Allah dalam membangun misi adalah dari firman Allah dan rencana Allah
yang kuat dan jelas. Kristus adalah
arsitek rohani yang telah memberikan gambaran rumah misi yang kuat untuk
dibangun oleh murid-murid-Nya.
Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus
Kristus, marilah kita melaksanakan apa yang diinginkan oleh Yesus dalam
kehidupan kita. Ia merindukan kita untuk
dapat tetap bertahan dalam mengiringi Dia sampai akhir. Ia mau supaya apabila
pencobaan itu datang, kita tetap bertahan.
Tiga prinsip rohani tadi dapat menolong
kita untuk bertahan dan maju terus dalam iman dan misi-Nya, yakni:
1.
Kita harus selalu bersedia mendengarkan
perkataan-Nya, yaitu Firman hidup yang memberi tuntunan dan arah ke mana hidup
kita dibawa dan dipimpin oleh Tuhan. Dengan memiliki hati dan telinga rohani
yang selalu mau mendengar akan membuat kita menjadi murid Tuhan yang baik.
Allah akan dengan mudah berbicara kepada kita dalam segala situasi dan menyatakan
kehendak-Nya, baik itu yang enak didengar atau yang tidak enak didengar. Dalam
pengalaman, telah sering didengar, bahwa ada banyak anak Tuhan yang setia
beribadah hanya sebatas tradisi, mereka tidak mau mendengar suara Tuhan.
Acapkali mereka hanya ingin mendengar kotbah-kotbah yang enak di telinga, dan ketika
menerima teguran, mereka tidak mau menerima. Padahal, dalam mendengar suara
Tuhan adalah bersedia mendengar teguran-teguran yang negatif terhadap hidup
iman kita dan mendengar hal-hal yang positif dari firman Tuhan untuk kita. Kita
harus menyadari bahwa mengiringi Tuhan itu tidak selalu menerima berkat, tapi
juga kesulitan-kesulitan yang akhirnya membawa kita untuk lebih mendengar suara
Tuhan. Tapi, bagaimana kita mendengar suara Tuhan? Yakni dengan membaca dan
merenungkan Firman-Nya setiap hari, dan beribadah kepada-Nya dengan sungguh
hati. Hidup tanpa ibadah adalah hidup yang kosong dengan suara Tuhan. Yosua
pernah menyatakan ini kepada umat Israel yang dipimpin-Nya bahwa “ia dan seisi
rumahnya akan beribadah kepada Tuhan.” Ini menandakan bahwa mendengarkan suara
Tuhan sangat penting. Kita akan mendapatkan tuntunan untuk menjauhkan diri dari
marabahaya, untuk menemukan jalan keluar terhadap masalah, dan untuk
berkat-berkat yang akan disediakan. Allah tidak akan memberkati mereka yang
tidak mau mendengarkan suara-Nya. Milikilah telinga seorang murid yang mau
mendengar-kan
suara guru yang agung itu, Yesus Kristus.
2.
Setelah mendengar, maka kita juga harus
melakukannya. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Apabila mata uang itu hanya terdapat gambar nilai uang sebelah saja, maka uang
tersebut tidak berlaku. Tidak ada nilainya. Demikian juga kalau kita hanya
mendengar tetapi tidak melakukannya, maka kita tidak mempunyai nilai atau
kualitas iman yang berarti. Yakobus menulis barangsiapa yang mendengar Firman
Allah tetapi tidak melakukannya, ia seperti seorang sedang mengamat-amati
wajahnya di depan kaca, lalu segera ia melupakannya (Yak. 1:23). Kita harus
bersedia bukan hanya mendengar, tetapi melakukannya. Kalau kita beribadah, maka
seluruh hidup kita juga harus beribadah kepada Tuhan, bukan hanya di bibir saja
menyanyi memuji Tuhan, tapi juga menyembah dengan hati yang sungguh.
3.
Kita juga harus berjaga-jaga dan mengantisipasi
badai dan pergumulan hidup yang sewaktu-waktu datang menerpa hidup kita.
Sebagai orang percaya, kita tidak kebal dari semua bencana maupun cobaan.
