KHOTBAH
MINGGU 31 AGUSTUS 2014
Di
GMI Kasih Karunia, Jln. Hang Tuah 2, Medan
Nats
Alkitab : Keluaran 3:1-15
Thema
: “Pangilan untuk Memerdekakan”
By : Rev. T.M. Karo-karo,STh,MA
I.
Pengantar
Setelah Yusuf meninggal kondisi bangsa
Israel di tanah Mesir hidup dalam perbudakan, dicatat dalam Kel. 2:23 : “Lama
sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena
perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena
perbudakan itu sampai kepada Allah”. Mereka menderita dan berseru kepada Tuhan.
Tuhan mendengarkan seruan mereka dan perduli kepada mereka, maka Tuhan mau
bertindak memerdekakan mereka dari
penindasan bangsa Mesir (kel. 2:24-25). Dalam Kel. 3:7-9-- kita melihat bagaimana keperdulian Allah bagi bangsa
pilihannya tersebut:
·
Allah melihat penderitaan umatNya
·
Allah mendengar seruan umatNya
·
Allah turun untuk menolong umatNya
·
Allah melihat dosa orang Mesir yang
menindas umatNya
Dalam rangka keperdulianNya
tersebutlah maka Allah mulai
bertindak untuk memerdekakan umatNya,
tindakan tersebut diawali dengan memanggil hambaNya yang dipakai dalam proses
penyelamatan tersebut dialah “Musa”.
II.
Penjelasan Nats
Perlu diingat bahwa pengutusan/pemanggilan
Musa dalam 3:10 ini berhubungan dengan
keinginan Tuhan untuk menolong bangsa Israel (3:7-9). Ini adalah sesuatu yang
harus dicamkan pada waktu kita mendapat panggilan Tuhan untuk pelayanan. Tuhan
mengutus kita untuk menolong orang lain yang dalam penderitaan. Kalau kita
menolak, kita berdosa terhadap orang yang menderita itu. Sebenarnya Allah bisa bekerja sendiri tanpa memakai manusia,
tetapi Ia memilih untuk bekerja menggunakan manusia. Jadi pemilihan disini
ditentukan oleh Allah.
Selama
empat puluh tahun di padang Midian,
Musa seolah-olah dipisahkan dengan persoalan politik dan kemasyarakatan di
kerajaan Mesir. Sebenarnya Musa sudah mengalami
hidup yang tenang di pengasingan. Di
Midian Musa hampir melupakan penderitaan
dan tangisan bangsanya
sendiri. Ada perbedaan antara doa ibadat orang-orang Mesir
dan umat Israel di
era pembangungan piramida. Doa dan ibadat
orang Mesir
merupakan upacara dengan segala kemewahan
dan kehebatan lagu dan
pujian pada Firaun, sedangkan doa dan ibadat umat
Israel diliputi dengan isak tangis dan jeritan permohonan pembebasan
. Kebaktian dan doa orang-orang Mesir
berseru terciptanya stabilitas kerajaan dan
status quo. Doa orang-orang Mesir berlangsung di Istana,
piramid atau metropolitan , sedangkan
doa rintihan umat Israel berlangsung di
lembah sungai Nil dan di pinggiran daerah miskin.
Ketika Allah melawat dan turun ke bumi untuk melawat
umatnya. Allah turun di
tepi Sungai Nil untuk mendengarkan jeritan Israel. Allah
bukan bertandang ke istana dan kuil atau piramida. Tapi Allah
blusukan di tengah penderitan orang Israel yang menjadi korban perbudakan.
Di
sini jelas
bagi kita bahwa Allah bukan
sekedar Allah yang mengetahui dan mendengar penderitaan umat Israel. Allah
adalah Allah yang bertindak untuk membebaskan dan memerdekakan manusia yang
ditindas oleh sesamanya. Allah tidak hanya mendengar dan melihat
penderitan manusia dari atas surga. Allah adalah Tuhan
yang mau turun untuk melepaskan dan menuntun. Allah
bukan menjadi penonton perbudakan dan
penindasan dari surga tapi Allah yang mau
turun ke bumi (bd. Yoh. 3:16)
Pilihan Tuhan sebagai
alat untuk menyelamatkan bangsa Israel adala Musa, seorang yang terbuang yang
melarikann diri ke tanah Midian.
Dalam Kel. 3:1-4:17 ada empat kali Musa menolok panggilan Allah
tersebut, tetapi Tuhan menjawab seluruh
keluhan yang menjadi alas an Musa dalam penolokan tersebut:
1.
Persoalan
mengenai ketidaklayakan Musa sama sekali terhadap tugas yang digambarkan. Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah
aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar
dari Mesir?" (ayat 11) Tuhan menjawab bahwa Dia berjanji akan menyertai
dia terus menerus, dengan demikian Dia
berjanji bahwa budak-budah itu akan dibebaskan dan mereka akan bersama-sama di
gunung yang dia berada saat ini (ayat 12).
