KHOTBAH KEBAKTIAN SEKTOR 30 SEPTEMBER
2014
Nats Alkitab : Filipi 3:4b-14
(dikutip dari Forum Biblika)
Ayat 4.
Paulus, untuk sesaat, menempatkan dirinya bersama dengan para lawannya untuk
menunjukkan bahwa menurut patokan mereka sekalipun, dia memiliki alasan untuk
menaruh pereaya pada hal-hal lahiriah (menafsirkan pepoithesis secara
obyektif).
Ayat 5. Paulus mengemukakan bukti-bukti kebenarannya, Disunat pada hari kedelapan. Dia adalah seorang Ibrani tulen sejak lahir. Dia bukan seorang bukan Yahudi yang kemudian menjadi penganut agama itu, tetapi murni dari bangsa Israel. Sesungguhnya, dia merupakan anggota suku Benyamin yang dihormati sebab memberikan kepada Israel raja mereka yang pertama (Saul). Berbeda dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani (golongan Helenis), dia berasal dari keluarga Ibrani asli, yaitu keluarga yang tetap memelihara adat dan bahasa Ibrani (atau Aram). Sebagai tambahan terhadap kelebihan-kelebihan yang diperoleh sejak lahir ini, terdapat kelebihan-kelebihan yang berkenaan dengan pilihannya sendiri. Di dalam hubungannya dengan hukum Taurat dia adalah orang Farisi - "penganut yang penuh semangat dari tradisi Yahudi yang paling ketat".
Ayat 6. Kebenaran dalam menaati hukum Taurat. "Kebenaran" yang dicapai karena ketaatan kepada perintah-perintah yang bersifat lahiriah. Tidak bercacat. Sebuah pengakuan yang menakjubkan manakala diingat betapa rumitnya peraturan golongan Farisi ini dan juga pelaksanaan perintah-perintah Taurat (Mitsvot).
Dalam ayat empat Paulus menyamakan dirinya dengan orang-orang Yahudi Kristen yang suka menurut Taurat, dan memakai bahasa mereka.
Sebenarnya Rasul Paulus mempunyai dengan kelimpahan, dan lebih banyak daripada mereka, segala apa yang sedang mereka turut, yaitu syarat-syarat di luar saja. Di sini Rasul Paulus mulai memberitahukan apa yang dapat dibanggakannya kalau ia mau, yaitu kalau ia mau membanggakan perbuatannya di dalam tubuh. Tetapi dapat kita baca nanti bahwa semua itu dibuang oleh Rasul Paulus.
Paulus hanya mau bermegah dalam Kristus. Ia mau bersukacita dalam Kristus dan ini menjadi suatu tujuan tunggal bagi Paulus. Tujuan tunggal itu menghilangkan segala hal sayang diri sendiri dan bangga akan diri sendiri dan perbuatan amal-ibadah diri sendiri. Oleh karena Paulus telah membuang segala kebanggaan akan amal dan perbuatan diri sendiri, maka dengan itu ia meniadakan segala pengajaran orang-orang sesat yang ingin menambah-nambahkan syariat Taurat kepada pekerjaan Kristus.
Paulus mempunyai dua perkara, yaitu segala hal yang dituntut oleh orang Yahudi Kristen itu dan juga mempunyai segala sesuatu yang ada pada pihak orang yang percaya dan berdasarkan iman saja. Satu pihak dibuang sama sekali oleh Paulus dan yang lain dipegang teguh. Oleh karena itu, ia berhak memberitahukan dengan resmi kepada orang Filipi apa yang wajib mereka pegang dan apa yang wajib mereka buang.
Dalam Filipi pasal dua bisa kita ketahui bahwa ada tujuh perkara yang ditinggalkan Tuhan Yesus pada waktu Ia merendahkan diri-Nya, dan kemudian kedapatan tujuh perkara yang lebih indah dan lebih mulia. Pada Paulus juga ada tujuh perkara yang disebutnya kerugian. Orang Yahudi Kristen menyebut semua itu keuntungan baginya. Ketujuh kerugian yang dibuang oleh Rasul Paulus dibagi dalam dua bagian.