Tetapi kita diberikan kekuatan melalui Firman yang kita dengar dan laksanakan
dalam hidup kita, niscaya kita dapat bertahan dalam badai tersebut. Kita juga
harus menyadari bahwa setiap kita dipanggil bukan hanya untuk percaya, tetapi
juga untuk menderita untuk Dia, itulah
kata Rasul Paulus.
Bapak/ibu yang terkasih
di dalam Yesus Kristus, inilah kehidupan yang dibangun diatas batu karang yang
teguh. Demikian juga dasar yang teguh ini menjadi tumpuan iman kita untuk
melaksanakan misi Allah dalam dunia ini. Dengan selalu bersedia mendengarkan
suara Tuhan, maka kita akan menjadi seorang yang juga peka terhadap pimpinan
Tuhan bagi kita untuk melaksanakan misi Allah dalam dunia ini. Kita akan merasakan beban untuk jiwa-jiwa yang
terhilang. Kita akan mampu memberikan diri
untuk melayani kemana Tuhan mau. Kita akan menjadi seorang yang melayani
Tuhan melalui profesi, keluarga, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam
melaksanakan misi Allah, kita akan menghadapi berbagai tantangan dan badai,
namun dengan ketaatan, maka kita akan mampu bertahan. Kita akan menjadi
duta-duta Kristus di manapun kita berada. Betapa indahnya landasan yang
dibangun diatas batu karang yang teguh di mana Yesus Kristus menjadi batu
penjuru. Kita akan menjadi seorang yang membangun sebuah pelayanan rohani yang
kuat dan kokoh untuk misi-Nya dalam dunia ini. Ada banyak jiwa yang berdosa
akan diselamatkan melalui kontribusi kita yang besar dan mulia itu. Oleh sebab
itu, bangunlah dirimu diatas iman yang paling suci, seperti kata Yudas (1:20),
agar kita dapat bertahan dalam mengiringi Yesus dan melaksanakan misi-Nya dalam
dunia yang gelap ini. Biarlah terangmu bercahaya di dalam kegelapan.
Tuhan Yesus Kristus Memberkati. Amin.
Minggu III
Misi
Bagi Keluarga-Keluarga (Matius 8:14-17)
Tujuan: agar jemaat memahami bahwa Yesus
mengasihi semua orang, juga keluarga-keluarga mereka.
Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, misi
Yesus telah makin tesebar dan meluas
hingga ke tempat-tempat lain, bahkan telah melintasi daerah lintas budaya. Akan
tetapi saudara dapat melihat, makin luasnya pelayanan misi Yesus, makin Yesus
memperhatikan hal-hal yang lebih penting. Ia bersama-sama murid-murid-Nya
melayani bangsa-bangsa lain, tetapi Ia juga ingat akan keluarga-keluarga
murid-murid yang tidak dapat dilewatkan begitu saja karena mereka juga
membutuhkan anugerah Yesus. Keluarga murid-murid merupakan suatu lembaga yang
penting dan
utuh dalam kehidupan murid-murid. Keluarga adalah ikatan dan hubungan darah
daging yang memiliki persekutuan yang begitu erat. Yesus ingin juga
menyelamatkan setiap keluarga murid-murid.
Bapak/ibu
yang terkasih di dalam Yesus Kristus, setelah melayani perwira di Kapernaum,
Yesus menyempatkan diri mengunjungi keluarga mertua Simon Petrus, yang ternyata
ibu mertuanya sedang sakit demam. Kali ini Yesus melaksanakan misi-Nya juga
untuk orang dalam. Melalui Petrus, jalan untuk memasuki keluarga Petrus
terbuka, apalagi kondisi ibu mertuanya sangat membutuhkan pertolongan.