Musa mengemukakan halangan tetang ketidaktahuan bangsa itu
mengenai sifat-sifat Allah, dan membayangkan dalam hal itu mereka tidak akan
mempercayai pesan yang dibawanya.
Jawaban Tuhan
(3:14-22).
Allah menyatakan
namaNya (3:14-15).
Dalam 3:14 Allah
menyatakan diriNya dengan kata-kata ‘Aku adalah Aku’ (‘I am who I
am’ atau ‘I will be that I will be’). Istilah ini menunjukkan:
· sifat
Allah yang ada dari diriNya sendiri (self-existent).
· kekekalan
Allah.
· ketidak-berubahan
Allah.
3:14b: ‘Akulah
Aku telah mengutus aku kepadamu’.
Dalam 3:15 dikatakan
bahwa nama Allah adalah ‘TUHAN’ / ‘LORD’ (= YAHWEH). Bandingkan
dengan Kel 6:2 dan Yes 42:8.
2.
Takut
Gagal (4:1-17)---tiga mujizat
3.
Ketidak
pandaian berbicara (4:1-17)---- Harun sebagai juru bicara
III.
Aplikasi
1. Allah
Perduli kepada UmatNya
Dalam
Yesus Kristus Allah tidak sekedar
akan melakukan incognito dan blusukan saja,
tetapi Allah yang
menghampakan diri ber inkarnasi atau menyatu
ragakanu diri dengan penderitaan manusia. Di sinilah kita
melihat solidaritas Allah terhadap budak
Israel. Solidaritas Allah kepada manusia yang tertindas bukanlah sesuatu perasaan
sentimental dan emosional saja,
tetapi menampakkan dalam sebuah misi Allah yang akan melakukan perubahan
tatanan nasional ekonomi yang berlaku. Allah turun ke sungai Nil
bukan untuk menjaga status quo atau
keseimbangan (harmoni)
yang semu, tetapi akan mengadakan perubahan yang mendasar. Sudah
tentu tindakan Allah untuk turun dan membebaskan umat Israel akan
mengganggu stabilitas keamanan
Firaun. Allah lebih mengutamakan misi
pemerdekaan umat Israel dari pada stabilitas dan keamanan semu
yang sedang berlangsung di Mesir. Misi pemerdekaan sudah
tentu menimbulkan goncangan dan oposisi
dari Firaun.
Musa dipanggil
Allah untuk meninggalkan suasana kehidupan yang khusuk
dan santai di padang Median . Musa
dipanggil oleh Allah untuk hidup dalam ‘ketidak-tentraman’. Musa
akan mengalami diperlakukan sebagai ‘trouble
maker’ oleh Firaun. Musa akan menghadapi
kekuatan Firaun yang sangat congkak.
Dalam
peristiwa Keluaran bukan sekedar pertarungan antara Musa
melawan Firaun. Bukan pula pertarungan antara
Israel melawan Mesir. Tidak. Di Sungai Nil
dan kota kota Mesir terjadi pertarungan antara Allah kehidupan
melawan allah kematian. Antara Allah
pendukung pemerdekaan
setiap budak dan allah pelestari sistim ekonomi
perbudakan.
Kasih Allah kepada umat
Israel adalah kasih
yang memerdekakan. Kasih yang memerdekakan ini
akan menuntut penyangkalan serta pengorbanan diri dari
setiap orang yang dipanggil
untuk memerdekakan umat Allah.
. Yesus Kristus juga
sebagai gambar manusia yang menyatakan kasih yang
memerdekakan kepada manusia, Yesus Kristus telah turun
juga ke dunia untuk hidup bersama rakyat demi memerdekakan
manusia. Demi misi pemerdekaan manusia , Musa
tidak segan-segan mengorbankan eksistensinya sebagai bangsawan istana di
Mesir dan kehidupan nyaman di
Midian. Dengan
melakukan misi Allah, Musa hidup dalam perjuangan sebuah perjalanan yang berpengharapan
. Di dalam Yesus Kristus, kepada kita juga diajarkan
bahwa dalam rangka misi penebusan dan pendamaian umat manusia, Ia
telah menghampakan diri dan berada di tengah-tengah umat
manusia, Yesus Kristus bersedia kehilangan eksistensi dan
kesetaraanNya sebagai Anak Allah dan
mau turun ke bumi menjadi manusia hina. Demi misi Allah,
Yesus Kristus bersedia dituduh sebagai ‘orang
durhaka’ (atau pemberontak) disalibkan
bersama-sama pencuri di
Golgota. Kasih Allah adalah kasih yang
memerdekakan manusia dari segala belenggu
atau penindasan manusia dan
dosa. Hanya apabila ada kemerdekaan yang
sejati di situlah ada pendamaian yang sejati. Hanya jika
ada keadilan sejati, di situlah akan ada perdamaian yang
sejati.
2. Jangan
menolak panggilan Tuhan sekalipun itu tidak menyenangkan saudara! Apapun alasan
saudara. Apapun dan siapapun tidak akan bisa menggoyahkan panggilan Allah.