Dalam ayat lima kita dapati empat perkara yang diwarisi Paulus di luar kehendaknya sendiri. Empat perkara itu adalah :
1. Paulus disunat pada hari kedelapan yang menyatakan bahwa ibu bapanya bukan orang kafir dan juga bukan anak-anak Ismael.
2. Ibu bapa Paulus bukan orang yang memeluk agama Israel, tetapi mereka berasal dari bangsa Israel.
3. Nenek moyang Paulus keturunan bangsa Israel, dari suku Benyamin. Raja pertama Israel, Saul, adalah dari Suku Benyamin.
4. Maka ada juga orang Yahudi yang sudah mempusakai iman akan Taurat itu, tetapi kemudian mereka undur daripadanya dan menurut agama orang-orang kafir yang mengelilingi mereka itu. Nenek moyang Paulus tidak demikian karena mereka adalah orang Ibrani asli, yang berarti bahwa semua nenek moyang Paulus tidak tercampur dengan bangsa asing, dan mereka menganut agama Israel dengan teliti. Paulus dididik dalam bahasa Ibrani dan mengetahui bahasa itu. Juga Paulus tahu bahasa Yunani dan bahasa Aram (bahasa yang dipakai di Palestina pada waktu Tuhan Yesus hidup).
Sesudah Rasul Paulus mendaftarkan perkara-perkara yang telah dipusakainya dari nenek moyangnya, barulah ia menyebutkan tiga perkara yang berdasarkan perbuatan dan kegiatan diri sendiri :
5. Rasul Paulus boleh bangga oleh kare a Taurat dan sebab dahulu ia hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama Yahudi.
6. Tentang kegiatan ia adalah penganiaya jemaat yang paling giat. Pada waktu itu orang-orang Farisi membenci orang-orang Kristen dan selalu berusaha menganiaya mereka. Karena itulah Paulus pergi ke Damsyik untuk menganiaya orang-orang Kristen di sana. Segala perbuatan itu masih mengganggu ingatan Rasul Paulus sampai pada waktu ia sedang menulis surat kepada jemaat di Filipi. Walaupun demikian, Tuhan Allah telah menyatakan rahmat-Nya dan mengampuni Paulus dan mengubah dia dari penganiaya jemaat yang paling kejam menjadi pengabar Injil yang paling berani.
7. Tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat Rasul Paulus tidak bercacat. Kita harus ingat bahwa Rasul Paulus tidak bercacat menurut ukuran kebenaran Taurat, dan bukan menurut ukuran kebenaran Kristus. Tidak ada tuntutan Taurat yang tidak digenapi oleh Paulus. Tambahan pula, dengan giat ia telah menganiaya orang-orang Kristen.
Dalam penjelasannya itu, seolah-olah Paulus berkata bahwa jikalau orang-orang lain bangga atas perbuatan Taurat, ia terlebih lagi. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan baginya, sekarang dianggapnya rugi karena Kristus. Memang ia perlu menyangkal semua itu, sebelum ia dapat mencapai kebenaran yang datang dari Kristus Yesus. Paulus mendapati bahwa semua yang dahulu merupakan keuntungan baginya sama sekali tidak berharga kalau dibandingkan dengan Kristus Yesus dan kebenaran-Nya. Karena nilai Kristus jauh lebih besar bagi Paulus, maka ia membuang semua yang lain itu. Semua itu terjadi pada waktu Rasul Paulus diselamatkan, yaitu pada waktu ia berjumpa dengan Tuhan Yesus dalam perjalanan ke Damsyik. Paulus dahulu bangga atas ketujuh perkara yang sekarang sudah ditolaknya supaya ia mendapat tujuh perkara yang lebih indah lagi, yaitu:
1. Mendapat Kristus.
2. Kedapatan di dalam Kristus.
3. Mendapat kebenaran yang sungguh.
4. Mengenal Kristus dengan sungguh.
5. Mendapat kuasa kebangkitan Kristus.
6. Merasakan persekutuan dalam penderitaan Kristus.
7. Sampai kepada kebangkitan dari antara orang mati.
Tinjauan
Seandainya Rasul Paulus telah mengumpulkan segenap kebenaran Allah yang diilhamkan kepadanya dan mengemukakannya dalam suatu karangan Asas Pengajaran Kristen, maka di dalamnya kita tentu menjumpai pikiran orang yang mengasihi kebenaran dan menjumpai suatu pikiran yang tajam sekali. Akan tetapi dalam surat-surat Paulus terlihatlah seorang manusia yang seluruhnya dimiliki Kristus dan terlihat juga seorang pemimpin yang luar biasa. Teristimewa dalam Surat Filipi ini terdapat gambaran (potret) Rasul Paulus. Paulus memberikan kepada kita suatu gambaran dirinya sendiri, suatu tulisan tentang kehidupannya sendiri, atau dengan kata lain, suatu autobiografi seorang hamba Allah yang beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibrani 6: 1).
Dalam surat ini terlihat kehidupan Rasul Paulus yang dipersatukan dengan kehidupan seorang yang lain, yaitu Kristus yang lengkap itu. Kelihatan dalam surat ini kerinduan Rasul Paulus yang sangat dalam, yaitu kerinduan akan kesempurnaan Kristen. Rasul Paulus terlihat sebagai seorang yang tenang, tetapi masih mengusahakan diri. Ia terlihat sebagai seorang yang 'sempurna', tetapi menuju kepada kesempurnaan. Ia terlihat sebagai orang yang dipegang, tetapi ia masih mengusahakan diri untuk memegang. Menurut Injil yang diberitakan oleh Rasul Paulus orang wajib bersandar hanyalah dan semata-mata kepada iman akan Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan. Apabila orang bersandar kepada suatu perbuatan amal-ibadah dirinya sendiri supaya ia diterima baik oleh Tuhan, maka hal itu tidak lain daripada suatu pekerjaan yang menghinakan Kristus.
Dewasa ini, adakah orang yang berharap kepada pekerjaan lain daripada pekerjaan Kristus? Ya, memang ada. Pekerjaan diri sendiri, amal perbuatan sendiri, dan kesombongan yang menyertainya sukar sekali dihilangkan atau dibinasakan. Sebab manusia suka merasa diri selamat dalam pekerjaannya sendiri dan itu mendatangkan suatu perasaan yang meninggikan diri di atas orang-orang lain. Seandainya keselamatan kita dapat direncanakan dengan mengerjakan ini dan tidak mengerjakan itu, maka manusia dapat sombong dan membesarkan diri sendiri sebab melakukannya. Tetapi Tuhan menuntut lebih daripada itu dari kita sekalian, hal yang sama juga diangkat Paulus dalam Kitab Roma, lihat Artikel MANUSIA DIBENARKAN HANYA OLEH IMAN (Roma 3:21-4:25)
Ada seorang profesor yang pernah berkata begini, "Dahulu saya juga banyak berpikir-pikir mengenai agama karena agama adalah suatu perkara yang besar lagi penting. Tetapi saya sibuk sekali dan tidak ada waktu untuk menyelidiki agama. Karena itu, saya menjadi seorang penganut Roma Katolik supaya tidak perlu lagi mengusahakan diri dalam perkara agama. Saya menyerahkan persoalan itu kepada Gereja Roma dan sekali setahun saya masuk dan menghadiri misa. Gereja mengerjakan semua untuk saya dan saya tidak usah lagi pusing kepala atau sibuk dalam perkara agama." Ya, dewasa ini banyak orang yang berpikiran demikian, tetapi Tuhan menuntut lebih daripada itu dari kita masing-masing. Perbuatan diri sendiri, bahkan perbuatan suatu gereja bagi kita, tidak membawa kita rapat kepada Tuhan, dan tidak membawa keselamatan kepada kita. "Barang siapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan" (I Korintus 1:31). Keselamatan kita adalah semata-mata karunia dari Tuhan.