Tampaknya Yesus mendapatkan kesempatan yang paling baik untuk mencapai keluarga
Simon Petrus. Dengan pendekatan sosial ini Yesus menyembuhkan penyakit demam
ibu mertua Simon sehingga ia bangun dan melayani Yesus. Keselamatan yang
terjadi dalam keluarga Simon ini mengundang banyak orang luar yakni
keluarga-keluarga lain yang sakit dan dirasuk setan untuk datang mendapatkan
pertolongan-Nya. Kedatangan orang-orang yang
menderita ini disambut-Nya dengan tangan terbuka untuk menolong melenyapkan
segala penderitaan. Mujizat-mujizat terjadi ini menggenapi apa yang telah
dikatakan oleh Firman Allah mengenai misi-Nya untuk menanggung kelemahan dan
sakit penyakit yang sedang diderita orang banyak. Melalui mujizat-mujizat ini,
maka berita misi mengenai keselamatan dapat disampaikan.
Pelayanan melalui keluarga ini
memang sangat efektif karena dalam sebuah keluarga terdapat lebih dari satu
anggota. Untuk kedua belas murid, tentu jumlah
mereka dapat mencapai seratus jiwa apabila dalam setiap keluarga
murid-murid terdapat
lima bersaudara. Keluarga merupakan suatu wadah yang dicipta-kan oleh Allah untuk menyatakan
kemuliaan-Nya. Keluarga merupakan sebuah organisasi misi yang
kecil yang dapat membawa berita misi itu bagi banyak orang. Kehidupan keluarga
yang memiliki hubungan sosial yang baik dengan keluarga yang lain akan membawa
Injil itu tersebar dalam waktu yang singkat kepada tetangga-tetangga seperti
halnya keluarga Simon Petrus. Keluarga Petrus menjembatani keluarga-keluarga
lain datang kepada Yesus.
Apa yang dilakukan oleh Yesus dalam
misi-Nya menolong orang-orang yang menderita tidak terjadi secara kebetulan,
tapi sudah direncanakan-Nya sejak semula. Yesus merasakan apa yang dirasakan oleh para penderita itu
sehingga firman Allah digenapi bahwa Ia datang untuk menanggung beban-beban
yang berat ini. Seolah-olah Yesus sudah tidak dapat menunggu lebih lama untuk
menolong mereka. Setiap orang yang menderita mendapat tempat prioritas bagi misi-Nya. Inilah salah satu
wujud belas kasihan Kristus bagi yang terisolir dan diabaikan dalam masyarakat.
Tapi
setiap jalan buntu yang dihadapi oleh penderita selalu menemukan kelegaan
karena firman Allah yang telah dinubuatkan sejak dahulu mengenai misi dan kedatangan
Kristus. Hal ini membuktikan bahwa kasih Allah itu kekal, belas kasihan Allah
telah berlangsung dari jaman ke jaman dan tidak berubah. Kristus datang membawa
misi belas kasihan yang tidak berubah ini untuk orang-orang berdosa.
Bapak/ibu
yang terkasih di dalam Yesus Kristus, kita harus menyadari beberapa
hal dari apa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus dengan keluarga murid-murid,
yakni:
1. Kasih
Yesus bukan hanya ditujukan kepada satu pribadi, atau beberapa pribadi saja.
Untuk kita sendiri, tidak terjadi dengan sendirinya. Kita adalah bagian dari
satu institusi yang besar. Apabila kita diselamatkan oleh Yesus, maka ada
saudara/i yang lain yang merupakan bagian dari hidup kita juga harus
diselamatkan yaitu keluarga, baik yang dekat maupun yang jauh. Kehadiran Yesus
dalam keluarga Simon Petrus menandakan bahwa Yesus prihatin dan peduli dengan
keluarganya. Yesus menemukan jalan untuk masuk dalam lembaga keluarga Simon
Petrus. Oleh sebab itu saya ingin mengajak kita untuk menggumuli keluarga kita
supaya mereka juga mendapatkan anugerah itu untuk mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
mereka yang hidup. Kita harus berdoa agar Tuhan membuka jalan
untuk memasuki keluarga kita yang belum mengalami keselamatan. Firman Allah
berjanji untuk menyelamatkan mereka semua seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 16:31, “Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus, maka engkau akan selamat, engkau beserta seisi
rumahmu”. Bapak/ibu, jadilah saksi di keluarga kita sendiri, jadilah berkat,
nampakkanlah cahaya Kristus dari hidup, inilah misi Yesus bagi keluarga kita,
yakni melalui kita sendiri. Apabila ada persoalan dan sakit penyakit dalam
keluarga kita atau persoalan apapun, bawalah itu kepada Yesus karena Ia dengan tangan
terbuka mau menolong. Pertolongan-Nya sempurna, bukan hanya secara jasmani,
tapi terlebih secara rohani. Bapak/ibu, gunakanlah kesempatan yang diberikan
kepada kita untuk membawa kasih Allah dalam keluarga kita.
