Thursday, October 30, 2014




BAHAN SERMON LS, CLS,MAJELIS
GMI KASIH KARUNIA, JALAN HANG TUAH 2, MEDAN
JUMAAT 31 OKTOBER 2014

Nats Alkitab             : 1 Tesalonika 4:13-18
Thema                        :  “Penghiburan di dalam Tuhan”

I.               Pendahuluan
Melalui perikop ini, rasul Paulus memberikan suatu pengharapan. Kita yang berpisah dengan saudara kita masih akan dipertemukan kembali. Bahkan setelah pertemuan nanti maka tidak akan dipisahkan lagi. Paulus membangun pengharapan ini bukan tanpa alasan. Pengharapan itu ada karena Yesus yang telah mati itu bangkit kembali.
Jemaat Tesalonika sebagian besar adalah orang-orang Yunani yang memiliki pemahaman bahwa arwah orang meninggal hidup menjadi bayangan (batak:begu). Dengan demikian, apabila seorang saudara meninggal tidak ada lagi pengharapan. Kematian adalah akhir segalanya.
II.               Penjelasan dan Aplikasi
Ketika hadir di Tesalonika, Paulus sudah mengajarkan tentang “parousia”. Parousia adalah hari kedatangan Tuhan. Dan hari itu akan segera berlangsung dalam waktu singkat. Sepeninggal Paulus dari Tesalonika, ajaran ini rupa-rupanya menjadi menarik bagi jemaat dan menjadi pembahasan yang menarik bagi mereka oleh karena berbagai pergumulan yang mereka hadapi ; (a) timbulnya penderitaan karena penganiayaan, (b) sudah ada warga jemaat yang meninggal. 
Karena itu, Paulus merasa penting memberikan penjelasan tentang kematian itu. Bagi Paulus, kematian bagi saudara-saudara yang telah mendahului itu hanyalah sedang tertidur, beristirahat sambil menantikan kedatangan Tuhan kembali. Pada saat kedatangan Tuhan kembali maka mereka akan bangkit. Paulus memberikan kronologis parousia itu (ay. 16-17) : (a) ada tanda, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, (b) Tuhan sendiri akan turun dari sorga, (c) mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit, (d) orang-orang yang masih hidup akan diangkat bersama-sama dengan mereka yang telah bangkit dari mati. Selanjutnya, Paulus menggambarkan suasana parousia itu bagaikan arak-arakan manusia menuju angkasa untuk bertemu dengan Tuhan. Demikianlah Tuhan membangkitkan dan mempertemukan kembali semua orang percaya.
Namun, menunggu sampai tibanya parousia itu, Paulus sebagai hamba Tuhan memberikan nasehat di dalam perjalanan hidup ini, agar setiap orang saling menghibur seorang dengan yang lain. Penghiburan yang sejati adalah penghiburan yang memberikan pengharapan.
Allah mau mempertemukan kita dengan saaudara-saudara yang telah mendahului kita tetapi bukan dengan cara kita. Allah mau mempertemukan kita dengan orang-orang yang kita kasihi itu tetapi bukan saat ini. Allah mau mempertemukan kita dengan saudara-saudara kita itu dengan cara dan waktu yang Allah tentukan sendiri.
Karena itu, kita tidak perlu memikirkan mereka yang sedang istirahat itu sebab itu adalah pekerjaan Allah. Tetapi satu hal yang tidak dapat kita lupakan adalah pengharapan. Pengharapan untuk bertemu kembali. Pertemuan yang akan terjadi bukan hanya dengan roh mereka saja, tetapi berjumpa dengan tubuh yang kekal sehingga kita tidak akan pernah lagi berpisah.
Kita perlu kembali merenungkan sikap (berbagai suku) dalam upacara pemujaan terhadap roh orang yang telah mendahului kita. Di dalam budaya Batak ada dikenal ‘mangongkal holi’ (menggali tulang-belulang). Mungkin saja  upacara itu dilakukan sebagai upaya memanggil dengan mengharapkan datangnya roh orang yang telah meninggal ? Atau apakah upacara tersebut merupakan pesta biasa sebagai cara mempertemukan keluarga besar kita ? Kalau motivasi pertama mendorong kita, maka akan siasialah semua upaya itu. Kalau motivasi kedua yang mendorong, baiklah dilakukan dengan penuh kasih dan persaudaraan.
Selama hidup ini, kita perlu mengasihi orang tua, suami atau isteri, anak dan teman-teman. Kasih mengasihi ini perlu dipelihara sebelum Tuhan memanggil. Di dalam dunia inilah kesempatan untuk mengasihi dan menghibur orang-orang yang kita cintai. Kasih kita tidak akan berguna apabila itu kita berikan kepada saudara kita yang telah dipanggil Allah. Ia tidak mengharapkan kasih dari kita sebab ia sudah mendapatkan kasih yang lebih besar dari Allah.
Tetapi dengan iman, kita boleh berpengharapan. Sebagai bukti adanya pengharapan itu, kita dapat mewujudkannya di dalam saling mengasihi. Kasih…inilah yang harus kita lakukan bagi setiap saudara kita dimasa hidupnya. Kita manusia yang mempunyai keterbatasan hanya dapat mengasihi saudara kita yang masih hidup. Kita tidak mampu mengasihi saudara kita yang telah Allah panggil.