Ada tiga sifat orang Kristen yang sungguh-sungguh :
1. Ia beribadah oleh Roh Allah, yaitu oleh Roh Kudus. Ibadah orang Kristen tidak berdasarkan syarat-syarat, melainkan berdasarkan pekerjaan dan dorongan Roh Kudus di dalam hati orang yang percaya. Rasul Paulus telah berkata, "Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan" (2 Korintus 3: 17). Orang-orang yang mengajarkan kepada kita supaya berharap dan mendasarkan ibadah kita atas syarat-syarat saja, yaitu peraturan-peraturan yang luar saja, maka mereka itu hanyalah pekerja sesat yang menipu kita, tidak lain dari anjing-anjing seperti disebutkan Paulus. Karena itu, hendaklah kita waspada dalam hal menurut syarat-syarat saja. Kita menyembah Tuhan dengan Roh dan kebenaran, bukan dengan syarat-syarat yang kelihatan saja.
2. Kita bersukacita dalam Kristus Yesus. Artinya, kita tidak bersukacita atas amal-ibadah atau perbuatan diri sendiri untuk mendapat keselamatan melainkan bersukacita di dalam Kristus atas segala pekerjaan-Nya yang mendatangkan keselamatan kepada kita.
3. Kita tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, tidak menaruh percaya pada perbuatan tubuh. Tubuh atau diri yang lama harus disalibkan. Perbuatan tubuh tidak lain daripada menaruh percaya pada diri sendiri dan perbuatan diri sendiri. Hal itu harus disalibkan kalau kita ingin mendapat kebenaran Kristus.
Perbuatan diri sendiri berdasarkan kesombongan, dan juga mendatangkan kesombongan dalam hati manusia. Sebelum Paulus menjadi orang Kristen, dalam hidupnya terlihat empat macam kesombongan :
1. Kesombongan karena keturunannya: "Orang Ibrani asli, disunat pada hari kedelapan" dll.
2. Kesombongan karena ia mentaati hukum Taurat dengan teliti, atau dengan kata lain, seorang yang "ortodoks", yang betul-betul taat kepada agama.
3. Kesombongan karena ia seorang yang giat dan berjerih-payah dalam menjalankan agamanya walaupun ia buta kepada hal ia menganiayakan orang Kristen dan merusakkan jemaat Tuhan.
4. Kesombongan karena kebenaran diri sendiri, Tetapi kebenaran itu berdasarkan Taurat saja, bukan kebenaran yang berkenan kepada Tuhan atau yang sampai kepada kebenaran Kristus. Kebenaran Paulus dahulu itu tidak menunjukkan kepadanya banyak kesalahan yang ada di dalam hatinya, misalnya kesalahan mengiakan hal Stefanus dibunuh karena agama. Rasul Paulus dahulu bermegah atas semua itu, tetapi semua itu tidak dibenarkan di hadapan Allah. Yang berkenan kepada-Nya hanyalah iman kepada Kristus dan kepada anugerah-Nya.
Kalau Kristus dinobatkan di dalam kita, maka barulah kehidupan kita berkenan kepada Tuhan. Banyak orang di dalam dunia ini yang tulus hatinya, tetapi tidak berbuat menurut kebenaran Allah. Dahulu dengan tulus hati Paulus menyangka bahwa ia berbuat menurut kebenaran walaupun ia menyetujui dan mengambil bagian da1am pembunuhan Stefanus. Ketulusan hati Paulus didasarkan atas kepercayaan yang salah, yang sangat disesalinya kemudian hari (lihat 1 Korintus 19:9; Galatia 13; 1 Timotius 1: 13). Menganut suatu kepercayaan atau suatu agama itu tidak benar. Kita harus mengasihi Tuhan kita Yesus Knstus dengan tulus ikhlas. Itulah kehidupan yang Tuhan ingin dapati di dalam kita. Kristus saja yang menyelamatkan kita dan Kristus saja yang memuas: kan hati kita. Kristus menjadi segala di dalam segala, memenuhi hati kita dengan segala sukacita, yang tidak dipahami dan tidak didapati oleh orang-orang lain. Kehidupan itu menjauhkan kita dari segala keduniawian dan perbuatan menaruh percaya pada pekerjaan jasmani saja. "Kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya" (Roma 13:14).