2. Apabila
keluarga kita sudah mencapai kerajaan-Nya, janganlah lupa, bahwa ada banyak
keluarga lain yang dapat diundang untuk menerima kasih Yesus. Semua sanak
famili, dan handai tolan yang dekat dengan keluarga merupakan mata rantai yang
tidak dapat diputuskan. Mereka semua membutuhkan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
mereka pribadi. Kitalah orang yang dapat dipakai Tuhan untuk membawa mereka
bagi Tuhan melalui keluarga-keluarga yang sudah menerima Yesus Kristus.
Janganlah lewatkan jalur yang sangat penting ini untuk membawa berita misi
Allah sampai ke ujung bumi. Melalui keluarga-keluarga, maka seluruh suku, kaum
dan bahasa dapat dicapai oleh Injil.
3. Kita
juga harus waspada bahwa institusi keluarga yang begitu penting ini juga
menjadi sasaran dari kuasa-kuasa jahat dan dunia untuk merusak mereka. Keluarga
menjadi pusat dari suatu bangsa maupun gereja. Mereka adalah institusi yang
dapat menjadi kokoh dan kuat, memperkuat pribadi maupun suatu bangsa. Oleh
sebab itu, kita harus selalu memelihara dan menjaga institusi ini dari
serangan-serangan si jahat. Dunia yang mengalami perubahan yang radikal ini
juga mempengaruhi keluarga dalam segala hal. Di kalangan kaum muda misalnya,
bahaya narkoba sedang mengancam. Betapa banyak anak muda, mulai dari anak-anak,
hingga kepada remaja, pemuda, dan bahkan kepada orang dewasa terkena narkoba di
Indonesia. Narkoba telah memasuki kehidupan masyarakat dan hendak merusak
generasi-generasi mendatang. Ada banyak juga keluarga-keluarga yang berantakan
atau broken home. Keluarga demikian juga
merusak keluarga secara keseluruhan. Anak-anak juga mendapat kontribusi
kerusakan tersebut. Perceraian yang terjadi di keluarga-keluarga juga memberi
kontribusi dalam kehancuran suatu bangsa. Broken
home membawa institusi negara menjadi lemah dan surut. Generasi-generasi muda yang rusak
dengan narkoba tidak dapat berperan dalam membangun bangsa dan negara.
Kerusakan keluarga juga terjadi dalam pergaulan muda-mudi. Banyak di antara
mereka terjerumus dalam pergaulan bebas
sehingga juga merusak keturunan mereka. Maka bayi-bayi lahir tanpa orangtua dan
terlantar. Banyak yang lahir cacat karena obat-obatan. Banyak juga remaja dan
pemudi mejadi rusak kandungannya karena menggugurkan bayi-bayinya. Betapa
tragisnya pemandangan ini. Betapa hati Allah menjadi pilu karena si jahat
merajalela di kalangan generasi muda untuk mengahcurkan masa depan mereka.
Belum lagi terhitung berapa banyak mereka yang melacurkan diri untuk kebutuhan
dan mereka yang bunuh diri karena frustrasi. Nah, apabila generasi tua berlalu,
maka iblis ingin menyisakan generasi penerus yang tidak dapat meneruskan pembangunan bangsa dan
keluarga-keluarga yang baik.