Kasih dan persaudaraan perlu diciptakan ; dalam keluarga, tetangga, kerabat kerja, dan terutama di dalam persekutuan kita. Saling menghibur dan menguatkan senantiasa harus tetap dipelihara sambil menanti-nantikan kedatangan Tuhan kita, sehingga saat kedatangan Tuhan, kita semua dapat bersama-sama menyongsongNya. Inilah pengharapan yang kita nanti-nantikan. Kita tidak perlu lelah memanggil-manggil roh nenek moyang kita (karo=perumah begu; toba= memanggil sumangot). Allah sendiri akan membangkitkan leluhur kita, bukan hanya roh tetapi juga tubuhnya. 


Khotbah Pada Keb. P2MI GMI KK
Cara Menghadapi Masa Yang Sukar
Habakuk 3:2-19

Masa yang sukar adalah masa yang tidak disukai oleh siapapun di bawah kolong langit ini. Termasuk orang Kristen pun sering tidak menginginkan masa sukar itu terjadi pada dirinya. Mengapa masa sukar itu tidak disukai? Tentu ada banyak jawaban yang bisa kita kemukakan. Misalnya, karena masa yang sukar itu membuat banyak orang mengalami tekanan psikologis yang hebat. Karena masa yang sukar itu membuat banyak orang kehilangan semangat dan motivasi dalam hidupnya. Dan tentu masih banyak lagi jawaban yang lain. Lalu apa bentuk dari masa yang sukar itu? Wujud atau bentuk dari masa sukar itu antara lain, sakit yang berkepanjangan, krisis ekonomi global yang tidak tahu kapan harus berakhir, bencana alam yang terus meningkat sehingga menimbulkan kerusakan yang parah dan korban jiwa yang banyak, peperangan yang telah memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan, dan lain sebagainya. Dalam Habakuk 3:17-19, ditegaskan demikian: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku". Habakuk hidup pada jaman di mana bangsa Israel mengalami penindasan oleh musuh-musuhnya. Dalam keadaan semacam itu, tentu hidup tidak bebas. Juga tidaklah gampang mempertahankan hidup di dalam iman. Masa-masa yang sukar di mana musuh selalu menindas, menyebabkan sendi-sendi kehidupannya terpengaruh. Ladang yang biasanya menjadi tempat yang mendatangkan penghasilan dan merupakan tempat tumpuan bagi penghidupannya tidak lagi membuahkan hasil. Ternak yang menjadi harta kekayaannya terhalau dari kurungannya. Tidak ada lagi simpanan baginya. Sedangkan dia mempunyai kebutuhan yang harus terus dipenuhi. Bukankah hal-hal ini juga yang sedang melanda kehidupan kita hari-hari ini? Bagaimana supaya daya tahan dan motivasi hidup kita tetap terjaga? Bagaimana supaya dalam masa yang sukar, kita tidak kehilangan motivasi? Berikut beberapa cara yang bisa membantu kita: 1. Berdoa kepada TUHAN Allah Habakuk 3:1-2: "Doa nabi Habakuk. Menurut nada ratapan. TUHAN, telah kudengar kabar tentang Engkau, dan pekerjaan-Mu, ya TUHAN, kutakuti! Hidupkanlah itu dalam lintasan tahun, nyatakanlah itu dalam lintasan tahun; dalam murka ingatlah akan kasih sayang!" Berdoa kepada TUHAN Allah merupakan cara pertama, terutama dan terpenting yang harus kita lakukan ketika kita ada dalam masa yang sukar. Di dalam doa kita minta kepada TUHAN Allah agar Dia datang dan campur tangan menolong kita. Doa bukanlah cara alternatif yang harus kita ambil karena sudah tidak ada pilihan lain lagi. Doa harus menjadi cara hidup kita sebagai umat TUHAN Allah. Doa harus menjadi jembatan bagi kita untuk melangkah memasuki hadirat TUHAN Allah. Doa harus menjadi cara kita untuk mendapatkan motivasi hidup dari Sang Pemilik Hidup. Sehingga di dalam masa yang sukar kita tidak menjadi lemah dan kehilangan gairah serta motivasi dalam hidup ini. 2. Fokus kepada TUHAN Allah dan bukan pada masalah Habakuk 3:17-18: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan,

Medan 29 Oktober 2014



Khotbah Pada Pembukaan Retreat Keluarga
GMI Kasih Karunia, Jln Hang Tuah 2 Medan
Kampung Ladang 25 Oktober 2014