Ayat 5. Paulus mengemukakan bukti-bukti kebenarannya, Disunat pada hari kedelapan. Dia adalah seorang Ibrani tulen sejak lahir. Dia bukan seorang bukan Yahudi yang kemudian menjadi penganut agama itu, tetapi murni dari bangsa Israel. Sesungguhnya, dia merupakan anggota suku Benyamin yang dihormati sebab memberikan kepada Israel raja mereka yang pertama (Saul). Berbeda dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani (golongan Helenis), dia berasal dari keluarga Ibrani asli, yaitu keluarga yang tetap memelihara adat dan bahasa Ibrani (atau Aram). Sebagai tambahan terhadap kelebihan-kelebihan yang diperoleh sejak lahir ini, terdapat kelebihan-kelebihan yang berkenaan dengan pilihannya sendiri. Di dalam hubungannya dengan hukum Taurat dia adalah orang Farisi - "penganut yang penuh semangat dari tradisi Yahudi yang paling ketat".
Ayat 6. Kebenaran dalam menaati hukum Taurat. "Kebenaran" yang dicapai karena ketaatan kepada perintah-perintah yang bersifat lahiriah. Tidak bercacat. Sebuah pengakuan yang menakjubkan manakala diingat betapa rumitnya peraturan golongan Farisi ini dan juga pelaksanaan perintah-perintah Taurat (Mitsvot).
Dalam ayat empat Paulus menyamakan dirinya dengan orang-orang Yahudi Kristen yang suka menurut Taurat, dan memakai bahasa mereka.
Sebenarnya Rasul Paulus mempunyai dengan kelimpahan, dan lebih banyak daripada mereka, segala apa yang sedang mereka turut, yaitu syarat-syarat di luar saja. Di sini Rasul Paulus mulai memberitahukan apa yang dapat dibanggakannya kalau ia mau, yaitu kalau ia mau membanggakan perbuatannya di dalam tubuh. Tetapi dapat kita baca nanti bahwa semua itu dibuang oleh Rasul Paulus.
Paulus hanya mau bermegah dalam Kristus. Ia mau bersukacita dalam Kristus dan ini menjadi suatu tujuan tunggal bagi Paulus. Tujuan tunggal itu menghilangkan segala hal sayang diri sendiri dan bangga akan diri sendiri dan perbuatan amal-ibadah diri sendiri. Oleh karena Paulus telah membuang segala kebanggaan akan amal dan perbuatan diri sendiri, maka dengan itu ia meniadakan segala pengajaran orang-orang sesat yang ingin menambah-nambahkan syariat Taurat kepada pekerjaan Kristus.
Paulus mempunyai dua perkara, yaitu segala hal yang dituntut oleh orang Yahudi Kristen itu dan juga mempunyai segala sesuatu yang ada pada pihak orang yang percaya dan berdasarkan iman saja. Satu pihak dibuang sama sekali oleh Paulus dan yang lain dipegang teguh. Oleh karena itu, ia berhak memberitahukan dengan resmi kepada orang Filipi apa yang wajib mereka pegang dan apa yang wajib mereka buang.
Dalam Filipi pasal dua bisa kita ketahui bahwa ada tujuh perkara yang ditinggalkan Tuhan Yesus pada waktu Ia merendahkan diri-Nya, dan kemudian kedapatan tujuh perkara yang lebih indah dan lebih mulia. Pada Paulus juga ada tujuh perkara yang disebutnya kerugian. Orang Yahudi Kristen menyebut semua itu keuntungan baginya. Ketujuh kerugian yang dibuang oleh Rasul Paulus dibagi dalam dua bagian.
Dalam ayat lima kita dapati empat perkara yang diwarisi Paulus di luar kehendaknya sendiri. Empat perkara itu adalah :
1. Paulus disunat pada hari kedelapan yang menyatakan bahwa ibu bapanya bukan orang kafir dan juga bukan anak-anak Ismael.