Bapak/ibu
yang terkasih di dalam Yesus Kristus, ini adalah tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk membawa
keluarga-keluarga ke dalam jalan Tuhan, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda,
dan orang dewasa, suami, isteri. Bawalah
anak-anak kepada Tuhan sejak masih dini supaya mereka dapat mengenal Allah
dan hidup yang dipimpin-Nya. Sekali lagi keluarga
adalah bagian yang terpenting dalam pelayanan kita. Kita harus melayani
keluarga dan mengutamakan keluarga kita untuk melindungi mereka dari pada yang
jahat. Oleh sebab itu, satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan institusi yang besar ini adalah membawa mereka untuk
mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Di dalam Dialah kuasa si jahat
dihancurkan dan dimusnahkan. Marilah kita melindungi institusi keluarga dengan
kuasa Allah. Amin
Tuhan Yesus Kristus Memberkati. Amin.
Minggu IV
Visi dan Misi Sang Misionaris (Matius 4:23-25)
Tujuan: agar jemaat memiliki visi dan target pelayanan dan berinisiatif
untuk melaksanakan rencana-rencana mereka.
Bapak/ibu yang
terkasih di dalam Yesus Kristus, pelayanan Yesus di Galilea terus meluas secara
lokal dari kota ke kota. Dalam Matius 4:23-25 hal ini begitu jelas dan ringkas bagi
kita. Setiap kunjungan Yesus ke manapun Ia pergi telah mengundang banyak orang untuk datang
kepada-Nya. Pelayanan Yesus memberikan daya tarik tersendiri bagi semua yang
datang mencari Dia, dan Yesus pun tidak menolak mereka yang meminta bantuan-Nya
baik yang datang secara kolektif, maupun pribadi, baik yang miskin maupun yang
kaya, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang tua maupun yang muda. Jadi
kitab Injil mencatat bahwa pelayanan Yesus ini terlibat secara massal mapun
secara individual.
Pelayanan ini
telah memberikan teladan pada murid-murid-Nya:
1.
Inisiatif Yesus sendiri berjalan
berkeliling ke seluruh tempat untuk memberitakan Injil (street evangelism). Ini merupakan inisiatif misi Yesus yang tidak
lari-lari di tempat atau statis, tapi Ia aktif dalam misi-Nya. Ia bukan hanya
menyusun program misi, tapi Ia me-laksanakan
program misi-Nya.
2.
Ia mengunjungi tempat-tempat ibadah dan
mem-beritakan Injil kerajaan Allah. Orang-orang Yahudi yang tidak mau mendengar
berita di lapangan terbuka juga dapat mendengar berita itu di tempat ibadah
mereka. Yesus memasuki tempat-tempat ini baik yang terisolir dari Injil maupun
yang terisolir dari masyarakat seperti tempat ibadah orang Yahudi di sinagoge
karena misi-Nya untuk semua orang di segala tempat.
3.
Ia mengadakan mujizat untuk memenuhi
kebutuhan jasmani pendengar. Yesus tetap mempertahankan keseimbangan dalam
misi-Nya. Ia juga melakukan misi sosial bagi mereka supaya Injil dapat
diterima. Dari cara ini berita pelayanan-Nya tersiar dari mulut ke mulut
sehingga orang berbondong-bondong datang kepada-Nya. Disini terjadi peningkatan
pelayanan Yesus di mana Yesus tidak perlu mengambil banyak waktu dalam
perjalanan-Nya apabila orang-orang datang kepada-Nya.
Kita
melihat disini bahwa pelayanan Yesus berkembang melalui dua sisi yakni daerah
jangkauan makin jauh ditempuh
dan pendengar makin banyak dan bervariasi budayanya. Bertambah banyaknya
tempat-tempat ibadah dikunjungi-Nya, bertambah pula orang akan mendengar. Jadi
Yesus dalam melaksanakan misi-Nya, Ia bergerak secara aktif, geografis,
praktis, strategis, dan produktif.