Mezbah Keluarga
Yesaya 56:1-8
By: Pdt. T.M. Karo-karo, STh, MA

Ay. 7, “mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.”
Suatu kenyataan bahwa membangun sebuah keluarga bukanlah perkara yang mudah.  Keluarga seperti sebuah perahu kecil ditengah samudra yang diombang-ambingkan oleh angin dan gelombang. Banyak orang yang tidak mampu mempertahankan biduk keluarganya dan akhirnya karam ditengah samudra kehidupan.
Kalau kita mengingat akan awal dari terbentuknya sebuah keluarga, yaitu bahwa keluarga adalah sebuah komunitas/lembaga yang dibentuk oleh Allah sendiri untuk mewujudkan kehendakNya. Kita ingat bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dan mempersatukan mereka dalam pernikahan (menjadi satu daging), dan memerintahkan mereka untuk memenuhi bumi, untuk mengusahakan bumi dan memeliharanya.  Dalam melaksanakan kehendakNya itu Allah mengawalinya dari sebuah keluarga, oleh sebab itu keluarga adalah tonggak-tonggak utama dalam mewujudkan kehendak Allah demi terwujudnya damai sejahtera di bumi ini. Maka keberlangsungan kehidupan keluarga yang kokoh, kuat tahan terhadap gelombang sangat penting dan sangat diperlukan. Dalam Kejadian 1:26-27:
Kej.1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.Kej.2:24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
Tetapi apa yang terjadi, bahwa keluarga-keluarga itu telah kehilangan kendali dan keluar dari jalurnya; keluarga-keluarga itu telah kehilangan identitasnya sebagai tonggak utama mandataris Allah dalam mengelola bumi ini. Dan kalau hal ini dibiarkan maka berakhirlah kehidupan manusia.
Bukti: Keluarga terbentuk bukan dalam rangka melaksanakan kehendak Allah, tetapi karena akibat dosa/nafsu (misal: karena kehamilan diluar nikah); Keluarga tidak dijalani sebagaimana Allah kehendaki, yaitu dengan dasar kasih dan sebagai mandataris Allah dalam mendatangkan damai sejahtera, tetapi dijalani dengan dasar keserakahan, keuntungan diri, kekerasan/kebebasan yang tak terkendali dan dengan tujuan untuk mencari kesenangan, kepuasan dan kekayaan.
Tetapi Allah tidak membiarkan itu terjadi, Allah telah memulihkan itu semua di dalam Tuhan Yesus Kristus, sehingga Ia telah memanggil keluarga-keluarga baru di dalam persekutuan yang baru pula, yaitu di dalam terang kasihNya. Dan Tuhan menghendaki supaya keluarga-keluarga itu terus memiliki persekutuan yang indah diantara anggota keluarga itu maupun persekutuan dengan Tuhan.
Bagaimana supaya persekutuan yang indah itu terus terjalin ? maka diperlukan yang namanya mezbah keluarga.
Tema Retreat kita “mezbah Tuhan dalam keluarga”  sangat relevan sekali,  karena ternyata sebagian besar dari keluarga-keluarga kita masih belum menerapkan mezbah keluarga ini di dalam keluarganya. Banyak orang yang menganggap bahwa mezbah keluarga tidak penting. Mezbah adalah tempat korban dipersembahkan.
Pentingnya Mezbah Keluarga:
1.      Mezbah keluarga adalah kegiatan penyembahan kepada Allah yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga.
2.      Tujuan mezbah keluarga adalah untuk menempatkan Kristus sebagai yang utama di dalam keluarga; membawa masuk keluarga kita dalam kerajaan Allah (kehidupan yang dipimpin oleh Allah)
3.      Melalui mezbah keluarga ini keluarga dibangun didalam persekutuan yang intim antara anggotanya:
·        Ada komunikasi di antara anggota keluarga
·        Ada keterbukaan di antara anggota keluarga
·        Ada kedekatan dan kehangatan di antara anggota keluarga
·        Ada pemecahan persoalan bersama
·        Ada kasih yang tercurah
4.      Melalui mezbah keluarga ini keluarga dibangun didalam persekutuan yang intim antara keluarga itu dengan Allah:
·        Ada komunikasi dengan Tuhan di dalam doa
·        Ada keterbukaan dengan Tuhan
·        Ada penyerahan diri
·        Ada tuntunan Tuhan melalui firmanNya
·        Ada jawaban atas pergumulan keluarga melalui firmanNya dan solusi bersama
·        Ada berkat yang luar biasa
5.      Melalui mezbah keluarga ini keluarga diingatkan bahwa Kristus adalah sebagai yang utama di dalam keluarga.
6.      Melalui mezbah keluarga ini keluarga diingatkan bahwa Kristus hadir dan tinggal di dalam keluarga itu.
Bagaimana kita memulai?
·        Milikilah keberanian untuk memulai
·        Langkah yang pertama kali menentukan langkah-langkah selanjutnya
·        Miliki komitmen bersama diantara anggota keluarga.



