BAHAN SERMON LS, CLS,MAJELIS
GMI KASIH KARUNIA, JALAN HANG TUAH 2, MEDAN
JUMAAT 31 OKTOBER 2014
Nats
Alkitab : 1 Tesalonika 4:13-18
Thema : “Penghiburan
di dalam Tuhan”
I.
Pendahuluan
Melalui perikop ini, rasul Paulus memberikan suatu
pengharapan. Kita yang berpisah dengan saudara kita masih akan dipertemukan
kembali. Bahkan setelah pertemuan nanti maka tidak akan dipisahkan lagi. Paulus
membangun pengharapan ini bukan tanpa alasan. Pengharapan itu ada karena Yesus
yang telah mati itu bangkit kembali.
Jemaat Tesalonika sebagian besar adalah orang-orang
Yunani yang memiliki pemahaman bahwa arwah orang meninggal hidup menjadi
bayangan (batak:begu). Dengan demikian, apabila seorang saudara meninggal tidak
ada lagi pengharapan. Kematian adalah akhir segalanya.
II.
Penjelasan dan Aplikasi
Ketika hadir di Tesalonika, Paulus sudah mengajarkan
tentang “parousia”. Parousia adalah hari kedatangan Tuhan. Dan hari itu akan
segera berlangsung dalam waktu singkat. Sepeninggal Paulus dari Tesalonika,
ajaran ini rupa-rupanya menjadi menarik bagi jemaat dan menjadi pembahasan yang
menarik bagi mereka oleh karena berbagai pergumulan yang mereka hadapi ; (a)
timbulnya penderitaan karena penganiayaan, (b) sudah ada warga jemaat yang
meninggal.
Karena itu, Paulus merasa penting memberikan
penjelasan tentang kematian itu. Bagi Paulus, kematian bagi saudara-saudara
yang telah mendahului itu hanyalah sedang tertidur, beristirahat sambil
menantikan kedatangan Tuhan kembali. Pada saat kedatangan Tuhan kembali maka
mereka akan bangkit. Paulus memberikan kronologis parousia itu (ay. 16-17) :
(a) ada tanda, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah
berbunyi, (b) Tuhan sendiri akan turun dari sorga, (c) mereka yang mati dalam
Kristus akan lebih dahulu bangkit, (d) orang-orang yang masih hidup akan
diangkat bersama-sama dengan mereka yang telah bangkit dari mati. Selanjutnya,
Paulus menggambarkan suasana parousia itu bagaikan arak-arakan manusia menuju
angkasa untuk bertemu dengan Tuhan. Demikianlah Tuhan membangkitkan dan
mempertemukan kembali semua orang percaya.
Namun, menunggu sampai tibanya parousia itu, Paulus
sebagai hamba Tuhan memberikan nasehat di dalam perjalanan hidup ini, agar
setiap orang saling menghibur seorang dengan yang lain. Penghiburan yang sejati
adalah penghiburan yang memberikan pengharapan.
Allah mau mempertemukan kita dengan saaudara-saudara
yang telah mendahului kita tetapi bukan dengan cara kita. Allah mau
mempertemukan kita dengan orang-orang yang kita kasihi itu tetapi bukan saat
ini. Allah mau mempertemukan kita dengan saudara-saudara kita itu dengan cara
dan waktu yang Allah tentukan sendiri.
Karena itu, kita tidak perlu memikirkan mereka yang
sedang istirahat itu sebab itu adalah pekerjaan Allah. Tetapi satu hal yang
tidak dapat kita lupakan adalah pengharapan. Pengharapan untuk bertemu kembali.
Pertemuan yang akan terjadi bukan hanya dengan roh mereka saja, tetapi berjumpa
dengan tubuh yang kekal sehingga kita tidak akan pernah lagi berpisah.
Kita perlu kembali merenungkan sikap (berbagai suku)
dalam upacara pemujaan terhadap roh orang yang telah mendahului kita. Di dalam
budaya Batak ada dikenal ‘mangongkal holi’ (menggali tulang-belulang). Mungkin
saja upacara itu dilakukan sebagai upaya
memanggil dengan mengharapkan datangnya roh orang yang telah meninggal ? Atau
apakah upacara tersebut merupakan pesta biasa sebagai cara mempertemukan
keluarga besar kita ? Kalau motivasi pertama mendorong kita, maka akan
siasialah semua upaya itu. Kalau motivasi kedua yang mendorong, baiklah
dilakukan dengan penuh kasih dan persaudaraan.
Selama hidup ini, kita perlu mengasihi orang tua,
suami atau isteri, anak dan teman-teman. Kasih mengasihi ini perlu dipelihara
sebelum Tuhan memanggil. Di dalam dunia inilah kesempatan untuk mengasihi dan
menghibur orang-orang yang kita cintai. Kasih kita tidak akan berguna apabila
itu kita berikan kepada saudara kita yang telah dipanggil Allah. Ia tidak
mengharapkan kasih dari kita sebab ia sudah mendapatkan kasih yang lebih besar
dari Allah.
Tetapi dengan iman, kita boleh berpengharapan.
Sebagai bukti adanya pengharapan itu, kita dapat mewujudkannya di dalam saling
mengasihi. Kasih…inilah yang harus kita lakukan bagi setiap saudara kita dimasa
hidupnya. Kita manusia yang mempunyai keterbatasan hanya dapat mengasihi
saudara kita yang masih hidup. Kita tidak mampu mengasihi saudara kita yang
telah Allah panggil.
Kasih dan persaudaraan perlu diciptakan ; dalam
keluarga, tetangga, kerabat kerja, dan terutama di dalam persekutuan kita.
Saling menghibur dan menguatkan senantiasa harus tetap dipelihara sambil
menanti-nantikan kedatangan Tuhan kita, sehingga saat kedatangan Tuhan, kita semua
dapat bersama-sama menyongsongNya. Inilah pengharapan yang kita nanti-nantikan.
Kita tidak perlu lelah memanggil-manggil roh nenek moyang kita (karo=perumah
begu; toba= memanggil sumangot). Allah sendiri akan membangkitkan leluhur kita,
bukan hanya roh tetapi juga tubuhnya.