Bapak/ibu yang
terkasih di dalam Yesus Kristus, strategi-strategi yang dipakai oleh Yesus dalam misi-Nya selama tiga
setengah tahun selalu memiliki corak seperti di atas sehingga pelayanan-Nya
dapat berkembang dengan target-target yang berhasil. Di sini kita melihat
adanya juga unsur ‘missio homimum”
karena mereka yang mengalami jamahan Tuhan kemudian menyampaikan segala
kesaksian itu kepada orang-orang lain sehingga seringkali Yesus tidak dapat
bertahan di satu tempat. Tanpa ini maka para pengunjung akan datang makin
banyak dan dapat
menimbulkan kecurigaan pemerintahan Romawi. Yesus berinisiatif memilih untuk
bergerak dari satu tempat ke tempat lain seperti: Dekapolis, Galilea,
Yerusalem, Yudea, hingga ke seberang sungai Yordan.
Dalam
pelayanan misi-Nya, jelas nampak bahwa Yesus tidak hanya bertindak sendirian,
di samping murid-murid, Yesus juga menggunakan strategi “missio homimun”, tanpa ini maka Yesus akan membutuhkan lebih banyak
waktu dan tenaga untuk mencapai kota-kota tersebut. Pada sisi yang cukup menonjol dalam misi Yesus adalah misi sosial-Nya yang
membawa banyak
orang untuk mencari Dia karena mujijat-mujijat yang diperbuat-Nya. Misi sosial ini cukup penting di jaman ini karena
tingkat kehidupan sosial yang cukup pelik kurang mendapat perhatian dari pemerintah
Romawi maupun dari tokoh-tokoh agama seperti ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
apalagi
kalau mereka bukan keturunan Yahudi. Kehadiran Yesus dalam misi sosial-Nya
mendapat tempat yang luas bagi masyarakat. Kasih dan belas kasihan Kristus
mengakibatkan Ia melakukan-Nya.
Bapak/ibu yang
terkasih di dalam Yesus Kristus, marilah kita renungkan apa yang
Yesus kerjakan dalam pelayanan
misi-Nya. Kita sebagai orang percaya patut mencontoh teladan tersebut.
Paling sedikit ada tiga hal yang dapat kita teladani dari pelayanan Yesus untuk
kita terapkan dalam kehidupan pelayanan kita sehari-hari yakni:
1.
Kita harus mengambil inisiatif untuk melayani Tuhan. Kita tidak
boleh berlari-lari di tempat tanpa mengerjakan apa-apa, padahal kita sudah tahu
apa yang harus kita kerjakan. Kita memiliki panggilan, perintah dalam amanat
agung, dan lingkungan yang sedang
menantikan kita. Di sinilah letak dimana inisiatif untuk melangkah melayani
Tuhan dan menjadi berkat itu harus dimulai. Dalam berinisiatif untuk melayani, kita harus selalu siap dalam segala keadaan
dan waktu untuk memberitakan Injil apabila itu dibutuhkan. Yesus mengatakan
kepada murid-murid-Nya bahwa “Bapaku bekerja sampai sekarang dan Akupun bekerja
juga”; dan Ia juga mengatakan:
“Bekerjalah selama masih siang belum datang malam, dimana orang tidak dapat bekerja lagi”. Jadi Bapa
aktif melaksanakan karya penyelamatan-Nya, demikian juga kita. Selama ada
kesempatan dan belum datang masa yang tidak baik, kita harus melayani Tuhan. Setiap saat ada
saat yang baik dalam memberitakan kasih Allah itu untuk orang-orang berdosa.
Bagi orang-orang yang sedang mengalami kesukaran dan kesulitan, ataupun sakit
penyakit, setiap detik adalah berharga
bagi mereka yang menerima pelayanan kita.
2.
Kita harus bersedia mencapai tempat-tempat yang
terisolir yang tidak banyak orang mau mencapainya. Kita dapat mengatur rencana
pelayanan dengan satu tim untuk pergi memberitakan kasih Allah tersebut. Kita
tidak boleh memilih-milih tempat atau orang yang mau kita layani. Yesus telah
memberikan teladan tersebut, ia melayani semua orang dan di semua tempat yang
Ia lihat membutuhkan kasih Allah itu. Di samping itu kita dapat menantikan
pimpinan Tuhan dalam pelayanan kita. Ke mana Ia memimpin kita yaitu Roh Kudus,
kita harus taat kepada-Nya. Seperti pimpinan Roh Kudus untuk Filipus dalam
melayani Sida-Sida Ethiopia, sehingga ia diselamatkan. Kita harus belajar dari
semua pengalaman ini sehingga banyak tempat dapat dijangkau sesuai dengan
pimpinan Roh Kudus.