Friday, October 17, 2014

RINGKASAN KHOTBAH MINGGU  19 OKTOBER 2014
GMI KASIH KARUNIA, JALAN HANG TUAH 2 MEDAN
Nats Alkitab    : Matius 22:15-22
Thema             : Hidup sebagai Warga Negara dan Warga Kerajaan Allah yang bertanggung Jawab
I.      Pendahuluan
Dalam Mat 21:28-22:14, Yesus menyerang / menegur para tokoh Yahudi dengan menggunakan 3 buah perumpamaan bertu­rut-turut. Teguran itu bukannya membuat mereka bertobat, tetapi sebaliknya membuat mereka menjadi marah / benci kepada Yesus (21:45-46). Dan sekarang mereka berusaha menyerang balik!
·         Menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan’ (ay 15 bdk. Luk 20:20).
·         Sekali ini Orang Farisi bergabung dengan orang Herodian (ay 16a).
Sekalipun tak diketahui dengan pasti siapa orang Herodian itu, tetapi dari namanya bisa diperkirakan bahwa mereka adalah orang-orang dari partainya Herodes, atau orang- orang yang pro Herodes.
·         Sebetulnya, orang Farisi bertentangan / bermusuhan dengan orang Herodian karena:
orang Herodian terjun dalam politik; orang Farisi terjun dalam agama Yahudi.
orang Herodian bekerja sama dengan Roma; orang Farisi tidak mau bekerja sama dengan Roma.
orang Herodian menyetujui pajak (karena pajak ini penting untuk Herodes!); orang Farisi menentang pajak.
Tetapi sekarang, dalam menghadapi Yesus, mereka bersatu (bdk. Mark 3:6).
Fakta bahwa mereka bisa ‘baik’ satu sama lain, padahal mereka sebetulnya bermusuhan, sudah menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang jahat dan munafik! Hati-hatilah terhadap orang-orang seperti itu!  Mereka mengatakan / memuji bahwa Yesus ‘tidak takut pada siapapun’. Tetapi sebetulnya, tujuan mereka adalah: supaya Yesus berani mengucapkan sesuatu yang menentang pajak / pemerintah Roma.
II.         Pejelasan Nats dan Aplikasi
Ay 17: Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"
Ini adalah pertanyaan yang menempatkan Yesus dalam posisi yang serba salah. Kalau Yesus menjawab ‘tidak boleh’, maka orang Herodian pasti akan marah dan akan melaporkan kepada tentara Roma, dan Yesus pasti akan ditangkap. Sebaliknya, kalau Yesus menjawab ‘boleh’, maka semua orang Yahudi pasti akan menganggap Yesus sebagai seorang pengkhianat yang pro Roma.Orang Yahudi menentang pajak itu karena alasan agama. Mereka menganggap pajak itu sebagai penghinaan kepada Allah, karena Allah adalah satu-satunya raja yang berhak menerima pajak.
Jawaban Yesus:
Ay 18: Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?

Ini menunjukkan kemahatahuan Yesus (yang juga menunjukkan keilahian Yesus), dan sekaligus merupakan teguran terhadap  tindakan mereka mencobai Yesus dan  sikap munafik mereka.
Ay 19-21a:
Pada jaman itu, setiap ada raja baru naik tahta, maka ia langsung membuat uang logam sendiri dengan gambar dan tulisannya pada uang logam itu.
Karena itu, pada mata uang 1 dinar yang ditunjukkan kepada Yesus itu, pasti terdapat gambar dan tulisan dari kaisar Roma yang saat itu sedang berkuasa. Tindakan ini berarti:
·         Sekalipun Yesus tak secara terang-terangan menjawab ‘boleh’, tetapi jelas bahwa Ia bukan hanya mengijinkan tetapi bahkan mengharuskan setiap orang untuk membayar pajak (bdk. Roma 13:6-7).
·         Ayat ini menunjukkan bahwa orang kristen mempunyai kewajiban ganda yaitu:
 kewajiban duniawi - kepada negara (bdk. Roma 13:2).
 kewajiban rohani - kepada Tuhan / gereja.
Kewajiban rohani tidak menghapuskan kewajiban duniawi dan sebaliknya!
Dengan kata lain, orang kristen (di Indonesia) harus menjadi:
Warga Negara Indonesia yang baik. Misalnya dengan mentaati hukum, membayar pajak, menjaga kebersihan, dan juga mentaati peraturan lalu lintas!
Sudahkah saudara menjadi WNI yang baik?
WNS (warga negara surga) yang baik.
·         Ayat ini juga menunjukkan adanya pembatasan di antara kedua kewajiban itu. Kita tidak boleh memberikan kepada kaisar apa yang menjadi hak dari Allah. Kalau kaisar menuntut sesuatu yang menjadi hak Allah (misalnya pe­nyembahan), maka berlaku Kis 5:29!
Apa yang saudara lakukan kalau RT/RW mengadakan rapat / kerja bakti pada hari minggu yang menyebabkan saudara tak bisa berbakti kepada Tuhan?
Dan sebaliknya, kita juga tidak boleh memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak kaisar (misalnya: memberikan pajak kepada Tuhan / gereja).
·         Kata ‘kaisar’ bisa diterapkan dalam hal-hal lain seperti:
 atasan / boss / majikan.guru / dosen/ orang tua/ suami dsb.
Jadi, kalau saudara adalah pegawai, maka saudara punya tanggung jawab kepada boss saudara, dan saudara juga punya tanggung jawab kepada Tuhan. Kalau saudara adalah seorang murid / mahasis­wa, maka saudara punya tanggung jawab kepada guru / dosen, dan saudara juga punya tanggung jawab kepada Tuhan. Kalau saudara adalah seorang anak / istri, maka saudara punya tanggung jawab kepada orang tua / suami, dan saudara juga punya tanggung jawab kepada Tuhan.
Jangan menekankan hanya salah satu saja dari 2 tanggung jawab ini. Dan juga jangan memberikan kepada yang satu, apa yang menjadi hak dari yang lain!
·         Mereka menjadi heran, karena tadinya mereka sudah begitu yakin bahwa Yesus pasti akan terjerat, tetapi ternyata Yesus menjawab sedemikian rupa sehingga baik pihak Romawi maupun pihak Yahudi tidak mungkin bisa menyalahkanNya
Tetapi anehnya, sekalipun heran / kagum / takjub dsb, tetapi mereka tidak bertobat!
Ada banyak orang yang pada waktu mendengar Firman Tuhan merasa bahwa Firman Tuhan itu bagus / indah / hebat / benar dsb, tetapi mereka tetap tidak bertobat / melaksanakan Firman Tuhan itu dalam hidup mereka. Apakah saudara sering / kadang-kadang bersi­kap seperti itu? Kalau ya, bertobatlah!