2. Ibu bapa Paulus bukan orang yang memeluk agama Israel, tetapi mereka berasal dari bangsa Israel.
3. Nenek moyang Paulus keturunan bangsa Israel, dari suku Benyamin. Raja pertama Israel, Saul, adalah dari Suku Benyamin.
4. Maka ada juga orang Yahudi yang sudah mempusakai iman akan Taurat itu, tetapi kemudian mereka undur daripadanya dan menurut agama orang-orang kafir yang mengelilingi mereka itu. Nenek moyang Paulus tidak demikian karena mereka adalah orang Ibrani asli, yang berarti bahwa semua nenek moyang Paulus tidak tercampur dengan bangsa asing, dan mereka menganut agama Israel dengan teliti. Paulus dididik dalam bahasa Ibrani dan mengetahui bahasa itu. Juga Paulus tahu bahasa Yunani dan bahasa Aram (bahasa yang dipakai di Palestina pada waktu Tuhan Yesus hidup).
Sesudah Rasul Paulus mendaftarkan perkara-perkara yang telah dipusakainya dari nenek moyangnya, barulah ia menyebutkan tiga perkara yang berdasarkan perbuatan dan kegiatan diri sendiri :
5. Rasul Paulus boleh bangga oleh kare a Taurat dan sebab dahulu ia hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama Yahudi.
6. Tentang kegiatan ia adalah penganiaya jemaat yang paling giat. Pada waktu itu orang-orang Farisi membenci orang-orang Kristen dan selalu berusaha menganiaya mereka. Karena itulah Paulus pergi ke Damsyik untuk menganiaya orang-orang Kristen di sana. Segala perbuatan itu masih mengganggu ingatan Rasul Paulus sampai pada waktu ia sedang menulis surat kepada jemaat di Filipi. Walaupun demikian, Tuhan Allah telah menyatakan rahmat-Nya dan mengampuni Paulus dan mengubah dia dari penganiaya jemaat yang paling kejam menjadi pengabar Injil yang paling berani.
7. Tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat Rasul Paulus tidak bercacat. Kita harus ingat bahwa Rasul Paulus tidak bercacat menurut ukuran kebenaran Taurat, dan bukan menurut ukuran kebenaran Kristus. Tidak ada tuntutan Taurat yang tidak digenapi oleh Paulus. Tambahan pula, dengan giat ia telah menganiaya orang-orang Kristen.
Dalam penjelasannya itu, seolah-olah Paulus berkata bahwa jikalau orang-orang lain bangga atas perbuatan Taurat, ia terlebih lagi. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan baginya, sekarang dianggapnya rugi karena Kristus. Memang ia perlu menyangkal semua itu, sebelum ia dapat mencapai kebenaran yang datang dari Kristus Yesus. Paulus mendapati bahwa semua yang dahulu merupakan keuntungan baginya sama sekali tidak berharga kalau dibandingkan dengan Kristus Yesus dan kebenaran-Nya. Karena nilai Kristus jauh lebih besar bagi Paulus, maka ia membuang semua yang lain itu. Semua itu terjadi pada waktu Rasul Paulus diselamatkan, yaitu pada waktu ia berjumpa dengan Tuhan Yesus dalam perjalanan ke Damsyik. Paulus dahulu bangga atas ketujuh perkara yang sekarang sudah ditolaknya supaya ia mendapat tujuh perkara yang lebih indah lagi, yaitu:
1. Mendapat Kristus.
2. Kedapatan di dalam Kristus.
3. Mendapat kebenaran yang sungguh.
4. Mengenal Kristus dengan sungguh.
5. Mendapat kuasa kebangkitan Kristus.
6. Merasakan persekutuan dalam penderitaan Kristus.
7. Sampai kepada kebangkitan dari antara orang mati.
Tinjauan
Seandainya Rasul Paulus telah mengumpulkan segenap kebenaran Allah yang diilhamkan kepadanya dan mengemukakannya dalam suatu karangan Asas Pengajaran Kristen, maka di dalamnya kita tentu menjumpai pikiran orang yang mengasihi kebenaran dan menjumpai suatu pikiran yang tajam sekali. Akan tetapi dalam surat-surat Paulus terlihatlah seorang manusia yang seluruhnya dimiliki Kristus dan terlihat juga seorang pemimpin yang luar biasa. Teristimewa dalam Surat Filipi ini terdapat gambaran (potret) Rasul Paulus. Paulus memberikan kepada kita suatu gambaran dirinya sendiri, suatu tulisan tentang kehidupannya sendiri, atau dengan kata lain, suatu autobiografi seorang hamba Allah yang beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibrani 6: 1).
Dalam surat ini terlihat kehidupan Rasul Paulus yang dipersatukan dengan kehidupan seorang yang lain, yaitu Kristus yang lengkap itu. Kelihatan dalam surat ini kerinduan Rasul Paulus yang sangat dalam, yaitu kerinduan akan kesempurnaan Kristen. Rasul Paulus terlihat sebagai seorang yang tenang, tetapi masih mengusahakan diri. Ia terlihat sebagai seorang yang 'sempurna', tetapi menuju kepada kesempurnaan. Ia terlihat sebagai orang yang dipegang, tetapi ia masih mengusahakan diri untuk memegang. Menurut Injil yang diberitakan oleh Rasul Paulus orang wajib bersandar hanyalah dan semata-mata kepada iman akan Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan. Apabila orang bersandar kepada suatu perbuatan amal-ibadah dirinya sendiri supaya ia diterima baik oleh Tuhan, maka hal itu tidak lain daripada suatu pekerjaan yang menghinakan Kristus.
Dewasa ini, adakah orang yang berharap kepada pekerjaan lain daripada pekerjaan Kristus? Ya, memang ada. Pekerjaan diri sendiri, amal perbuatan sendiri, dan kesombongan yang menyertainya sukar sekali dihilangkan atau dibinasakan. Sebab manusia suka merasa diri selamat dalam pekerjaannya sendiri dan itu mendatangkan suatu perasaan yang meninggikan diri di atas orang-orang lain. Seandainya keselamatan kita dapat direncanakan dengan mengerjakan ini dan tidak mengerjakan itu, maka manusia dapat sombong dan membesarkan diri sendiri sebab melakukannya. Tetapi Tuhan menuntut lebih daripada itu dari kita sekalian, hal yang sama juga diangkat Paulus dalam Kitab Roma, lihat Artikel MANUSIA DIBENARKAN HANYA OLEH IMAN (Roma 3:21-4:25)
Ada seorang profesor yang pernah berkata begini, "Dahulu saya juga banyak berpikir-pikir mengenai agama karena agama adalah suatu perkara yang besar lagi penting. Tetapi saya sibuk sekali dan tidak ada waktu untuk menyelidiki agama. Karena itu, saya menjadi seorang penganut Roma Katolik supaya tidak perlu lagi mengusahakan diri dalam perkara agama. Saya menyerahkan persoalan itu kepada Gereja Roma dan sekali setahun saya masuk dan menghadiri misa. Gereja mengerjakan semua untuk saya dan saya tidak usah lagi pusing kepala atau sibuk dalam perkara agama." Ya, dewasa ini banyak orang yang berpikiran demikian, tetapi Tuhan menuntut lebih daripada itu dari kita masing-masing. Perbuatan diri sendiri, bahkan perbuatan suatu gereja bagi kita, tidak membawa kita rapat kepada Tuhan, dan tidak membawa keselamatan kepada kita. "Barang siapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan" (I Korintus 1:31). Keselamatan kita adalah semata-mata karunia dari Tuhan.