3.
Dalam melayani, kita juga harus melibatkan pelayanan
sosial. Sebab memenuhi kebutuhan rohani saja tidaklah cukup. Orang sakit perlu
ditolong, yang lapar perlu diberi makan, yang haus perlu diberi minum, yang
tertekan dan sedih perlu dihiburkan. Kita akan mempersembahkan “full gospel” apabila pelayanan kita
mencapai jiwa-jiwa secara jasmani maupun
rohani. Tapi kita perlu ingat bahwa tujuan dari semuanya itu adalah keselamatan
dari jiwa-jiwa yang terhilang. Yesus telah melakukan semuanya ini. Ia memberi
makan kepada 5000 orang ketika murid-murid menyuruh orang banyak itu pergi
dengan perut yang lapar. Yesus mengulurkan tangan-Nya atas orang sakit ketika
para ahli Taurat dan orang-orang Farisi menyalahkan Dia melanggar hukum Sabat.
Yesus bahkan menolong perempuan Kanaan yang sebetulnya tidak layak ditolong menurut orang Yahudi.
Semua pengalaman ini terjadi menjadi dorongan bagi kita untuk melayani Dia
dengan lebih sungguh.
4.
Dalam melayani kita juga harus melibatkan yang lain
sebagai “missio homimum”. Kita harus
memenangkan jiwa dan melatih, memuridkan mereka agar mereka dapat mengambil
bagian dalam pekabaran Injil.
Dengan “missio homimum” kita
dapat mencapai jiwa-jiwa yang lebih banyak dan lebih singkat. Tanpa ini dunia
tidak dapat dicapai oleh Injil. Kita harus bersedia melibatkan dan memberikan
kesempatan pelayanan juga kepada orang lain yang terpanggil untuk itu. Kita tidak
boleh menjadi penghalang, karena kebutuhan untuk kasih Allah didengar itu
begitu luas. Kita tidak mampu
mengerjakan sendiri. Ada banyak hamba Tuhan memiliki persepsi yang salah
dengan motivasi yang begitu hina. Ia merasa hanya dirinya dan orang-orang tertentu
yang layak melayani, seperti persepsi ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang
mendapat kecaman yang pedas dari Yesus. Paulus juga meng-atakan orang-orang
seperti itu tidaklah melayani Tuhan melainkan melayani “perut” mereka. Injil
yang diberitakan secara egois hanya untuk kepentingan pribadinya. Sebagai
anak-anak Tuhan, mental yang buruk dan hina ini tidak pantas kita miliki. Orang
yang memiliki panggilan Tuhan akan menghargai orang lain untuk melayani.
Tidaklah heran Rasul Paulus meng-atakan bahwa ia selalu menguasai dirinya dalam
melayani Tuhan, supaya sesudah ia memberitakan Injil, jangan sampai ia sendiri
ditolak. Orang yang melayani Tuhan dengan hati yang bengkok untuk kepentingan
sendiri dan menghalangi orang lain untuk melayani dan menganggap diri paling
layak, adalah orang yang akan ditolak oleh Tuhan setelah ia memberitakan Injil.
Jadi benarlah perkataan Paulus: “Janganlah engkau mem-berangus mulut lembu yang
sedang mengirik”, artinya janganlah engkau menghalangi saudara seiman yang
memiliki potensi untuk melayani, dan janganlah engkau menganggap diri yang
paling rohani dalam melayani. Jadi kita harus menyadari, bertambah banyak orang
yang dipanggil Tuhan untuk melayani, maka kerajaan Allah akan makin
bertambah-tambah menerima pen-dengarnya. Kuasa setan akan dengan mudah di-taklukkan
melalui doa-doa dan pelayanan banyak orang percaya. Tidaklah heran kalau kita
semua disebut sebagai tubuh Kristus dengan organ-organ yang ber-fungsi untuk
kepala.
Tuhan Yesus Kristus Memberkati. Amin