SERMON MAJELIS, LAY SPEAKER, CALON LAYSPEAKER
GMI KASIH KARUNIA, JLN HANG TUAH 2 MEDAN, Jumaat 17 Oktober 2014


Nats Alkitab   : I Tesalonika 2:1-8
Thema            : Sifat-Sifat Pembawa Kabar Baik.
By                   : Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA
I.      Pendahuluan
Pada kesempatan ini kita belajar melalui sosok Pembawa Kabar Baik yaitu Paulus. Sesuai  kesaksiannya, Paulus mengalami tantangan yang luar biasa, baik saat menyampaikan Kabar Baik di Filipi, Paulus dihina, diseret, dianiaya, dimasukan  ke penjara. Demikian juga saat di Tesalonika, Paulus memberitakan Mesias, yaitu Yesus, ternyata orang-orang Yahudi menjadi iri hati sepakat dengan para penjahat mengadakan keributan dan kekacauan serta menghadapkan Paulus kepada sidang rakyat. Inilah kondisi yang menyebabkan Paulus disingkirkan dengan paksa dari Tesalonika menuju Berea. Kondisi orang-orang Yahudi di Berea ternyata lebih baik hatinya dari orang-orang Yahudi di Tesalonika. Paulus sangat rindu sekali dapat bertemu dengan orang-orang Kristen di Tesalonika. Kerinduan ini dinyatakan Paulus pada pasal 2:17 “Tetapi kami, saudara-saudara yang seketika terpisah dari kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu”.
Kalau kita merenungkan beratnya beban yang dialami Paulus sebagai Pembawa Kabar Baik, saat di Filipi ketika dimasukan  ke dalam penjara yang paling tengah dan membelenggu kakinya dengan pasungan yang kuat,namun Tuhan tidak tinggal diam. Saat Paulus berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah di tengah malam, Tuhan mendengar seru permohonan Paulus dengan terjadinya gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah, dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semuanya.
Demikian juga di Tesalonika, saat Paulus dituduh sebagai pengacau dan mau menghadapkan Paulus kepada sidang rakyat,maka malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus berangkat ke Berea. Tuhan menolong Paulus, sehingga ada-ada saja jalan keluarnya.
Perikop kita hari ini juga memperlihatkan tantangan yang dihadapi Paulus sebagai Pembawa Kabar Baik melalui pemberitaan palsu kepada jemaat Tesalonika binaan Paulus tersebut. Paulus dituduh menyesatkan, maksud tidak murni, tipu daya, tidak menyenangkan hati Allah mencari pujian dan lain-lain.
II.         Penjelasan Dan Aplikasi
Melalui perikop ini juga kita belajar bagaimana Paulus menanggapi pemberitaan palsu tersebut, dengan pernyataan bahwa kedatangan Paulus yang pertama kali ke Tesalonika untuk memberitakan Kabar Baik tidaklah sia-sia, artinya mencapai tujuannya atau dengan kata lain ada hasilnya.
Mengapa berhasil? Karena pertolongan Allah semata, sehingga Paulus mempunyai keberanian. Walaupun dimana-mana tempat ada perlawanan, banyak orang berusaha membungkamkan dan mencegah Paulus memberitakan Kabar Baik, tidak membuat Paulus trauma. Allah telah memberikan kekuatan esktra dan membuang rasa takut di hati Paulus. Terlebih Kabar Baik yang diberitakan Paulus fokus berita tentang Tuhan Yesus Kristus, dan berasal daripada Allah, bukan yang lain-lain atau tentang dirinya. Kristus adalah isi pemberitaan, sedangkan Allah adalah sumber Kabar Baik itu sendiri. Tidak ada pikiran-pikiran yang buruk atau mencoba menipu siapapun
Banyaknya penderitaan dan tantangan tidak membuat Paulus menyerah untuk memberitakan Kabar Baik, sebaliknya bagi Paulus tantangan itu justru menjadi peluang.
Pembawa Kabar Baik tetap fokus untuk menyenangkan hati Allah, bukan membuat orang senang kepada Paulus. Seperti ungkapan permazmur dalam Mzm.62:2 “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku”.
Pembawa Kabar Baik tidak pernah bermulut manis. Paulus tidak mengucapkan kata-kata yang menyenangkan orang lain, tetapi dengan tujuan menutup-nutupi maksud yang sebenarnya, yakni maksud yang tidak baik.
Pembawa Kabar Baik tidak pernah bermaksud loba. Paulus tidak memberitakan Kabar Baik dengan maksud untuk mencari untung dari jemaat Tesalonika. Dalam hal ini Allah adalah saksi artinya Allah tahu benar apa yang Paulus lakukan, bahkan Allah mengetahui isi hati Paulus.
Pembawa Kabar Baik tidak pernah mencari pujian dari manusia. Paulus sama sekali tidak bermaksud menjadi orang terkenal. Paulus tidak berusaha membuat orang lain memujinya. Walaupun Paulus sebagai Rasul berhak menuntut apa yang dibutuhkannya, namun itu tidak dimintanya.
Pembawa Kabar baik berlaku ramah. Paulus bersikap lemah lembut sewaktu berada ditengah-tengah jemaat. Penuh kasih sayang dan baik hati.
Pembawa Kabar Baik penuh kasih sayang seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawati anaknya. Paulus tidak hanya memberikan Kabar baik dari Allah, tetapi juga dengan memberikan hidupnya.
Pembawa Kabar Baik sangat menyatu dengan penerima Kabar Baik. Paulus sangat dekat, tanpa penyekat dengan jemaat Tesalonika. Hal ini terungkap bahwa Paulus tetap mengingat dan berulang kali memakai kata-kata seperti kamu sendiripun memang tahu (2:1), seperti kamu tahu (2:2), hal itu kamu ketahui (2:5), kamu masih ingat (2:9), kamu tahu (2:11). Paulus berbuat apa saja supaya dapat menolong jemaat Tesalonika.
Dampak Pembawa Kabar Baik yang benar terungkap dalam pembacaan Mazmur 1:1-6 dengan tanda-tanda kebenaran, kasih, ketaatan kepada Firman Allah, maka hidupnya selalu diberkati dan berbahagia. Sebaliknya orang fasik pasti yang hidunya tidak tinggal dalam Firman Allah dan kesukaannya berbuat dosa akan menerima penghukuman Allah. Karenanya hidup dan pelayanan kita harus mempunyai   hasrat seperti diingatkan dalam in 2 Kor.5:9 “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya”. Hasrat sebuah keinginan yang begitu besar dan kuat. Dan ketika kita melakukannya, kita tidak bisa membedakan lagi apakah ini pekerjaan? Apakah ini bermain? Apakah ini sebuah karya sosial? Semua menyatu. Batas-batasnya hilang karena kita begitu senang. Begitu semangat untuk melakukannya. Karena mempunyai pengharapan untuk tinggal bersama-sama dengan Yesus dan memperoleh kemuliaan di masa yang akan datang serta jaminan untuk tinggal di sorga, maka semua ini mendorong kita hidup dan melayani yang berkenan kepada Tuhan. Kita harus punya ‘hasrat’ sungguh-sungguh hanya untuk menyenangkan hati Allah. Ada ‘hasrat’ untuk melakukan perbuatan yang mulia, jika hidup dan pelayanan kita sampai meninggalkan tubuh ini, biarlah semuanya berkenan kepada Allah. Tuhan Yesus Memberkati!