Ada tiga sifat orang Kristen yang sungguh-sungguh :
1. Ia beribadah oleh Roh Allah, yaitu oleh Roh Kudus. Ibadah orang Kristen tidak berdasarkan syarat-syarat, melainkan berdasarkan pekerjaan dan dorongan Roh Kudus di dalam hati orang yang percaya. Rasul Paulus telah berkata, "Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan" (2 Korintus 3: 17). Orang-orang yang mengajarkan kepada kita supaya berharap dan mendasarkan ibadah kita atas syarat-syarat saja, yaitu peraturan-peraturan yang luar saja, maka mereka itu hanyalah pekerja sesat yang menipu kita, tidak lain dari anjing-anjing seperti disebutkan Paulus. Karena itu, hendaklah kita waspada dalam hal menurut syarat-syarat saja. Kita menyembah Tuhan dengan Roh dan kebenaran, bukan dengan syarat-syarat yang kelihatan saja.
2. Kita bersukacita dalam Kristus Yesus. Artinya, kita tidak bersukacita atas amal-ibadah atau perbuatan diri sendiri untuk mendapat keselamatan melainkan bersukacita di dalam Kristus atas segala pekerjaan-Nya yang mendatangkan keselamatan kepada kita.
3. Kita tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, tidak menaruh percaya pada perbuatan tubuh. Tubuh atau diri yang lama harus disalibkan. Perbuatan tubuh tidak lain daripada menaruh percaya pada diri sendiri dan perbuatan diri sendiri. Hal itu harus disalibkan kalau kita ingin mendapat kebenaran Kristus.
Perbuatan diri sendiri berdasarkan kesombongan, dan juga mendatangkan kesombongan dalam hati manusia. Sebelum Paulus menjadi orang Kristen, dalam hidupnya terlihat empat macam kesombongan :
1. Kesombongan karena keturunannya: "Orang Ibrani asli, disunat pada hari kedelapan" dll.
2. Kesombongan karena ia mentaati hukum Taurat dengan teliti, atau dengan kata lain, seorang yang "ortodoks", yang betul-betul taat kepada agama.
3. Kesombongan karena ia seorang yang giat dan berjerih-payah dalam menjalankan agamanya walaupun ia buta kepada hal ia menganiayakan orang Kristen dan merusakkan jemaat Tuhan.
4. Kesombongan karena kebenaran diri sendiri, Tetapi kebenaran itu berdasarkan Taurat saja, bukan kebenaran yang berkenan kepada Tuhan atau yang sampai kepada kebenaran Kristus. Kebenaran Paulus dahulu itu tidak menunjukkan kepadanya banyak kesalahan yang ada di dalam hatinya, misalnya kesalahan mengiakan hal Stefanus dibunuh karena agama. Rasul Paulus dahulu bermegah atas semua itu, tetapi semua itu tidak dibenarkan di hadapan Allah. Yang berkenan kepada-Nya hanyalah iman kepada Kristus dan kepada anugerah-Nya.
Kalau Kristus dinobatkan di dalam kita, maka barulah kehidupan kita berkenan kepada Tuhan. Banyak orang di dalam dunia ini yang tulus hatinya, tetapi tidak berbuat menurut kebenaran Allah. Dahulu dengan tulus hati Paulus menyangka bahwa ia berbuat menurut kebenaran walaupun ia menyetujui dan mengambil bagian da1am pembunuhan Stefanus. Ketulusan hati Paulus didasarkan atas kepercayaan yang salah, yang sangat disesalinya kemudian hari (lihat 1 Korintus 19:9; Galatia 13; 1 Timotius 1: 13). Menganut suatu kepercayaan atau suatu agama itu tidak benar. Kita harus mengasihi Tuhan kita Yesus Knstus dengan tulus ikhlas. Itulah kehidupan yang Tuhan ingin dapati di dalam kita. Kristus saja yang menyelamatkan kita dan Kristus saja yang memuas: kan hati kita. Kristus menjadi segala di dalam segala, memenuhi hati kita dengan segala sukacita, yang tidak dipahami dan tidak didapati oleh orang-orang lain. Kehidupan itu menjauhkan kita dari segala keduniawian dan perbuatan menaruh percaya pada pekerjaan jasmani saja. "Kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya" (Roma 13:14).