Saturday, October 4, 2014

RINGKASAN  KHOTBAH MINGGU TGL 05 OKTOBER 2014
Nats Khotah              : Matius  21:33-46
Thema                        :” Taat kepada Allah”

       I.          Pendahuluan
Dalam perumpamaan penggarap-penggarap kebun anggur (21:33-46), terdapat tiga karakter yang muncul. Karakter pertama ialah tuan tanah. Tuan tanah membuka kebun anggur. Tidak disebutkan di sini berapa luas tanah yang dia buka. Hanya yang dikatakan bahwa dia membuka tanah saja (ayat 33). Membuka tanah yang cukup luas membuat para penyewa dengan senang hati menyewanya. Tanah yang dia buka yang kira-kira cukup luas membutuhkan para pekerja yang banyak dan mampu mengelola dengan baik. Kemudian tuan tanah juga membuat pagar di sekelilingnya. Hal ini dia lakukan untuk menghindari kebun anggur itu dari binatang buas dan binatang itu bisa masuk ke dalam kebun dan merusak semua kebun anggur itu. Kemudian dia menggali lubang tempat untuk memeras buah anggur. Anggur itu harus diperas dan bisa langsung dijual. Kemudian dia membangun menara jaga. Menara ini dibuat tinggi agar sudut yang satu dengan sudut yang lain bisa kelihatan oleh penjaga kebun anggur itu. Hal ini juga dia buat agar melihat kalau-kalau ada bahaya atau binatang buas yang masuk ke dalam kebun anggur dan juga untuk mengintai pencuri selama musim panen dan juga tempat untuk para pekerja. Kemudian tuan tanah ini menyewakan kepada penyewa atau penggarap-penggarap itu. Tidak disebutkan berapa harga sewanya. Hanya dia menyewakan saja. Setelah dia menyewakannya, dia pergi ke negeri lain. Tidak disebutkan juga berapa lama dia di negeri lain. Tetapi kita dapat mengidentifikasikan bahwa dia pulang pada musim panen anggur. Ketika tiba musim panen, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil dari kebun anggur itu. Tetapi tidak berhasil. Dia menyuruh lagi hamba yang lain, nasib mereka juga sama dengan hamba yang pertama. Akhirnya dia menyuruh anaknya yang tunggal karena mungkin pikirnya, “anakku ini akan mereka segani”. Tetapi nasib anak ini juga sama dengan hamba-hamba yang pergi dan yang dibunuh. Malah lebih buruk lagi perlakuan yang mereka lakukan. Karena merasa kesal dan marah dalam diri tuan tanah ini, maka dia sendiri yang datang untuk menghabiskan atau membunuh penggarap-penggarap kebun angur itu karena mereka tidak bisa dipercaya untuk membagi hasilnya.
Karakter kedua kita lihat hamba-hamba dan seorang anak (ayat 34-39). Mereka tidak mengatakan apa-apa. Tetapi mereka melakukan tugas mereka dengan sukacita sebagai orang upahan dan juga seorang anak. Mereka melaksanakan tugas itu karena mereka bekerja dari tuan tanah itu dan anaknya ini adalah anak dari tuan tanah ini. Tetapi ketika mereka pergi kepada penggarap-penggarap kebun anggur itu, kekecewaan yang mereka rasakan, mereka mendapat perlakuan yang tidak benar dan sadis dari penggarap-penggarap kebun anggur itu. Mereka dilempari dengan batu, ditangkap dan bahkan ada yang dibunuh. Akhirnya yang diutus adalah anaknya sendiri. Dia pun mendapat nasib yang sama. Dia ditangkap, dibunuh, sama seperti yang mereka perbuat kepada hamba-hamba itu. Dengan penuh keyakinan kita melihat bahwa hamba-hamba dan seorang anak melaksanakan tugas mereka dengan baik. Mereka dipercaya untuk menerima bagian dari tuan tanah itu. Tetapi karena iri hati yang dimiliki oleh penggarap-penggarap kebun anggur itu, mereka membinasakan mereka semua.
Karakter ketiga kita lihat ialah penggarap-penggrarap kebun anggur. Tidak disebutkan berapa jumlah penggarap-penggarap ini. Namun dapat dipastikan bahwa penggarap-penggarap ini banyak karena melihat luas tanah yang telah dibuka oleh tuan tanah itu. Mereka menyewa kebun anggur itu dari tuan tanah. Mereka mendapat kepercayaan untuk mengelola kebun anggur itu supaya berbuah banyak dan hasilnya nanti dapat dibagi-bagikan dengan tuan tanah itu. Dengan tekun mereka mengelola dan berhasil dengan buah yang banyak. Tetapi tidak disebutkan berapa hasilnya. Hanya mereka sangat senang bahwa anggur itu bisa berbuah banyak dan menghasilkan uang yang banyak pula. Timbullah rasa iri hati dalam diri mereka. Terlihat bahwa ketika tiba musim panen, ketika tuan tanah menyuruh hamba-hambanya dan juga anaknya untuk menerima bagiannya, mereka malah membunuh mereka. Apalagi ketika anaknya datang, mereka berpikir dan mereka takut akan posisi mereka bahkan kedudukan mereka. Mereka kuatir kalau-kalau mereka tidak akan memiliki kebun anggur itu kalau anaknya ini masih hidup. Maka mereka membunuhnya.

Kesabaran pemilik kebun telah habis. Dengan membunuh anaknya, para penggarap itu telah membuat kesalahan yang mendatangkan malapetaka. Pemilik itu akhirnya mengusir para penggarap-penggarap kebun dan memprakarsai untuk membawa mereka ke pengadilan; dia menuntut hak penuh atas harta miliknya, dan menunjuk penggarap-penggarap lain untuk merawat kebun anggurnya. Orang-orang ini adalah hamba-hamba yang akan memberi dia bagian hasil yang sudah ditentukan pada waktu musim panen. Tuan tanah itu lalu mengambil kembali kebun anggur itu dan diserahkan kepada yang lain yang mampu dan mau membagi hasilnya secara rata.

    II.            Penjelasan/Aplikasi

Pertama
1)   Di sini  Yesus ‘menyerang’ para tokoh Yahudi:
a)   Mereka adalah orang-orang yang tak tahu terima kasih, sama seperti para penggarap kebun anggur itu.
b)   Mereka tak mau memberikan apa yang menjadi hak dari Allah, sama seperti para penggarap kebun anggur itu tak mau memberikan apa yang menjadi hak dari pemilik kebun anggur.
Hak dari Allah adalah:
1.      Menerima penyembahan dari manusia.
2.      Menerima kepercayaan dari manusia.
3.      Menerima ketaatan dari manusia.
4.      Menerima pelayanan dari manusia.
5.      Menerima persembahan dari manusia.
Renungkan: apakah kita  memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah ini, atau apakah saudara sama seperti para tokoh Yahudi itu?

Kedua
Catatan: dalam ay 37-38, pemilik kebun anggur itu mengira bahwa para penggarap itu akan menghormati anaknya, tetapi ternyata ia salah.
Kesabaran dari pemilik kebun anggur itu menggambarkan kesabaran Tuhan! Tetapi bagaimanapun perlu diingat bahwa kesabaran itu ada batasnya (ay 40-41 bdk. Ro 2:4-5).

Kalau kita berbuat dosa dan tidak mendapatkan hukuman / hajaran Tuhan, apakah saudara lalu justru menyalah-­gunakan kesabaran Allah itu dengan terus hidup di dalam dosa?


Ketiga
Ay 45-46:
·         Ini menunjukkan orang yang keras kepala. Makin ditegur, mereka makin marah.
Apakah saudara sering marah pada waktu mendapat teguran, baik dari teman, keluarga, ataupun pada saat mendengar khotbah?
·         Mereka selalu takut kepada manusia (bdk. ay 26), dan selalu berusaha menyesuaikan tindakan mereka dengan keinginan orang banyak.
Apakah kita  juga seperti mereka? Sebagai orang kristen, kita harus takut kepada Allah, dan bukan kepada manusia (Mat 10:28), dan karena itu kita  harus berusaha menyesuaikan tindakan saudara dengan keinginan Allah, bukan dengan keinginan orang banyak!





Thursday, October 2, 2014

BAHAN SERMON MAJELIS, LS, CLS GMI KASIH KARUNIA
JUMAAT 03 OKTOBER 2014

Nats Alkitab    : Filipi 4: 1-9
Thema                        : SUKACITA  DAN DAMAI
I . Exegese
Filipi 4:4 “Senantiasa bergembiralah sepenuhnya dalam persekutuanmu dengan Allah. Aku mengatakan sekali lagi, bersukacitalah.”
Filipi 4:5-7 “Tunjukkanlah kesabaranmu kepada semua orang. Tuhan sudah dekat. Janganlah kuatir terhadap  apapun. Tetapi di dalam semua doamu mintahlah kepada Allah apa yang kamu butuhkan. Dan ketika kamu berdoa, berdoalah dengan hati yang penuh ucapan syukur kepada Allah. Maka kamu akan mendapatkan kedamaian yang diberikan Allah yang melampaui pemahaman manusia melalui persekutuan di dalam Kristus Yesus. Kedamaian itu akan melindungi pikiran, perasaan dan kehendakmu.”
Filipi 4:4 dan 4:5-7 adalah dua nasihat Paulus kepada jemaat Filipi. Dua nasihat ini adalah bagian dari lima nasihat Paulus kepada jemaat Filipi yang terdapat dalam Filipi  4:1-9.
Kelima nasihat itu adalah:
1.  Nasihat untuk terus berjuang dengan bersandar kepada Allah.
2.  Nasihat untuk  bersatu karena Injil.
3.  Nasihat bersukacita di dalam persekutuan dengan Allah.
4.  Nasihat tidak khawatir di tengah kesulitan oleh karena ada kedamaian dari Allah.
5.  Nasihat untuk memikirkan dan melakukan apa yang telah dipelajari dari Paulus.
Nasihat ketiga adalah bersukacita di dalam persekutuan dengan Allah. Nasihat keempat adalah tidak khawatir di tengah kesulitan oleh karena ada kedamaian dari Allah. Kata kunci dari kedua nasihat di atas adalah “sukacita,” “tidak khawatir,” “doa” dan “kedamaian.”  Paulus menasihati “bersukacitalah,” “tidak khawatir di tengah kesulitan,” “berdoalah” maka “kedamaian dari Allah akan melindungi pikiran, perasaan dan kehendakmu.”
Nasihat yang sederhana dan sangat manusiawi. Manusia perlu bergembira, mencurahkan seluruh isi hati  kepada sang Penciptanya, dan mendapatkan ketenangan dari-Nya supaya seluruh hidup tidak roboh(tetap kokoh), jiwa pun menjadi tenang dan damai. Paulus sungguh mengerti akan hal ini.
Di dalam  Filipi 4:4-7. Konteks jemaat adalah ketidakharmonisan dan ketidaksatuan jemaat. Ada berbagai permasalahan dan kesulitan dalam internal jemaat Filipi. Nasihat Paulus jelas di dalam teks, namun bagaimana mungkin itu dilaksanakan di tengah konteks demikian. Di (konteks) tengah permasalahan, harus bersukacita, berdoa, bersabar, dan tidak khawatir. Itulah yang harus dicapai di dalam komunitas jemaat itu.
II. Aplikasi
Nasihat  Paulus ini memberikan kepada kita beberapa prinsip yang penting di dalam hidup kita :

1. Allah lebih sayang kepada jiwa kita, daripada “permasalahan dan kesulitan” yang dihadapi setiap manusia. Sehingga ayat 6 dan 7 dituliskan, “Tetapi di dalam semua doamu mintahlah kepada Allah apa yang kamu butuhkan. Dan ketika kamu berdoa, berdoalah dengan hati yang penuh ucapan syukur kepada Allah. Maka kamu akan mendapatkan kedamaian yang diberikan Allah yang melampaui pemahaman manusia melalui persekutuan di dalam Kristus Yesus. Kedamaian itu akan melindungi pikiran, perasaan dan kehendakmu.” Allah menyediakan diri-Nya untuk mendengar setiap keluh kesah umat-Nya. Allah juga memberikan kedamaian di hati umat-Nya.
2. Sukacita dan damai melampaui segala “permasalahan hidup manusia”. Sukacita dan damai tidak bersifat kondisional. Di tengah kesulitan, manusia bisa mengalami sukacita dan damai seperti yang dialami Maria. Bagaimana bisa? Seperti dituliskan, kedamaian dan sukacita berasal dari Allah dalam persekutuanmu dengan Kristus Yesus. Kedamaian dan sukacita merupakan pemberian ilahi, tidak bisa dibuat-buat, melampaui pemahaman manusia, dan bersifat sangat personal dalam persekutuan dengan Kristus. Kedamaian dan sukacita yang otentik ada di dalam relasi dengan Allah dan Kristus. Permasalahan manusia tidak menghilangkan rasa sukacita dan damai di hati.
3. Sukacita, tidak khawatir, bersabar, berdoa dan merasakan damai merupakan makanan bagi jiwa untuk menghadapi segala permasalahan hidup manusia. Makanan bagi jiwa menjadi semacam kekuatan jiwa bagi pikiran, perasaan dan kehendak yang kita pakai setiap hari. Nasihat Paulus ini bukanlah  ke-semuan rohani atau  sekedar nasihat rohani yang tidak mengerti beratnya kehidupan manusia. Tentu saja kita tidak boleh hidup dalam ke-semuan rohani. Ke-semuan rohani tidak memberikan kita modal menghadapi realita kehidupan, namun menjebak kita ke dalam ke-semuan hidup. 

By: Rev. T.M. Karo-karo, STh, MA